This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Showing posts with label Budaya. Show all posts
Showing posts with label Budaya. Show all posts

Thursday, 3 October 2013

Ajaran Seks Budaya Jawa dalam Serat Nitimani

Ajaran Seks (Hubungan Seksual) Budaya Jawa dalam Serat Nitimani

Dalam budaya Jawa diajarkan bahwa untuk menghasilkan sesuatu yang baik maka proses awal penciptaan juga harus baik dan dengan restu Tuhan sebagai Sang Maha pencipta. Demikian pula dengan proses hubungan seksual yang tujuan utamanya adalah menghasilkan keturunan. Untuk mendapatkan keturunan yang baik dalam segala hal, kehadirannya di sunia ini haruslah melalui niat awal yang baik serta proses hubungan seksual yang benar dan tepat. Untuk dapat berhubungan seksual dengan baik maka dibutuhkan pengetahuan mengenai segala hal tentang seks. Pengetahuan mengenai hubungan seksual sangat dibutuhkan karena akan berhubungan dengan kehidupan selanjutnya. Jika prosesnya sudah salah, maka akibat yang ditimbulkan akan buruk, bukan hanya bagi anak yang dihasilkan tetapi bagi keseimbangan serta keselarasan kehidupan ini. Kesalahan dalam proses berhubungan seksual dalam budaya Jawa dikenal dengan istilah kama salah. Maka untuk mencegah terjadinya kama salah manusia harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai tata cara hubungan seksual.

Dengan pengetahuan yang memadai maka diharapkan orang dapat berpikir lebih jauh mengenai hubungan seksual sehingga tidak melakukannya dengan sembarangan karena akibatnya sangat fatal bagi keberlangsungan hidup umat manusia dan keselarahan hubungannya dengan alam sekitar tempat manusia hidup. Akibat yang fatal tersebut muncul pada keadaan masyarakat sekarang dimana banyak orang mulai melakukan hubungan seks tanpa mengindahkan norma serta etika yang berakibat pada munculya masalah-masalah dalam kehidupan masyarakat sepeti pemerkosaan, semakin banyak anak-anak terlantar hingga terjadinya peningkatan kriminalitas.
Dalam kasanah budaya Jawa terdapat ajaran atau pedoman moral, nilai dan kaidah bagaimana cara melakukan hubungan seks yang benar dan tepat, sebagaimana  dalam Serat Nitimani berikut cuplikan-cuplikan yang berkaitan dengan Ajaran dimaksud :

Lamun tandhing, marsudya ing tyas ening, namrih ering, kang supadi tan kajungking. (pupuh 2)
Apabila sedang bertanding, usahakanlah hati tetap hening, agar konsentrasi tetap terjaga, supaya tidak terkalahkan.
Yang dimaksud dengan “bertanding” dalam hal ini adalah analogi dari persetubuhan.

Yen sembrana, den prayitna sampun lena, lamun ina, sayek amanggih weda. (pupuh 2)
Apabila ceroboh, waspadalah jangan sampai lengah, sungguh sangat menyakitkan.
Kata ceroboh maksudnya adalah dalam konteks persetubuhan agar tetap waspada di dalam melakukan hubungan seksual sehingga tidak mengalami hal-hal yang tidak diharapkan.

Lamun cuwa, sampun kawiscareng netya, wrananana, ing suka dhanganing karsa, kang supadya, datan manggih dirgama. (pupuh 2)
Apabila tidak puas, janganlah terlihat di wajah, tutupilah, dengan wajah yang ceria, agar supaya, tidak mendapat kesulitan.
Tidak puas yang dimaksud disini, masih dalam konteks hubungan seksual yaitu keadaan dimana salah satu pihak belum mencapai titik kepuasan atau orgasme.

Lamun gela, jroning nala sampu daga, sengadiya, langkung condong ing wardaya, pamrihira, kang pinanduk tan legawa. (pupuh 2)
Apabila kecewa, janganlah membrontak dalam hati, niatilah, untuk lebih berlapang dada, dengan harapan, agar ketidakpuasan tidak berlarut-larut.
Kecewa dalam ungkapan ini masih dalam konteks hubungan seksual dan tidak mencapai kepuasan.

Lamun lingsem, ing gunem aja katingkem, lamun amem, yekti katara ing klecem. (pupuh 2)
Apabila terjerat rasa malu, janganlah membisu, karena bila berdiam diri, niscaya akan terlihat di wajah.
Ketika seorang laki-laki mengalami kegagalan di dalam berhubungan seksual karena hal-hal tertentu, maka disitulah dia akan merasa sangat malu.

Lamun harda, sampun dadra murang krama, mrih widada, pakartine kang utama. (pupuh 2)
Apa bila punya keinginan, janganlah lepas kendali menerjang etika, agar selamat, utamakanlah sikap luhur.
Keinginan maksudnya adalah dalam hal ingin melakukan hubungan seksual maka jangan sampai lepas kendali, harus tetap memperhatikan etika.

Yen anglaras, penggagas aja sampun kabrangas, dimen awas, ing pamawas datan tiwas. (pupuh 2)
Jika sedang menikmati sesuatu, janganlah kesadaran terlena, agar tetap siaga, kewaspadaan tak akan tiwas.
Maksudnya adalah jika sedang berada dalam kenikmatan berhubungan seksual, kewaspadaan dan kesadaran diri haruslah tetap dijaga, supaya tidak menemui tiwas atau maut.

Yen cecegah, den betah gonira ngampah, nganggah-anggah, yeku pakarti luamah. (pupuh 2)
Selama mengendalikan diri, bersabarlah menahan hawa nafsu, lepas diri tanpa kendali, merupakan prilaku serakah.
Orang harus belajar mengendalikan nafsunya (nafsu dalam konteks ini adalah nafsu birahi) agar tidak kelepasan sehingga menyebabkan sesuatu yang tidak baik.

Wanita punika, upami papan badhe pandhedhering wiji, saestunipun kedah milih ingkang prayogi. (pupuh 3)
Peranan wanita itu ibarat lahan untuk menabur benih, sehingga haruslah memilih lahan yang bagus.
Dalam melakukan hubungan seksual, maka haruslah dicamkam bahwa hasil dari perbuatan itu adalah adanya seuatu mahkluk baru sehingga tidak boleh dilakukan sembarangan dan pasanganyapun harus dipilih baik-baik.

Para sujanma priya yen badhe amilih dhateng wanodya, kaagem pantesing pala krami, anyeplesana dhateng suraosing tetembungan tiga : bobot, bebet, bibit. (pupuh 3)
Kaum Pria yang bermaksud memilih sorang wanita untuk dinikahi, hendaknya memperhatikan tiga hal : bobot, bebet, bibit.
Untuk mempersiapkan keturunan yang baik, maka harus juga dicari pasangan (wanita) yang baik dan memenuhi criteria-kriteria tertentu. Dalam budaya Jawa, ada tiga hal paling penting yang harus diperhatikan yaitu ; bibit, bebet, dan bobot.

