This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Showing posts with label Kisah Inspiratif. Show all posts
Showing posts with label Kisah Inspiratif. Show all posts

Monday, 3 June 2013

Kisah Motivasi Anak Sekolah

Pagi itu, seorang guru perempuan memasuki kelasnya dengan penuh senyum. Seperti biasa, ia selalu menyapa murid-muridnya dengan sapaan yang luar biasa hebohnya. Muridnya yang kelas 1 SD itu pun antusias menjawab setiap kalimat pertanyaan yang keluar dari mulut guru mereka yang santun.
"Apa kabar anak-anakku semua hari ini?" sapa sang guru.
"Alhamdulillah, luar biasa, Allahu akbar. yes yes yes!"
Kegembiraan pun kian meluap dan memacu semangat sang pelajar.
"Nak, coba dengarkan. Hari ini bu guru mau berbagi cerita dengan kalian. Kalian bisa mendengarkan?"
"Bisa, Bu..."

Monday, 1 April 2013

Konferensi Luar Biasa (KLB) Negeri Setan

Di Negeri Setan
Telah diselenggarakan rapat paripurna paling penting antar setan di seluruh dunia.
Kini negeri setan tengah dirundung masalah besar!
Semua setan sedang khawatir, karena kini kesadisan dan kekejaman mereka sudah ada yang menandingi, yaitu MANUSIA.
Bahkan sekarang setan pun mulai “ngeri” melihat sikap dan tingkah dari kaum MANUSIA.
Drakula mengadu…
Wahai yang mulia Raja Setan…
Saya adalah setan yang hidup dengan cara menghisap darah manusia.
Namun, sekarang saya sudah tidak dapat menemui lagi darah-darah segar dari mereka MANUSIA!
Bahkan saya pun jijik menghisapnya!
Saya mulai jijik karena darah mereka kini telah sangat amat kotor!
Darah mereka kini telah tercampur oleh narkotika, zat-zat adiktif, jarum-jarum suntik yang mereka lakukan saling bergantian, mereka tidak malu melakukan sex bebas, terlalu banyak minuman-minuman beralkohol yang tercampur oleh darah mereka Yangmulia!
Kini sayapun telah jijik untuk menghisap darah mereka!!
Tuyul pun mengadu…

Rakornas dunia setan

RESAH karena makin meningkatnya penipuan dan ingkar janji manusia terhadap mereka, maka para jin dan mahluk halus penyedia jasa pesugihan se-Indonesia menyelenggarakan rapat koordinasi nasional untuk membahasnya.
Penipuan-penipuan itu umumnya menyangkut pemalsuan tumbal dan sesajen: darah manusia diganti darah kambing atau darah ayam, tumbal bayi menggunakan hasil traficking, penggunaan kemenyan palsu (sebenarnya obat nyamuk bakar), kembang plastik diaku kembang tujuh rupa, ayam potong dihitamkan dengan semir rambut seakan-akan ayam cemani hitam asli, pemalsuan tali pocong dan sebagainya, ditambah penggunaan dukun korup.

Setelah mendengar berbagai laporan di rapat itu, pemimpin sidang rakornas, menukas, “Lho.. kan gampang. Jalankan saja eksekusi sesuai perjanjian pesugihan?!”.
“Tapi, manusia menggunakan ‘pengacara-pengacara’ pinter….”, salah satu mahluk halus menjawab.
“Kan pengacaranya juga manusia, bisa kalian tindaki dengan gampang?”.

Anekdot : Rapat Dunia Setan dan Sekutunya

"kepada semua makhluk yang durhaka kepada Allah --terutama dari golongan gaib-- akan diadakan rapat yang sangat buueeesssaaaarrrr yang akan duhadiri oleh dedengkot iblis dan setan. rapat akan diadakan bla...bla....bla......"

dalam sekejab kurir sukarela langsung menyebar ke seluruh pelosok bumi dan langit. tidak dipungkir akhir-akhir ini dunia setan tengah dirundung masalah yang super duper gawats, dan tidak bisa dibiarkan, hal ini harus segera diatasi, jika tidak mereka akan kehilangan dominasi yang menjadi kebanggaan mereka.

hari dan waktu yang dijadwalkan telah tiba, segenap anak buah mereka telah siap mengikuti jalannya rapat penentu ini, oh ya tak ketinggalan pula pers siap menjadi corong buat kepentingan semua golongan setan ini.

hiihhhhiiihhiiii.....aaauuuuu wwwww..... guk....gukkkk...gggguuukkk... ..gggrrrrrmmmm.... suara-suara yang paling seram menandai datangnya pemimpin tertinggi rapat setan kali ini , "hadirin di harap berdiri....!!" suara di ujung mengajak menghormati pemimpin mereka.