Ingkang rumiyin tembung bobot, pikajengipun amiliha wanita ingkang asli. (pupuh 3)
Pertama kata bobot, maksudnya pilihlah wanita sejati.

Wanita, ingkang badhe kapendhet wau amiliha darah ing supudya…. (pupuh 3)
Wanita yang kita pilih hendaklah seorang wanita yang memiliki garis keturunan orang-orang terpilih…..

…. Pramila anitik sarasilah darajatin bapa, ing sapanginggil, gerbanipun, sinten manungsa ingkang winahyu, sayekti awit saking rahayuning batos, dene rahayuning batos punika terkadang kapinujon, asring pinareng tumus mahanani dhateng wewatekaning atmajanipun. (pupuh 3)
…. sehingga cara paling mudah ditempuh adalah dengan melihat garis silsilah leluhur sang ayah, karena wahyu cenderung jatuh pada orang-orang yang memiliki keseimbangan batin, dan keseimbangan olah batin tersebut biasanya mampu menurun pada sang anak.

Ing sapunika kula dumugekaken tembung bibit, pikajengipun, tumrap dhateng wanita ingkang badhe kapendet wau, amiliha ingkang sae warninipun saha ingkang kathah kasagedanipun. (pupuh 3)
Sekarang sampai pada istilah bibit, maksudnya, wanita yang akan dipilih, hendaklah yang rupawan sekaligus memiliki banyak ketrampilan.

…. Kadosta manising ulat, indah ayuning warni, dhemes prigeling solah, punika among kangge minangka sarana amemalat dhateng thukuling sesenenganipun para priya, pramila lajeng wonten pralambang tembung paribasan : “bebukaning pala krami dudu banda dudu rupa amung ati pawitane”, tegesipun dudu banda punika sanes kasugihanipun raja brana, dudu rupa tegesipun sanes ayu indahing warni, ingkang binasdakaken condong utawi jodho. (pupuh 3)
…. kecancitan fisik seringkali hanya didudukkan sebagai wahana kepuasan kaum laki-laki, oleh karena itu ada peribahasa : “bebukaning pala krami dudu banda dudu rupa amung ati pawitane”, (permulaan pernikahan bukan harta benda dan rupa, hanyalah hati sebagai titik awal keberangkatan). Yang dimaksud bukan harta adalah bukan kekayaan, sedangkan bukan rupa adalah bukan kecantikan wajah, yang kemudian disebut sebagai jodoh.
Untuk mengesahkan suatu hubungan seksual, maka pasangan haruslah melewati tahap pernikahan. Pernikahan tersebut menyatukan dua pribadi yaitu laki-laki dan wanita dalam ikatan yang abadi. Supaya tidak mengalami penyesalan, maka pernikahan haruslah didasari dengan hati sesuai dengan peribahasa tersebut, meskipun ada faktor-faktor lain yang juga harus menjadi bahan pertimbangan.

Punika amung dumunung wonten seneng parenging panggalih, runtut utawi rujuk kalih-kalihipun, temahan sami angrumentah ing bapak kaliyan anak, dene panganggepe bapa binasakaken kencana wingka, pikajengipun tembung makaten wau tur kawujudanipun warni wingka, katon warni kencana. (pupuh 3)
Hal itu  hanyalah terdapat pada kecocokan hati, kesesuaian dan keharmonisan antara keduanya, hingga kemudian menumbuhkan kasih sayang antara ayah dan anak, sayang ayah lantas mengiaskan sebagai kencana wingka, maksud dari ungkapan tersebut adalah meskipun kenyataan wujudnya berupa wingka (loyang) namun tampak seperti kencana (emas).
Dalam memandang pasangan hidupnya, perlulah diingat ungkapan kencana wingka. Walaupun wujudnya hanyalah loyang, akan tetapi tampak seperti emas. Jadi meskipun pasangan hidup tidaklah mempunyai rupa yang sempurna, akan tetapi haruslah bisa dilihat kecantikan yang terpencar dari hatinya.

Pala krami punika terang yen gumantung wonten ing kasenenganing priya pyambak-piyambak, dene kasenengan wau boten kenging katemtokaken, liripun makaten kadosta indah ayuning warna boten temtu ndadosaken kasenenganing priya. (pupuh 3)
Perkawinan itu hanyalah berdasarkan kesenangan pribadi kaum lelaki masing-masing, sedangkan rasa sukanya tidak dapat ditentukan, artinya kecantikan wajah ternyata belum tentu menimbulkan rasa cinta kaum priya.
Perkawinan merupakan atau ikatan yang sakral, sehingga untuk melaksanakannya harus dicari pasangan yang benar-benar tepat. Artinya, tidak bisa dilihat hanya dari fisiknya saja.

Supados angatos-atos ing pamilihipun, karana menggah dununging wanita punika tumrapipun dhateng priya, binasakaken amung, swarga nunut liripun makaten yen pinuju saged mimbuhi dhateng seneng tuwin asringing prajanipun, yen pinuju lepat ing pamililipun mangka angsal wanita ingkang ambeg durta, tegesipun pawestri ingkang awon kelakuwanipun punika badhe saged narik damel sangsaraning priya. (pupuh 3)
Berhati-hatilah dalam memilih, sebab kedudukan wanita bagi kaum priya diibaratkan swarga nunut maksudnya adalah tatkala hidupnya diliputi kebahagian, posisi wanita seolah hanya sebagai pelengkap hiasan kebahagiaan tersebut, sedangkan bila sang priya salah memilih, artinya  wanita yang didapat bukan tergolong wanita baik, maka akan menimbulkan kesengsaraan bagi si pria itu sendiri.
Bagian ini adalah sikap manusia Jawa dalam hal kedudukan wanita bagi kaum pria dalam hal rumah tangga (termasuk didalamnya urusan hubungan seksual) yaitu diibaratkat swarga nunut neraka katut yaitu jika suami memberikan hal-hal yang baik maka sang wanita juga pasti akan menikmati segala hal yang baik juga.

Pramila saderengipun kapendhet garwa sasaged-saged kapratitisna ing pamilihipun, awit bilih sampun kalajeng rumentah ing sih kawelasan tuwin katresnan, saestu awrat ing pambiratipun, temahan badhe ngengetaken dhateng tumempuhing kasangsaran. (pupuh 3)
Oleh karena itu sebelum menentukan pilihan terhadap pasangan hidup hendaklah berhati-hati dalam memilih, karena bila terlanjur maka cukup sulit mengatasinya, akhirnya malah sering menimbulkan ketidakbahagiaan.
Jika ingin berhubungan seksual, alangkah baiknya jika pasangan sudah terikat dalam ikatan pernikahan, dan karena sifatnya yang sakral maka diharapkan jangan sampai salah memilih serta berhati-hatilah karena dampaknya sangat besar bagi kelanjutan kehidupan.