KONFERENSI BESAR IBLIS DAN SETAN

Dalam suatu Konferensi iblis, syaitan dan jin, dikatakan: “Kita tidak dapat melarang kaum muslim ke masjid”, “Kita tidak dapat melarang mereka membaca Al-Qur’an dan mencari kebenaran”, “Bahkan kita tidak dapat melarang mereka mendekatkan diri dengan Tuhan mereka Allah dan Pembawa risalahNya Muhammad”, “Pada saat mereka melakukan hubungan dengan Allah, maka kekuatan kita akan lumpuh.”

“Oleh sebab itu, biarkanlah mereka pergi ke Masjid; biarkan mereka tetap melakukan kesukaan mereka, TETAPI CURI WAKTU MEREKA, sehingga Mereka tidak lagi punya waktu untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah”.
“Inilah yang akan kita lakukan,” kata iblis. “Alihkan perhatian mereka dari usaha meningkatkan kedekatannya kepada Allah dan awasi terus kegiatannya sepanjang hari!”.

“Bagaimana kami melakukannya?” tanya para hadirin yaitu iblis, syaitan, dan jin. Sibukkan mereka dengan hal-hal yang tidak penting dalam kehidupan mereka, dan ciptakan tipudaya untuk menyibukkan fikiran mereka,” Jawab sang iblis “Rayu mereka agar suka BELANJA, BELANJA DAN BELANJA SERTA BERHUTANG, BERHUTANG DAN BERHUTANG”.

malaikat bersayap hitam itu bernama Iblis

Dahulu kala, ribuan tahun jauh sebelum manusia diciptakan. Setelah Lauhful Mahfudz, bumi, langit, surga, neraka diciptakan. Saat dimana malaikat dan iblis hidup berdampingan, dalam damai. Saat itu  Iblis adalah bagian dari malaikat. Wajahnya amat tampan, sayapnya hitam berkilau, perangainya sangat baik, cerdas, rajin, sopan, juga sangat taat kepada Allah. Selalu beribadah dengan penuh keikhlasan, karena ketaatannya Iblis pun menjadi makhluk kesayangan Allah saat itu. tak hanya Allah saja, para Malaikat di Bumi, Langit, dan Arsh pun amat menyayangi dan menghormatinya. Iblis sangat pandai, dengan kepandaiannya itu tidak menjadikan dirinya sombong, dan dia tetap rajin belajar di Perpustakaan Langit. Semua malaikat tahu bahwa tak sembarang Malaikat yang diizinkan untuk ikut membaca Kitab Lauhful Mahfudz, Iblis pernah memiliki izin khusus tersebut.
Dalam sebuah kitab disebutkan, karena berbagai keistimewaannya, Allah dan para Malaikat memberinya Laqob (julukan, panggilan kehormatan) sampai tujuh nama yaitu, “Al-Abid”, “Az-Zahid”, “Al-Arif billah”, “Al-Wali”, “At-Taqin”, “Al-Khodim”, “Al-Wira’i” (Ikhlas).  Malaikat di Langit Pertama lebih suka memanggilnya dengan nama “Al-Abid”, yang berarti Hamba Allah. Walaupun semua makhluk pada dasarnya

Anekdot : Setan Masuk Surga

Seperti yang kita semua ketahui, kelak di hari kiamat dimana semua makhuk dari jenis manusia, jin, setan, malaikat, peri, manusia liliput, troll, monster-monster, dsb. Dikumpulkan jadi satu di Padang Mahsyar untuk diadili dan dimintai pertangung jawaban selama mereka hidup di dunia. Pada saat it, para manusia yang banyak berbuat dosa mencoba membela diri dengan menyalahkan para setan.
“Malaikat, bukankah Anda sendiri tahu kalau saya melakkan maksiat ini karena dihasut oleh setan? Harusnya setan yang salah. Karena dia yang mengajak-ajak saya. Kalau tak dihasud setan tentu saya tak akan berbuat maksiat.”
Tentu saja para setan tidak terima. Dengan tertawa menghina mereka menjawab, “Hei! Memang kamu pikir kamu siapa berani menuduhku? Apa kamu pikir kamu pantas untuk aku goda? Maaf! Kalau ibadahmu sudah setaraf Syeh Barseso baru aku mau menggoda dan mengujimu. Tapi tanpa aku hasud pun dirimu sudah jelek sendiri. Bukankah kamu sendiri tahu kalau di bulan Romadhon para setan dikurung di neraka, lalu mengapa kemaksiatan tetap saja berjalan? Lagipula aku menghasud para manusia itu bukan karena memang itu perintah Tuhan. Salah siapa kamu mau mau ku hasud? Aku ajak kamu untuk pergi ke Sunan Kuning, tapi apa ya aku ikut nglonte bersamamu? Malah kamu yang membuatku ingin maksiat. Kamu kalau pada minum anggur, apa ya aku kau ajak minum juga? Nggak kan? Apa aku juga ikut minum? Tidak! Kamu sendiri maksiat merasakan enak kan?”

Tuesday, 12 March 2013

Menangislah

Pernahkah engkau mendengar cerita tentang kota-kota? Ketika ia menumpahkan dahaganya dan memburu fatamorgana, lalu bertarung dalam kebisingan dan kendati dengan kesombongannya ia hanya mampu menggigit jari?

Pernahkah engkau mendengar cerita tentang nenek moyang kita yang pelaut, menantang ganasnya ombak agar dapat memberikan kepada cakrawala sebuah garis baru. Dan ketika kegelapan mulai sirna di ujung fajar, sesungguhnya cakrawala terlalu luas untuk dihela oleh sepotong garis?

Pernahkah engkau mendengar cerita tentang bumi yang diguncangkan dengan guncangannya yang dahsyat, mengeluarkan beban-beban berat yang dikandungnya, hingga manusia bertanya-tanya, "Mengapa bumi jadi begini?"

Di sini. Dalam perenungan, kamu dapat menjawabnya selama kamu jauh dari panca indramu. Dalam perenungan, nilai-nilai kehidupan terekam baik-baik, dan kamu niscaya akan menemukan dirimu menjadi makhluk lain, yang tidak menyerupaimu. Aku berkata-kata pada diriku sendiri sambil mengedarkan pandanganku ke sekeliling, tercekat duduk di sebuah kursi kecil di sebuah kantin, suara televisi menjeratku ke sana. Memaksa kedua belah mataku terpaku ke arah deretan bocah-bocah kecil yang berbaris tertidur dengan tenang. Beralaskan dan berselimutkan kain seadanya, memanjang menutupi tubuh-tubuh letih mereka dari kaki hingga leher. Sebuah realitas digelar, sebagain besar korban adalah anak-anak. Padahal di mataku bocah-bocah kecil itu tampak begitu suci. Bahkan lebih suci dari cahaya fajar yang tiap hari menyinari negeri ini.

Cahaya Fajar? Mungkin mereka tidak lagi mengenalnya ketika ratap tangis yang ada akan menggelayuti mata-mata ibu, ayah dan saudara-saudara yang ditinggalkan. sementara mata mereka terkatup untuk selamanya.

Ada juga bocah lain. Dia hanyalah seorang bocah kerempeng, kurus kering. Usianya belum sepuluh tahun. Di wajahnya yang kurus tampak sepasang mata yang cekung oleh kelelahan. Tangannya memerah karena dingin, namun lembut kendali luka-luka memenuhi telapaknya. Tubuhnya mengigil, tapi sulit membedakan apakah ia kedinginan atau sedang ketakutan Dengan pakaian yang basah kuyup ia menatap wajah-wajah asing di sekelilingnya. Lama dalam diam, saat matanya terus memelototi kekosongan dalam kebisuan. Saat yang keras dalam keheningan berlalu, ketika ia mencoba mengingat-ingat nama itu. Akan tetapi secepat kilat kenangannya membawanya menerawang jauh ke belakang. Dia tidak bicara. Siapakah keluarganya? Bahkan ketika ditanya dalam bahasa Aceh sekalipun. Kebisuannya cukup mewakili seluruh perasaannya yang memang sudah tanpa rasa lagi. 'Mute' total. Ini sudah lebih dari sekedar jawaban.