…. wanodya ingkang indah ing warni, sarta pantes ing solah bawa lan ambeg tepa ing rasa, tuwin dana ing tepa utawi ingkang temen tobatipun rila dhateng ing atasing kasaenan, sabab kalakuwaning wanodya ingkang mekaten wau watak lajeng kasaenan sarta kinurmatan ingkang kakung, awit pambekaning wanita ingkang makaten punika angrabasa dhateng bedudhening priya ingkang lajeng saged nukulaken dumateng rumentahing kawelasan tuwin katresnan. (pupuh 3)
…. wanita yang cantik baik lahir maupun batin, wanita yang demikianlah yang dihormati oleh setiap laki-laki. Seorang wanita dengan modal kecantikan lahir batin sesungguhnya akan mampu meruntuhkan dinding hati laki-laki yang ada di hadapannya akan bertekuk lutut menyerahkan segenap cinta dan kasih sayangnya.
Buadaya Jawa memandang tinggi posisi wanita. Ada suatu sikap dalam hal memandang soerang wanita yaitu dari kecantikannya, bukan hanya dari segi fisik tetapi juga dari kecantikan hatinya (cantik lahir dan batin), dan wanita yang memiliki kecantikan lahir dan batin itulah yang menjadi istri dambaan setiap pria untuk menjadi pasangan hidupnya.

Tepa ing rasa (rasa tepa) punika pikajengipun sageda sumingkir saking lumuh tuwin rikuh ing liyan, sabab yen boten kadunungan tepa ing rasa (rasa tepa) wau sok ngawontenaken watak iren tuwin meren, ingkang pandukipun lajeng direngki. (pupuh 3)
Tepa ing rasa maksudnya mampu menghindarkan diri dari sikap benci terhadap orang lain, karena jika tidak memiliki sifat tersebut terkadang menimbulkan watak iri yang ujungnya adalah kedengkian.
Dalam konteks pengajaran mengenai seks, hal yang paling penling utama untuk diperhatikan adalah bagaimana cara memilih qwanita yang baik agar kehidupan rumag tangga beserta seluruh aspek didalamnya dapat berjalan dengan lancar. Oleh sebab itu ada beberapa ciri-ciri wanita yang ideal sebagai pasangan agar tujuan hidupnya dapat tercapai.

Dana ing tepa, punika pikajengipun sageda sumingkir saking panyaru tuwin panyikuning liyan, sabab yen boten kadunungan dana ing tepa wau, asring ngawontenaken watak : dahwen tuwin salah open ingkang pandukipun lajeng dados srei. (pupuh 3)
Dana ing tepa, artinya mampu menjauhkan diri dari hasrat menyakiti serta menyengsarakan orang lain, sebab bila tidak memiliki sifat tersebut, cenderung memunculkan watak serakah yang akhirnya menjelma menjadi jahat.

Temen tobatipun rila, punika pikajengipun tobat ingkang kalebetan temen lan rila. Pramila pikantukipun pawestri ingkang makaten wau lajeng kinurmatan ing kakung. (pupuh 3)
Temen tobatipun rila, artinya taubat yang dilandasi kesungguhan dan keikhlasan, sehingga seorang wanita yang mampu bersikap demikian akan disegani oleh setiap laki-laki.

Samangke pamuji kula malih mugi sageda angsal wanodya ingkang kadunungan watek : sama, beda, dana, denda. Tembung sama tegesipun pada, pikajengipun gadhahana  wewatek asih dhateng sakehing dumadi. Beda tegesipun seje, geseh utawi milah, pikajengipun anggadhahana watek kulina sarta saged animbang, inggih punika putusing tepa. Dana tegesipun neganjar, pikajengipun gadhahana watek remen asung kasenengan tuwin kabungahan dahteng sakehing dumadi. Denda tegesipun kukum, pikajengipun gadhaha watek putus lan patitis, pamiyak tuwin milih nalar ingkang awon utawi dhateng ingkang sae, anggenipun ngempan utawi mapanaken. (pupuh 3)
Berikutnya harapan saya semoga anda mendapatkan wanita yang di dalam dirinya terdapat sifat-sifat sama, beda, dana, denda. Kata sama, berarti merasa sama, maksudnya memiliki rasa sayang pada sesama mahkluk. Kata bedha, berarti tidak sama, maksudnya memiliki sifat mengutamakan pertimbangan sebagai wujud kearifan. Kata dana berarti memberi imbalan, maksudnya hendaklah memiliki sifat mudah memberi kepada sesama. Kata dendha, berarti hukum, maksudnya memiliki sifat teliti dalam menentukan sesuatu sehingga tepat memilih mana yang baik dan yang buruk.
Dalam Budaya Jawa wanita dianggap sebagai “wadah” dari benih yang akan ditanam oleh laki-laki dan karena itu maka haruslah dicari wanita yang terbaik. Selain dari tiga faktor utama (bibit, bebet, bobot), seorang wanita yang baik juga harus memiliki sifat-sifat tertentu.

Ingkang kaping kalih kala wau sageda uninga panduking guna, busana, baksana lan sasana wewijanganipun makaten :
  1. Guna tegesipun pangawikan utawi kapinteran, pikajengipun sageda sumerep lan mangretos dhateng wewenang lan wajibing lan pandamelaning pawestri.
  2. Busana, tegesipun pangangge, pikajengipun sageda uninga lan ngetrapaken dhateng raja tadi darbekipun ingkang pancen kasandhang.
  3. Baksana tegesipun pangan, pikajengipung sageda uninga lan nandukaken ubet kekayaning laki ingkang pancen katedha.
  4. Sasana, tegesipun dunung utawi panggenan, pikajengipun sageda uninga tuwin memantes lan memangun anggenipun gegriya. (pupuh 3)
Yang kedua, hendaklah memiliki kepekaan terhadap guna, busana, baksana, dan sasana. Adapun penjelasannya sebagai berikut :
  1. Guna berarti ketrampilan atau kepandaian maksudnya adalah tanggap terhadap tugas dan wewenang sebagai seorang istri.
  2. Busana berarti seorang wanita haruslah memiliki kepekaan terhadap penampilan serta pakaian miliknya secara proporsional.
  3. Baksana berati pangan, maksudnya memiliki ketrampilan mengatur keuangan/penghasilan suami secara proporsional.
  4. Sasana yang berarti rumah atau papan, maksudnya memiliki ketrampilan untuk mendekar dan menghias rumah dengan indah.
Selain sifat, wanita yang baik juga harus dapat membuat dirinya terlihat menarik agar laki-laki yang menjadi pasangan hidupnya tetap setia dan tetap bisa menjaga hubungan (termasuk dalam hubungan seksual). Hal tersebut dikarenakan pria dan wanita haruslah senantiasa bekerja sama dengan baik untuk dapat mempersiapkan segala hal demi menyambut kehadiran manusia baru sebagai hasil dari hubungan seksual yang mereka lakukan.