Pemandangan itu pantaskah membuat air mata menetes? Hampir seratus ribu lebih tubuh terbujur kaku, sementara yang lain mengungsi tanpa persediaan makan dan air bersih. Membangkitkan emosi kesedihan, tanpa kata-kata, lebih dari sekedar menangis. Awan gelap kelabu menyelimuti negri ini, saat ia mencuri celak hitam dari mata langit. Ada peristiwa yang tidak pernah terbayangkan di pagi itu, bahkan dalam kekayaan imaji kanak-kanak ribuan bocah kecil yang pulas itu. Sebuah gempuran membahana di gerbang negeri yang bisu, saat yang keras dalam keheningan pagi berlalu. Ketika tangis mereka bersimfoni dengan derasnya air, ratap mereka dengan syahdu disenandungkan lewat acara berkabung nasional, digubah dari relung kegelapan ombak laut yang mengalir dengan cepatnya. Deras. Teriakan menyayat hati yang mampu mengimbangi.

"Kenapa harus Aceh?" Pertanyaan ini mewakili sanubarinya. Aku menoleh sekilas. Seorang lelaki dengan kepala bulat - seperti telur yang sedang dinikmatinya bergumam dalam geram. Di kantin ini, ia masih bisa makan, dan aku juga masih bisa makan. Ada air bersih di sini, ada makanan lezat siap santap.

"Kenapa harus Aceh?" Aku mengulangi tanyanya, entah dengan maksud apa.

"Ya, kenapa harus Aceh? Kenapa tidak Jakarta?" Dia memandangku tajam. Kau tahu? Masyarakat Aceh sudah kenyang dengan penderitaan, teror karena konflik GAM, dan kini bencana alam dan entah nanti apalagi. Sementara daerah lain? kenyang dengan kemaksiatan. Tapi argumen itu tidak cukup, kita tetap tidak akan pernah bisa menjawab, kenapa harus Aceh? Masyarakat Aceh, Sumut, mereka bukan sekedar bagian bangsa kita, tapi bagian dari jantung hati kita yang berdetak di tempat lain.

"Jakarta bukan tsunami, tapi meteor jatuh di laut Jawa," seseorang tidak menjawab, tapi memberikan argumen lain. 

Aku menyahut "Tidak perlu ada bencana. Seharusnya bukan semuanya..." bahwa kemudian kalimatku berhenti begitu saja, menggantung di langit-langit tenggorokanku, ketika teringat kisah kaum Nabi Nuh. Seharusnya tidak perlu ada kata 'Seharusnya' jika segala sesuatu telah digariskan oleh Nya. Sambil bertanya-tanya, mungkinkah hidup mundur sejauh ini? 

Di zaman yang berwarna-warni ini, potret bangsa kita terluka dalam cermin sebagai gambaran yang hitam pekat. Ada mereka yang setiap hari sibuk berpikir apa yang tersisa untuk dimakan. Menyeret langkahnya satu persatu di tengah teriknya panas atau sembilunya dingin malam. Tak tersisa kesempatan untuk berfikir istirahat dengan tenang. Bagi mereka hidup adalah usaha keras memeras keringat hingga bencana alam menutup akhir kisah perjalanan hidup mereka. Di luar itu semua, dalam realitas sosial di waktu yang sama, maksiat tetap ditawarkan dengan megah dan gempita. Bahkan terkadang harus bayar mahal untuk itu. Kasus rusaknya generasi dengan data-data yang mencengangkan begitu akrab di telinga dan mata lewat layar televisi, surat kabar dan selebaran-selebaran yang bertebaran di pinggir jalan. Mungkinkah? 

Inikah jawaban mengapa Allah mengambil anak-anak agar mereka tidak perlu tumbuh menjadi remaja yang disuguhi tayangan 'BCG', 'Virgin', dan semacamnya. Bukankah Allah menjamin anak-anak yang meninggal sebelum baligh akan masuk surga tanpa dihisab? Sementara kelebihan lain diungkapkan Rasulullah SAW dalam sabdanya , dari Abdurrahman bin Samurah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "...Aku melihat seorang dari ummatku (pada hari akhir) ringan timbangannya. Namun afrathnya (anak-anaknya yang meninggal masih kecil) mendatanginya dan memberatkan timbangan itu..."

Lewat catatan negeri ini yang digelar layar televisi, beberapa berita ditampilkan. Pemerintah mengumumkan dana 50 miliar rupiah untuk ratusan ribu korban bencana Tsunami yang dijanjikan dijaga dengan ketat agar tidak dikorupsi, sementara dalam waktu yang bersamaan seorang bupati di Jawa timur dituduh mengkorupsi dana 63 miliar selama jabatannya. Di Aceh, setelah kejadian bencana ada yang meneriakkan air agar masyarakat lari ketakutan dan mereka dengan bebas menjarah barang-barang berharga yang tersisa. Sementara di ujung daerah lainnya, ada pula pihak-pihak yang memanfaatkan nama lembaga penyalur bantuan dana dengan tujuan untuk memasukkan uang ke nomor rekening pribadi mereka. Lucu. Siapa bilang bangsaku ini tidak punya selera humor, bahkan dalam keadaan genting sekalipun?

Sedih rasanya ketika aku meninggalkan kantin dan keluar dengan disambut hujan deras. Sudah beberapa hari ini hujan turun dengan derasnya, tapi aku tau pasti apa yang dibisikkan hujan padaku hari ini, lewat tetes-tetes airnya yang tiada berhenti membasahai tanah pertiwi. Bahkan ketika malam tahun baru menjelang, hujan masih membasahi negeri ini. Senandung tangis keseharian menggema dan menggema lagi, sementara segala kenangan terbang jauh. Jauh menembus batas negeri yang terkoyak-koyak, melewati auman kata dan tatapan yang perkasa oleh pembangkangannya. Lembaran-lembaran kisah lama, sejumlah panorama kehidupan yang terbentang dalam masa dan kenangan yang berbeda. Semuanya hidup kembali. Seketika terasa ada sesuatu yang ganjil, kala bisikan menembus jiwa negriku sendiri, "Menangislah Indonesiaku, menangislah Negeriku".

Menangislah, karena kita memang pantas untuk mengakui betapa besar dosa-dosa kita dibandingkan besarnya gelombang air yang telah diperlihatkanNya. Menangislah untuk mengakui betapa lemahnya kita di hadapanNya, sementara ampunanNya jauh lebih luas dari lautan itu. Betapa Maha Besar Allah yang menunjukkan kebesarannya di Aceh lewat rumah-rumahNya yang masih berdiri kokoh di antara bangunan yang porak-poranda. Mungkin Ia kembali ingin mendengar keluhan-keluhan kita. Keluhan tulus yang kita sampaikan dengan penuh pengharapan. Seperti lagu yang disenandungkan Ebiet G Ade yang samar-samar kudengar saat aku meninggalkan kantin, mengakhiri berita yang ditayangkan layar televisi itu.

Ini bukan hukuman
Hanya satu isyarat
Bahwa kita mesti banyak berbenah
Bila kita kaji lebih jauh
Dalam kekalutan
Masih banyak tangan yang rela berbuat nista
Tuhan pasti telah memperhitungkan
Amal dan dosa yang kita perbuat
Kemana lagi kita kan sembunyi?
Hanya kepadaNya kita kembali
Tak ada yang dapat, bisa menolong
Hanya kepadaNya kita tunduk, sujud padaNya

<Aathierah at yahoo dot fr>

Enterpreneur Berdoa

Pernahkah saudara mendengar sebuah hadist bagaimana cara melantunkan sebuah doa versi tiga orang yang terkurung dalam sebuah gua, saya ingin ceritakan kembali versi singkatnya. 