Ingkang kaping tiga kala wau ambeging pangrengkuh ingkang sawanda, saeka praya lan sajiwa, wijanganipun mekaten :
  1. Sawanda, tegesipun sarupa, sawangu utawi sawarna, pikajengipun sedya nyawiji badan, empan mapanipun gadhahana ambeg pangrengkuhipun lan rumeksanipun dhateng priya dipunkados rumeksa dhateng badanipun piyambak.
  2. Saeka praya, tegesipun sawiji budi, pikajengipun gadhahana ambeg pangrengkuhipun dhateng priya anedya nunggil kapti.
  3. Sajiwa, tegesipun satunggiling nyawa, pikajengipungadhaha ambeg pangrengkuhipun dhateng priya dipun kados dhateng nyawanipun piyambak. (pupu 3)
Yang ketiga adalah dalam hal kesetiaan hendaklah memiliki sifat-sifat sawanda, saeka praya, dan sajiwa, penjelasannya sebagai berikut :
  1. Sawanda yang berarti serupa, sebangun, atau sewarna. Maksudnya, wanita tersebut bersedia menyatu tubuh dengan cara saling memahami, menjaga suaminya sama seperti menjaga dirinya sendiri.
  2. Saeka praya artinya dapat menyatukan kehendak dengan kehendak suaminya yang tujuannya demi kebaikan, maka sang istri harus merasakan sebagaimana kehendak diri pribadi.
  3. Sajiwa berarti sehati. Maksudnya adalah sikap istri terhadap suami sama seperti terhadap diri sendiri.
Menggah pawestri ingkang sampun nambut silaning akrami, punika kedah netepi punapa ingkang kados wajibing estri kathahipung tigang pangkat, satunggil-tunggiling pangkat wonten tigang pakarti :
  1. Kedah gemi, nastiti, ngati-ati.
  2. Kedah tegen, rigen, mugem.
  3. Kedah titi, rukti, rumanti. (pupuh 3)
Bagi wanita yang telah berumah tangga hedaklah melaksanakan apa yang menjadi tugas seorang istri, dalam hal ini berjumlah tiga tingkatan, masing-masing terdapat tiga komponen perilaku :
  1. Hendaklah gemi (hemat), nastiti (cermat), ngati-ati (hati-hati).
  2. Hendaklah tegen (tidak mengecawakan, rigen (trampil), mugen (meyakinkan).
  3. Hendaklah titi (teliti), rukti (manfaat), rumanti (merata).
Dene panduking damel kedah nglenggahi gangsal prakawis :
  1. Kedah rikat.
  2. Cukat.
  3. Prigel.
  4. Trampil. (pupuh 3)
Sedangkang dalam hal bekerja hendaklah memiliki lima sifat :
  1. Cepat.
  2. Tangkas.
  3. Cekatan.
  4. Lihai.
  5. Terampil.
Menggah labetipun kedah kados ing ngandhap punika :
  1. Kedah ishep, madhep, mantep, sregep.
  2. Kedah wekel, petel, nungkul, atul. (pupuh 3)
Perihal pengabdian, hendaklah seperti di bawah ini :
  1. Hendaklah dilandasi kejernihan berpikir, niat, kesungguhan, rajin.
  2. Hendaklah tekun, telaten, tanpa kenal lelah, sabar.
Lampahing asmaragama, kalamunpasta purusa dereng kiyat lan santosa, ing driya ajwa kasesa, nandukaken pancakara, kang mangkono wau mbok manawa, blenjani neng wiwara, dayane datan widada, temah dela kang wardaya, terkadang amanggih ewa, lan wanita lawannya, marga tan kapadang karsa, tiwas wadi wus kabuka wekasan tan mantra-mantra, tumimbang serenging driya, wangune salah mangkana, yeka kena ing rubeda, aran katitih asmara, awit dereng abipraja, duk wau kagyating pasta, iku uga mbok manawa lagya kaserenging daya, mung sengseming driya harda, sinerus lumaksana, kasengka mangsa ing yuda, marma dayane sapala, tan lama nulya marlupa, kacarita inggih punika, awit rahsa tuwin jiwa, dereng winengku samya dening prabanira Hyang Pramana. (pupuh 6).
Penerapan asmaragama adalah apabila senjata yang dimiliki laki-laki belum siap tempur maka janganlah terburu-buru melakukan pertandingan, karena pertandingan tentu tidak akan berlangsung seru. Sang laki-laki tentu tidak akan mampu bertahan lama, dan si wanita sebagai lawan bertanding pasti tidak akan merasa puas. Janganlah menantang bertanding hanya karena dorongan nafsu, sebab jika laki-laki kalah hanya dalam beberapa jurus saja akan sangat memalukan, ia akan dianggap sebagai laki-laki lemah, loyo, dan tidak ada gunanya.
Dalam konteks pengajaran seks dalam Serat Nitimani, bagian penerapan asmaragama adalah cara bagaimana melakukan hubungan seksual yang baik dan benar. Cara adalah teknik yang dipakai dalam rangka memenuhi proses perubahan dengan mempunyai tujuan yang lebih khusus.

Dene ingkang binasakaken kasor prabawa wau mbok menawi patrapipun makaten, empaning cipta boten kapandan dening mapaning praman, ing wekasan prasa tuwin rahsa katamaning raos welas utawi engah, inggih rubeda patrap makaten wau ingkang binasakaken tumanding kang sanes bangsa. (pupuh 6)
Yang dimaksud kalah wibawa adalah perasaan yang dikalahkan atau diharapkan semula ternyata tidak sesuai dengan kenyataan. Akhirnya bukanlah kenikmatan yang dirasakan melainkan rasa lelah bahkan mungkin terasa sakit. Kondisi seperti itulah yang disebut tumanding kang sanes bangsa.
Hubungan seksual lazimnya melibatkan dua pihak yaitu laki-laki dan wanita. Dalam melakukan persetubuhan, maka keduanya haruslah sama-sama sedang berada dalam kondisi yang baik. Jika salah satunya mengalami sesuatu yang buruk maka imbasnya akan terkena pada kedua pihak.

Pramila pamilihing wanita kedah ngatos-atos, karana bilih kaleresan angsal wanodya ingkang prasaning rahsa, ingkang nunggil bangsa, punika lajeng nggendam langgengin asmara, saniskaraning rubeda, temah mahanani susila pamoring lulut, awit binuka langgening pramana, dene ingkang binasakaken susila pamoring lulut wau, woring sekaliyan binuka tanpa rubeda, amung pinanggih seneng pareng. (pupuh 6)

Oleh karena itu hendaklah berhati-hati dalam memilih pasangan hidup, karena jika pilihan anda tepat, anda akan benar-benar terikat dan bahagia lantaran anda akan merasakan kenikmatan secara paripurna, tanpa satupun rintangan yang menghalangi kecuali kepuasan yang terus meliputi.
Bagian ini menjelaskan mengenai sikap dalam konteks pengajaran seksual, yaitu bagaimana bertindak dalam hal memilih pasangan hidup agar tidak salah sehingga dapat tercapai kenikmatan dan jauh dari rintangan.

Kalamun pasta purusa wus kiyeng kiyat santosa, kwehning daya wus samekta, iku nulya tindakena umangsah ing ranonggana, sayekti datan kuciwa tumempuhing banda yuda. Nanging ta dipunprayitna, ing tindak ajwa sembrana, gyaning bakal nuju prasa, mring wanita mengsahira, supaya leganing driya, wruhanta dipunwaspada. (pupuh 6)

Ketika senjata pusaka laki-laki telah siap tempur, segenap kekuatan siaga, maka segeralah memulai pertandingan. Niscaya pertempuran tidak akan mengecewakan. Namun tetaplah waspada, jangan ceroboh. Ketika menghujamkan serangan terhadap senjata lawan, hendaklah mengutamakan kewaspadaan.
Ini adalah bagian cara dalam hal pengajaran seks dalam Budaya Jawa.

Pameting rahsa mangkana, srana ngagema wisaya, pratingkah ukeling pasta, kacarita solahira, duk murwani lumaksana, karya pepucuking yuda, kwehning daya saniskara, ajwa sineru sarasa, ing tindak kesah saranta, pangangkah amung muriha, keri prasaning wanita. (pupuh 6)
Dalam keadaan demikian, kendalikanlah tata gerak senjatamu, janganlah tergesa-gesa untuk lekas selesai, dengan tujuan agar wanita yang menjadi lawanmu merasa terlayani dan hasrat bertempur akan semakin memuncak.
Bagian ini masih mengajarkan cara mengenai bagaimana tindakan yang benar dalam berhubungan seksual.

E kulup sira sang pasta, poma ngger dipunprayitna, panarik sendaling gada. (pupuh 6)
Hendaklah berhati-hati dalam melepaskan senjata gada.
Senjata gada yang dimaksud dalam konteks ini adalah alat kelamin laki-laki yang akan dilepaskan atau dimasukkan ke dalam alat kelamin wanita.

Kang iku den engetana, tembe sakaro tan kena, yen maning mangsah angayuda, kalamun durung nirmala, kudu temen tinumna, waluya sakalihira, mangkana ujuring salaka……. (pupuh 6)
Janganlah melakukan pertandingan sebelum kondisi benar-benar pulih, demi menghindarkan diri dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Dalam konteks pengajaran seksual, maka bagaian ini mengajarkan tentang bagaimana seharusnya tindakan laki-laki ketika dirinya sedang dalam kedaan yang tidak maksimal.

Wondene, menggah patrap salebetipun sanggama wau, priya kedah mawas ulat liringing wanita punapa dene saliranipun piyambak, ten sampun kapanduking panggalih :  lega, carem, tuwin marem sesaminipun upami tiyang nenedha, karaos sampun tuwuk. (pupuh 6)
Padahal, selama proses pertempuran laki-laki wajib memperhatikan lawan main untuk mencapai kepuasan bersama. Ibarat makan, sama-sama merasakan kenyang.
Bagian ini juga merupakan ajaran mengenai bagaimana tindakan yang tepat saat sedang melakukan hubungan seksual.

Kedah manggen wonten gajeging gela, sampun kadamel lega, prasaning rahsa kawudhara, ing riku wujuding wisaya. (pupuh 6)
Hendaklah membangun rasa penasaran, jangan merasa puas, bangkitkan kembali dorongan seksual anda,  karena disitulah ruang kenikmatan.
Bagian ini mengajarkan bagaimana seharusnya bersikap dalam berhubungan seksual ketika akan memulai pertandingan lagi.

….awit aji asmara punika kangge sarana lelantaran anggenipun badhe nyumerepi “dhateng asal wijinira” manungsa sejati, karana ingkang kasebut tembung paribasan makaten : sinten manungsa ingkang boten uninga dhateng asal wijinira, sayektine inggih datan uninga dhateng sejati paraning sedya, kacariyos ing tembe inggih badhe kirang sampurna ing kamuksanira. (pupuh 6)
Ilmu asmara merupakan sarana untuk mengetahui asal muasal manusia, seperti peribahasa barang siapa yang tidak mengetahui asal usulnya sesungguhnya juga tidak akan mengetahui kemana tujuan hidupnya, niscaya kelak hidupnya tidak akan sempurna.
Hubungan seksual merupakan masalah yang sangat penting dalam Budaya Jawa karena hasilnya adalah sebuah kehidupan baru. Maka dari itu diajarkan agar sebelum melakukan hubungan seksual haruslah disiapkan segala-galanya agar hasilnya juga sempurna dan mengerti asal kemana ia akan berakhir.

Yen pinareng dening Pangeran ingkang Maha Suci, kinen dados lantaran nitehaken manungsa. (pupuh 6)
Apabila Tuhan memperkenankan, pertandingan tersebut akan menjadi sarana dan wahana untuk menciptakan manusia.
Hubungan seksual yang benar akan direstui oleh Tuhan dan diberikan hasil yang benar pula.

Kasebut wonten wewijangan ngelmi, ingkang kaping nem dipunwastani kayektening kahanan Kang Maha Suci, inggih menika pambukaning tata malige ing dalem Betal Mukadas awit dene pamejangipun ambuka kodrat predating Pangeran kang Maha Suci Sejati, anggenipun kersa jumenengaken maligening Dad, minangka Betullah katata wonten kontholing manungsa…. (pupuh 8)
Disebutkan dalam ajaran ilmu keenam dinamakan keberadaan Yang Maha Suci yaitu pembukaan tata malige dalam Betal Mukadas, dikarenakan Tuhan telah berkehendak menempatkan mahligai Zat sebagai Baitullah yang berada di buah Zakar manusia.
Dalam hal hubungan seksual, maka yang paling penting adalah peranan alat kelamin sebagai media utama. Budaya Jawa mengajarkan mengenai konsep alat kelamin pria sebagai sesuatu yang penting karena merupakan bagian dari tempat persemayaman juga.