Rasulullah pernah mengabarkan mengenai kisah tiga orang yang terjebak dalam gua, mereka semua berada dalam keputusasaan hingga salah seorang dari mereka berkata, "Sungguh tidak ada yang dapat menyelamatkan kalian dalam bahaya ini, kecuali bila kalian berdoa kepada Allah swt dengan menyebut amal-amal saleh yang pernah kalian perbuat. Kemudian salah seorang berdoa dengan menyebutkan amalan utamanya berupa memuliakan orang tuanya dibanding keperluan anak-anaknya sendiri, kemudian setelah dia uraikan amalannya dia berkata, "Ya Allah, jika aku berbuat itu karena mengharapkan ridha-Mu, maka geserkanlah batu yang menutupi gua ini", maka bergeserlah sedikit batu itu, tetapi mereka belum bisa juga keluar. Kemudian orang kedua pun melanjutkan doanya yang berkaitan dengan amalan utamanya berupa menghindari diri dari perbuatan zina karena takut kepada Allah, dan dia berdoa, "Ya Allah jika aku berbuat itu karena mengharapkan ridha-Mu, maka geserkanlah batu yang menutupi gua ini", maka bergeserlah sedikit batu itu. Tapi mereka belum juga bisa keluar, maka orang ketiga pun melanjutkan doanya mengenai amalan utamanya berupa menjaga amanat harta orang lain yang dikelolanya, dan dia berdoa, "Ya Allah jika aku berbuat itu karena mengharapkan ridha-Mu, maka geserkanlah batu yang menutupi gua ini", maka bergeserlah sedikit batu itu, dan mereka pun bisa keluar dari gua itu. (HR Bukhari dan Muslim). 

Dan pernahkah juga saudara mendengar ataupun membaca bagaimana Rasulullah melantunkan doa di kala sangat kritis sewaktu berkecamuknya perang Badar? Saya akan coba menguraikan kembali kisahnya secara singkat. 

Kala itu setelah meluruskan barisan pasukan kaum muslimin, Rasulullah kembali ke tendanya dengan ditemani oleh Abu Bakar, dan tidak ada seorang pun kecuali keduanya. Lalu Rasulullah bermunajat kepada Rabb-Nya, dengan seluruh jiwanya ia menghadapkan diri kepada Tuhan-Nya, begitu dalam ia hanyut dalam doa. 

Dalam permohonannya ia berkata, "Allahumma Ya Allah, ini bangsa quraisy sekarang datang dengan segala kecongkakannya, berusaha untuk mendustakan rasul-Mu. Ya Allah, berilah pertolongan-Mu yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika Engkau membinasakan kaum kami pada hari ini, tiada lagi yang akan menyembah-Mu." 

Sementara ia hanyut dalam doa sambil merentangkan tangan menghadap kiblat, mantelnya terjatuh. Ketika itu Abu Bakar menyaksikannya lalu meletakkan mantel itu kembali ke bahu Rasulullah, sambil ia berkata, "Wahai Nabi Allah, dengan doamu itu, sesungguhnya Allah pasti memenuhi janji-Nya kepadamu." 

Tetapi sungguh pun begitu, Muhammad semakin dalam terbawa dalam aliran doa, dengan penuh ke-tawadhu-an dan kesungguhan hati ia terus memanjatkan doa, memohonkan pertolongan Tuhan-Nya dalam menghadapi peristiwa yang genting, yang oleh kaum muslimin sama sekali tidak diharapkan, dan untuk pertempuran itu pula mereka tidak memiliki persiapan. 

Hingga karena letihnya dalam berdoa membuat Rasul tertidur, beberapa saat kemudian beliau terbangun dengan rasa gembira, dan bersabda, "Bergembiralah hai Abu Bakar, sungguh pertolongan Allah telah datang kepadamu. Inilah jibril sedang memegang kendali kuda. Ia menuntun kuda tersebut, dan gigi di depannya terdapat kematian." 

Kemudian ia keluar menemui sahabat-sahabatnya, dikerahkannya semangat sambil berkata:
"Demi Dia yang memegang jiwa Muhammad, setiap orang yang sekarang bertempur dengan tabah, bertahan mati-matian, terus maju dan pantang mundur, lalu ia tewas, maka Allah akan menempatkannya di surga."
Beberapa waktu lalu saya bertemu rekan lama, dia seorang pengusaha, kulihat sekarang kondisinya lumayan lah, mungkin bisnis yang dikelolanya cukup berhasil.
"Alhamdulillah", gumamku.
Saya ingat beberapa tahun silam dia pernah mengalami suatu ujian yang berat atas perusahaan yang dikelolanya, saat itu sering beliau mencurahkan isi hatinya kepadaku dan menceritakan beratnya ujian yang dialaminya, setelah setumpuk ikhtiar dilakukan, bisnisnya tak kunjung mendapatkan tanda-tanda akan selamat dari kebangkrutan, dan bukan saja bangkrut, bahkan akan terjerat hutang usaha yang sangat besar, dia katakan sekitar puluhan milyar siap untuk menjerat lehernya.
Bukan saja sisi nominal yang membuatnya sesak, tak kalah beratnya yang menjadi beban adalah tanggungan puluhan karyawan yang berada di perusahaannya, intinya menurut beliau pada saat itu adalah masa yang sangat mengguncang jiwanya, makan tak enak, tidur tak lelap, dan segala yang tak enak lainnya menghampiri beliau. 

Yang kutahu, di sisi yang lain usaha beliau bukan saja terkait pada sektor bisnis, tetapi beliau juga aktif dalam melakukan pembinaan usaha berupa pesantren di suatu desa terpencil, pesantren tersebut tumbuh secara sehat, santrinya sekitar lima ratusan, tetapi jenis usahanya adalah nirlaba, atau tidak dikenakan biaya apa pun terhadap santri yang sekolah di pesantren tersebut. 

"Usaha pesantren ini untuk cash flow langit", begitu ujarnya setiap kali saya tanyakan kenapa dia serius sekali mengelola usaha nirlaba ini. 

Saya menjadi penasaran dan tercetus keingintahuan bagaimana caranya dia menyelesaikan masalah usahanya pada tahun-tahun silam. Karena saya melihat kondisi saat ini jauh berubah, lebih sukses bila dibandingkan pada saat itu. 

Beberapa kali kupancing serentetan pertanyaan dari ketidaksabaranku, barulah ia bersedia untuk menceritakan kisahnya ... 

Ya kawan karibku, tiada satu kekuatan yang dapat membantuku saat itu kecuali kekuatan Allah, tiada yang maha pengasih kecuali Allah pula, Dialah yang memberikan jawaban dan jalan keluar kepadaku. Kami ini makhluk yang sangat lemah dan hina, dan Dia lah Maha Kuat dan Maha Kaya. Tiadalah kejadian itu terjadi kecuali menambah kualitas keimanan kami, kami merasakan kasih sayang dan cinta-Nya. 

Engkaupun tahu masalah yang kami hadapi saat itu, penuh dengan kesukaran, hati terasa sempit, kami ditinggalkan pula oleh kawan-kawan, tiada pihak yang ingin meringankan masalah kami saat itu, semua pihak menekan, menekan dan menekan setiap waktu. 

Pada saat usaha kami jatuh, tiada akal lagi untuk mencari apa peluang pengganti usaha kami ini agar bisa melunasi hutang usaha yang berjumlah milyaran itu, sama sekali tidak ada ide, tertutup. Walaupun demikian kami tetap melakukan berbagai ikhtiar mencari solusinya, hingga sampai pada suatu waktu kami pasrah terhadap apapun keputusan-Nya. 

Sering kali kami lantunkan doa untuk diberikan jalan keluar atau yang terbaik bagi kami, bahkan ribuan kali kami berdoa, bukan saja di saat sholat, bahkan dalam perjalanan pun tak lupa kami berdoa kepadanya, intinya lidah dan bibir kami basah dengan doa dan pujian. 

Hari demi hari, minggu demi minggu, dan sekian bulan berlalu dalam kondisi tak menentu. Lalu sampailah pada satu saat aku berdoa di malam hari di tengah semua orang tertidur lelap, bersimpuh dan berdoa kepada-Nya, aku hanya ingat beberapa hadist dan kisah Kekasihku dalam melantunkan doa-doanya. Kemudian dia bercerita mengenai dua kisah di atas. 

Aku coba ikuti cara Kekasihku, Muhammad, dalam berdoa pada saat-saat yang genting, dan kusesuaikan redaksi doanya dengan kondisiku. 

"Ya Allah, Engkau Maha Tahu kondisi kami ini, kami sedang dibebani masalah, dan Engkau tahu pula bahwa dari hasil usaha yang kami upayakan kami kelola pula sebuah usaha pesantren, Engkau tahu kami tidak memungut biaya apapun pada mereka." 