Sejatine ingsun nata malige ana ing sajroning Betal Mukadas iku omah enggoning pasucian ingsun, jumeneng ana kontholing Adam,  kang ana ing sajroning konthol iku pringsilan, kang ana ing sajroning pringsilan iku nutpah, iya iku mani, sajroning mani iku madi, sajroning madi iku manikem, sajroning manikem iku rahsa, sajroning rahsa iku ingsun, Dad kang anglimputi ing kahanan jati jumeneng ana ing sajroning nukat gaib….. (pupuh 8)
Sebenarnya Aku meletakkan tahtaKU dalam Betal Mukadas. Itu adalah tempat pesucianKu, yaitu berada di zakar Adam. Yang berada di zakar itu adalah buah pelir, yang berada dalam buah pelir adalah nutfah, yang berada dalam nutfah adalah mani. Di dalam mani ada madi. Di dalam madi ada manikem. Di dalam manikem ada rahsa. Di dalam rahsa ada Aku, tiada Tuhan selain Aku, zat yang meliputi segalanya bertahta dalam alam gaib.
Dalam ajaran mengenai konsep seks dalam Budaya Jawa, maka diterangkan pula apa sebenarnya alat kelamin itu sebagai sarana utama dalam hal seks. Dalam Budaya Jawa diajarkan bahwa tubuh manusia adalah manifestasi  dari Tuhan itu sendiri dan alat kelamin milik pria masing-masing bagiannya adalah perwujudan dari unsur ke-Tuhanan sehingga tidak boleh digunakan sembarangan karena suci sifatnya.

Yen priya lan wanita anggenipun sami sahresmi pamudharin prasa sesarengan, woring kama mangka pinareng dening Pangeran Kang Maha Mulya badhe nitahaken manungsa, punika woring kuma wau lajeng kendel dumunung wonten guwa garbaning wanita, binasakaken garbini inggih punika meteng. (pupuh 8)
Bila seorang pri dan wanita bersetubuh, pertemuan kama diperkenankan oleh Tuhan Yang Maha Esa, akan ditaksirkan manjadi manusia. Bersatunya kama (seperma dan sel telur) tersebut kemudian akan berdiam diri di rahim wanita yang kemudian disebut hamil.
Tujuan dari hubungan seksual salah satunya yang paling penting adalah untuk menghasilkan keturunan. Benih manusia yang hadir di rahim wanita itu bisa ada hanya karena restu dari Tuhan.

….saleresipun tiyang estri ing asmara boten malih, amung kedah anut ing ombak kasagedaning priya…. (pupuh 19)
Sesungguhnya dalam bersenggama seorang wanita harus mengikuti kemauan laki-laki.
Hal-hal tersebut adalah ajaran tentang tindakana yang tepat bagi wanita dalam hal berhubungan seksual.

Wonten malih gelaring wanita yen nuju sinanggama ing priya, lajeng ambiyantu ing solah obahing raga raga dadosaken keras maju sunduring pasta, pratingkah makaten wau sedyanipun supados simbuhi sakecaning prasa…. (pupuh 19)
Adapun tingkah laku wanita ketika bersenggama sebagiknya mengimbangi gerak pria yang bertujuan untuk menumbuhkan rasa nikmat.
Dalam berhubungan seksual diajarkan mengenai bagaimana sikap seorang wanita agar kegiatan hubungan seksual bisa mencapai tujuan yang diinginkan yaitu dapat mengimbangi gerakan laki-laki.

Kisanak, bebakunipun ingkang prelu kedah waskita, sageda nuju karsaning priya, ing solah kedah anut ing kersaning kakung. (pupuh 19)
Saudara, yang [erlu diperhatikan adalah kewaspadaan. Hendaknya wanita tanggap terhadap kehendak laki-laki.
Selain menyeimbangkan gerak, wanita juga harus tanggap dan mengerti apa yang menjadi kehendak laki-laki.

Awit wujudipun ingkang kawastanan labet wau inggih guna, tegesipun kapinteran, ingkang dipunwastani guna punika inggih sarana, tegesipun piranti, ingkang binasakaken sarana punika inggih : mantra, tegesipun muna, ingkang dipunwastani mantra punika inggih dunga tegesipun muni, ingkang binasakaken donga menika inggih puja, tegesipun panggunggung, inggih punika sadaya wau dumunung pangrengganing basa, utawi patrap ingkang dados pepunton atining tata krami. (pupuh 20)
Dengan upaya seperti itu sesungguhnya merupakan bentuk lain dari ibadah. Sebab bentuk ketekunan dan kesungguhan pada dasarnya berupa guna artinya kepandaian atau ketrampilan. Guna juga berarti sarana, yaitu peralatan. Sarana dapat diartikan sebagai mantra, maksudnya niat yang diverbalkan, sedangkan doa juga berarti harapan atau cita. Kesemuanya seimbang antara prilaku dengan nurani.
Budaya Jawa mengajarkan bahwa dalam berhubungan seksual haruslah diniatkan dalam hati bahwa tujuannya adalah baik karena menghasilkan manusia baru. Maka dari itu, hubungan seksual haruslah dilaksanakan dengan niat yang sungguh-sungguh karena hal tersebut sama juga dengan beribadah.

Wondene alas hardaning karsa, dumugining cipta maya kados ingkang kasebut ing inggil wau, bok manawi boten amung mahanani dhateng wewatekaning bebayi, pramila para sujana lan sarjana ingkang waskita ing kadadosaning krida utawi pangripta wau sok nuwuhaken, lajeng kangge tetenger nama dhateng atamajanipun. (pupuh 22)
Maka dari itu segala keinginan, beradanya cipta maya seperti yang disebut diatas tadi, mungkin tidak hanya memberi watak bayi, makanya para manusia dan manusia yang bijaksana di kejadian yang terjadi atau terciptanya tadi, kadang memberikan tanda, lantas dijadikan nama terhadap anak-anaknya.
Dalam hubungan seksual juga diajarkan untuk berada dalam posisi hati yang serba tenang, segalanya dalam kondisi baik agar hasil keturunan yang dihasilkan juga baik. Tidak hanya itu, akan tetapi hati pria dan wanita yang melakukan hubungan seksual juga harus bersih dan bijaksana.

Yen ta saupami ngrembaga bab prakawis wiji, leres sampun dumunung wonten ing priya, pramila sujanma wanodya punika bebasanipun kasebut papan utawi wadah…. (pupuh 22)
Jika membahas perkara benih, benar, sudah berada di para laki-laki, maka dari itu, perempuan diibaratkan papan atau wadah.
Perempuan adalah wadah tempat laki-laki menempatkan maninya agar dijaga dan dirawat dalam suatu tempat yaitu rahim wanita.

….karsanira Pangeran Kang Maha Mulya karsa nitisaken wijining manungsa…. (pupuh 22)
Kehendak Tuhan Yang Maha Mulia berkehendak menitiskan benih manusia.
Dalam masalah hubungan seksual, haruslah diingat bahwa munculya janin adalah hasil karya Tuhan, sehingga harus dapat dipertanggung jawabkan.