Jika memang amal ibadah tersebut kami lakukan hanya untuk meraih keridhoan-Mu, mohon Ya Allah berilah jalan keluar untuk kami. 

Ya Allah, kami khawatir jika engkau tidak membantu hamba-Mu ini, kami khawatir keberlangsungan pesantren kami terhenti, akan ke mana perginya santri-santri tersebut. 

Ya Allah, aku sayang mereka, kami iba dengan wajah mereka, curahkan kasih sayang-Mu pada mereka, dengan menolong usaha kami Ya Allah. 

Engkaulah yang Maha Mengetahui hati hati kami, ikhlaskanlah hati kami, dan lapangkan hati kami apapun yang engkau putuskan, dan kami yakin apapun keputusan-Mu adalah yang terbaik bagi kami. 

Tak kusangka doanya tersebut membuat jiwaku bergetar dan tak kuasa emosiku terlibat, nyaris kupeluk sahabatku itu, luar biasa makna dari doa tersebut. 

Kemudian dia lanjutkan kembali, "Setelah kulantunkan doa tersebut, tak kusangka dalam waktu yang sangat singkat kasih sayang-Nya telah membuka sebuah jalan keluar yang tidak terduga, ibarat pintu gua yang tidak mungkin terbuka dalam kisah yang kuceritakan itu dengan izin-Nya menjadi terbuka". 

Sambil menahan emosi, ia melanjutkan, "Tiba-tiba seorang relasi kami menawarkan suatu bisnis yang terbilang besar yang tidak pernah tersentuh oleh perusahaanku, bahkan bisnis tersebut di luar kapasitas secara materi maupun keahlian yang kami punya. Kala itu kami pikir bahwa peluang bisnis tersebut pastilah sudah diatur pemenangnya, paling-paling kalau ikut partisipasi juga, ya paling tidak hanyalah mengarak pemenangnya saja.
Saat itu, benar-benar aku tidak tertarik untuk memprosesnya. Kudiamkan saja. Tapi peluang itu datang lagi, datang lagi dan hadir kembali. Karena sering kali peluang yang sama itu selalu hadir, kucoba beranikan diri untuk memprosesnya. 

Apa yang terjadi selanjutnya sungguh ku tak pernah menduganya. Kami mendapati ribuan kemudahan, kami memperoleh proyek tersebut dengan mudah, karena hanya perusahaan kami yang mengajukan proposal tender tersebut dan tidak ada pesaing sama sekali! 

Ke mana para competitor yang besar? Ke mana mereka semuanya? Muncul keanehanku saat itu.
Bila Dia memutuskan sesuatu, tidak ada pihak pun yang akan mampu menghambat-Nya! Ini semuanya kemudahan dari-Nya, Dia permudah seluruh proses tersebut. Dan dalam jangka waktu yang singkat kami mendapati keuntungan tiga kali dari jumlah hutang kami! Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Begitulah dia menceritakannya dengan penuh keharuan.

Selanjutnya kutahu, temanku itu menjadi orang yang selalu bersyukur dan dia yakin sekali bahwa pesantren tersebut telah menjadi amal andalan yang telah menjadi perantara doanya.
Kabar terakhir yang kuterima, pesantren tersebut menjadi semakin besar dan megah walaupun para santrinya tidak pernah terbebani oleh biaya apapun. 

Nah, bagi para enterpreneur, tidak selamanya masa-masa menyenangkan hadir dari kehidupan seorang pengusaha, adakalanya masalah yang banyak terjadi justru sebuah ujian yang tidaklah ringan. Keberhasilan itu hadir setelah melewati masa masa sulit. Bukankah layangan akan terbang tinggi bilamana ada angin yang menerpanya? 

Atau mungkin, bagi seorang pengusaha, janganlah berpikir hanya mengembangkan usaha untuk meraih keuntungan materi saja, tetapi cobalah mulai dipikirkan sebuah usaha alternatif yang bermanfaat buat orang banyak, yang akan dijadikan cash flow langitnya. Bisa saja usaha-usaha tersebut akan dan telah menjadi amalan andalan, yang bilamana kita terhimpit suatu masalah ataupun ujian yang berat, bisa dijadikan perantara atau tawasul untuk permohonan doa kita kepada Allah. 

Terakhir, selamat berdoa. Allah Maha Mendengar rintihan hamba-hamba-Nya.