Kacariyos bilih kasupen inggih kenging boten dados punapa, sabab sajatosipun ingkang prelu dados awisan amung hawa napsu bilih saged ambirat ing hawa napsu, kacariyos ing adat asring kadunungan awas lan emut, manawi tansah anggenipun awas kaliyan emut, bok manawi estu amanggih kamulyan ing sangkan paran….. (pupuh 23)
Ceritanya, seandainya lupa sesungguhnya tidak masalah, karena yang sebenarnya perlu mendapat larangan hanya hawa nafsu karena akan bisa menjerumuskan. Ceritanya, dalam adat sering terdapat awas ingat, jikalau teramat sangat rasa awas dan ingat itu mungkin benar akan bertemu dengan kemulyaan di asal dan tujuan.
Hal tersebut merupakan ajaran megenai tindakan, yaitu bahwa dalam melakukan hubungan seksual haruslah dengan penuh kesadaran dan diusahakan jangan sampai terseret oleh nafsu birahi belaka. Maksudnya, selama berhubungan seks haruslah tetap diingat bahwa tujuan utama adalah untuk mengahsilkan seorang manusia baru yang baik. Dengan demikian, manusia yang berasal dari proses yang baik maka akan kembali kepada Sang Pencipta dengan keadaan yang baik pula.

Ingkang rumiyin nyariosaken tembung upami, wonten sujanma priya kaliyan wanodya, badhe dumugekaken karsa ngulang salulut sami lumebet ing jenem rum, tegesipun dunungin pasareyan, ing riku sandyana amung sakaliyan tur dumunung wonten papaning sepen, liripun boten katingalan dening tiyang kathah, ewa semanten menggah pepantenganing panggalih…. (pupuh 25)
Yang pertama, menceritakan kalimat seandainya ada manusia laki-laki dan perempuan berkeinginan bercinta, masuk kedalam ranjang artinya  berada ditempat tidur walaupun di situ hanya berdua dan juga berada ditempat yang sepi yang intinya tidak kelihatan orang banyak, walaupun begitu keseriusan perasaan janganlah sampai lupa…….
Ini adalah ajaran mengenai bagaimana cara yang benar ketika laki-laki dan perempuan yang akan mulai melaksanakan kegiatan berhubungan seksual, yaitu harus dilakukan pada tempat yang semestinya.

Sing sapa manungsa gelem ngalkoni tumindak marang panggawe nistha sayekti bakal nemu papa. (pupuh 25)
Barang siapa manusia yang menjalankan tindak nista pastilah akan menemuai kehinaan.
Menjalankan tindak nista maksudnya adalah berhubungan seksual tanpa persiapan yang benar dan hanya berdasarkan atas nafsu birahi belaka, maka nantinya juga akan berakibat buruk.

….dados manungsa ingkang binasakaken kapir wau supami karsa apulang asmara, mangkana lajeng saged dados wijining manungsa sanajan wiwit duk maksih jabang bayi tan pedot pinidih ing pamulangan tur dhateng tindaking kautaman, ing tembe bilih sampun dewasa bok manawi inggih lajeng wiga katragal dados dugal awit enget manawi pandemeling setan blaka. (pupuh 25)
Jadi yang disebut manusia kafir tadi seandainya bersenggama, maka bisa jadi benih manusia walaupun ketika masih bayi terus mendapat ajaran ketidak utamaan dan kebaikan, yang nantinya ketika dewasa mungkin akan menjadi jahat dan nakal karena memang terbuat dari penyatuan setan.
Dalam ajaran  hubungan seksual, niat awalnya haruslah merupakan niat yang baik. Manusia yang akan melaksanakannya juga haruslah dengan hati dan pikiran yang suci, tidak dengan pikiran yang kotor. Berhubungan seksual dalam keadaan yang kotor. Berhubungan seksual dalam keadaan yang kotor baik fisik maupun batinnya akan menghasilkan sesuatu yang jelek dan kotor pula, karena terbuat dari hasil penyatuan dua hal yang sama-sama kotor (setan).

….liripun mekaten menggah ing saresmi wau boten kangge pakareman utawi boten kangge memainan, tegesipun boten kangge dedolanan utawi geguyonan…. (pupuh 26)
Maksudnya dalam hubungan tadi tidak bisa untuk main-main atau bercanda.
Hubungan yang dimaksud disini adalah hubungan seksual. Jadi, kagiatan hubungan seksual harus dilakukan denga serius  dan tidak boleh main-main.

Wonden bilih pinuju badhe salulut anggenipun anaji-aji lan angedi-edi ing patrap kapratelaken kados ing ngandap punika : ingkang rumiyin, duk wiwit kagungan karsa badhe apulang asmara lan wanita sakaliyan sami sesucia, inggih punika siram tuwin jamas lajeng ngasta siwur anyiduka toya kaankat celak ing wadana mawi dipundonganana, ananging donganipun kados pundi duk ing jaman kina punika kula boten terang, yen ing jaman samangke inggih katimbang kendel kemawon lowung kaangge minangka gegondhelaning niyat, prayoginipun mawi angucap mkaten : “niyatingsun adus, padusan banyuning tlaga kalkaosar, anuceni sakaliring eroh, kang dumunung ana ing jasad kita, mlebu manik metu inten, cahyake amancur mancorong kadi cahyaning Pangeran Kang Maha Kuwasa”. Ing riku toya siwur wau lajeng kasiramaken ing wadana, lajeng siram ngantos dumugi sucining saliranipun sadaya. Menggah pratingkah siram ingkang mekaten wau jalu lan wanita ing patrap sami kemawon boten aprabeda. (pupuh 26).
Sedangkan ketika ingin memuja-muja dan mengindahkan tingkah laku, akan dijelaskan seperti di bawah ini : Pertama, mulai dari punya keinginan senggama dengan wanita, semua harus suci. Harus mandi keramas, lantas mengambil gayung berisi air dan diangkat di dekat muka dengan berdoa. Tetapi bagaimana doa ketika jaman dahulu itu saya kurang jelas, namun jika jaman sekarang ya daripada diam saja lebih baik dijadikan niat, dan sebaiknya mengucapkan demikian; “Niatku mandi, tempat mandi telaga kalkaosar, mensucikan segala darah, yang berada dalam tubuh kita, masuk manik keluar intan, cahayaku bersinar seperti sinar cahaya Tuhan Yang Maha Kuasa”. Air yang berada di dalam gayung tersebut lantas disiramkan ke wajah dan dilanjutkan mandi sampai semua badan menjadi suci baik untuk laki-laki maupun perempuan.
Berikut adalah ajaran mengenai konsp seks dari segi cara memulai sebuah hubungan seksual yang benar. Proses penyatuan antara dua manusia baru adalah sesuatu yang sakral dan sangat penting untuk disiapkan dengan sebaik-baiknya. Hal pertama yang harus dilakukan adalah dengan membersihkan diri dengan cara mandi. Mandi dalam konteks ini bukan hanya demi kenyamanan fisik belaka, tetapi dengan cara-cara tertentu dengan maksud untuk membersihkan jiwa dan batinya juga. Mandi harus disertai dengan niat yang baik serta doa, dengan tujuan untuk membersihkan segala kotoran (jasmani dan rohani) serta meniatkan sesuatu yang baik dalam hati. Dengan demikian diharapkan dalam melakukan hubungan seksual, keduanya (laki-laki dan perempuan) berada dalam keadaan bersih dan suci sehingga benih yang muncul nanti adlah merupakan buah dari perbuatan yang telah disucikan.

Ing sasampunipun rampung sesuciya siram jamas lajeng sami angadi-adi warna, kinarya sarana pangundhaning asmara, liripun menggahing pratingkah sami busana ingkang sarwa pantes, sarta angeganda wida, sasmpunipun samekta ing sakaliyan lajeng reruntunan sami malebet ing papreman, tegesipun malebet dhateng ing panglereman utawi dununging pakendelan, inggih punika pasareyan, ing riku priya lajeng angrakit pamasaning aji kamajaya dumunung amung winaos wonten salabeting batos kajarwakaken kados ing ngandhap punika : ….. Pupuh 26)
Setelah selesai bersuci mandi keramas (jamas) lantas berpakaian yang rapi untuk mengundang nafsu yang intinya tingkah laku dengan berpakaian yang pantas dan memakai wangi-wangian. Setelah semuanya selesai, lantas bersama-sama masuk ke tempat untuk tidur, maksudnya masuk ke ranjang, atau tempat istirahat yaitu ketempat tidur. Di situ, laki-laki memsang aji kamajaya yang diucapkan dalam hati.
Setelah membersihkan diri, maka ajaran selanjutnya adalah mengenai cara dan bagaimana tindakan mengenai cara dan bagaimana tindakan yang tepat untuk memulai kegiatan sakral tersebut. Pertama, untuk membangkitkan hasrat maka masing-masing  harus mrias diri dengan berdandan dan memakai wewangian. Setelah itu, harus pula diperhatikan tempat melakukan kegiatan tersebut dan tidak diperbolehkan dilakukan di sembarang tempat.

Wondening sang wanita ingkang rumiyin ugi muntu pangesthi sedya dumunung ing Betalmukadas, tegesipun niyat anjumenengaken kahanan salebeting puraya pasucian, dumunung ing baga. Ingkang kaping kalih, lajeng amusthi nesthi pambukaning aji asmara nala, tegesipun senseming manah, inggih punika wahananing birahi, tegesipun wiji, dumunung ing purana. Ingkang kaping tiga, kaping sekawan, kaping gangsal, kaping nenem, dumugi pitu, mboten aprabeda kados pamusthining kakung wau. Ing sasampunipun samekta pangruktining sakaliyan, lajeng sami kakaron sih, andumugekaken karsa, dene patrap lan pratingkah tumanduking pulang asmara, saestunipun bab makaten punika kadamel pipingitan, sinten ingkang saged uninga amung kinten-kinten yen anithik lelabuhanipun, wiwit duk murwani wau dumugining ngendhon kados inggih sae, liripun bok manawi inggih kados caraning manungsa, sarta boten angicalaken ing tata krami, kados-kados bok manawi inggih punika ingkang kasebut anggendam langening pramana, ambuka kahananing atma, ingkang badhe pinurwaning wicaksana. Ing sasampunipun salulut, sakaliyan medal saking papreman, lajeng samya asiram jamas malih, menggah solah lan pratingkah boten prabeda kadi patraping siram duk ngajeng wau, amung donga sarananipun kantun angurapa makaten “suku asta winengku ing solah bawa, solah bawa winengku ing driya, driya winengku ing Hyang Praman, andadekakna adus ing suci santosaning roh kang ana ing badan kita”. (pupuh 26)
Sedangkan sang perempuan, pertama juga berniat bersedia berada di Betalmukadas, artinya menahan mendiamkan keadaan di dalam kerajaan kesusian, berada di baga. Yang kedua lantas berniat membuka aji asmara nala, artinya pesona hati, itulah wahana birahi, artinya nafsu senggama, tumbuh menjadi purba, artinya benih berada di purana. Yang ketiga, keempat, kelima, keenam, dan seterusnya hingga ketujuh tidak berbeda dengan laki-laki. Setelah selesai menjalani semua lantas keduanya bermain cinta, mendatangkan karsa, sedangkan segala tingkah polah dalam bersenggama, sebenarnya bab ini merupakan rahasia, siapa yang bisa mengetahui kira-kira jika menandai penempatan mulai dari atas yang awal tadi sampai sekarang itu sangat bagus, intinya seperti cara manusia, serta tidak menghilangkan tata krama, mungkin seperti inilah yang disebut pesona keindahan praman, membuka keadaan atma, yang akan menjadi kebijaksanaan. Sesudah bercinta keduanya keluar dari tempat tidur, lantas mandi jamas lagi, sedangkan tingkah laku atau tata caranya tidak berbeda dengan cara mandi yang seperti diatas tadi tetapi doa permintaannya seperti berikut : “Kaki dan Tangan berada dalam tingkah laku, tingkah laku berada dalam hati, hati berada dalam Hyang Praman, menjadikan mandi suci sentosanya ruh yang abadi di badan kita”.
Selain laki-laki, sang perempuan juga harus menyiapkan beberapa hal yang intinya hampir sama dengan laki-laki. Ada beberapa tahap pembukaan yang dilakukan secara perlahan-lahan yaitu “pesona” atau daya tarik dari masing-masing indra kemanusian yang dimiliki hingga nantinya muncul “karsa” atau kehendak yang mantap untuk berhubungan seksual. Cara berhubungan sesual yang baik pada intinya adalah untuk saling mengerti keinginan masing-masing, serta untuk senantiasa mengingat tata krama, yaitu berhubungan dengan cara-cara yang etis serta manusiawi. Setelah melakukan hubungan seksual maka diajarkan tindakan yang tepat yaitu mandi dengan cara yang sama dengan yang dilakukan sebelum melakukan kegiatan tersebut, dengan doa yang sedikit berbeda. Tujuan dari tindakan mandi setelah berhubungan seks adalah untuk mensucikan diri masing-masing dan juga membersihkan diri. Doa yang dipanjatkan pada intinya memohon kepada Tuhan agar apa yang telah dilakukan dapat disucikan serta membawa hasil yang baik.

….lan sumurupa mungguh tumitah ana alam donya iki binasakake mung mampir ngobe (bae)…. (pupuh 29)
Ketahuilah bahwa manusia yang ada di alam dunia ini diibaratkan hanya mampir minum….
Dalam konteks ajaran hubungan seksual, haruslah tetap diingat bahwa kehidupan hanya merupakan sesuatu yang sementara seperti ibarat orang yang melakukan perjalanan jauh dan hanya mampir untuk minum. Maka dari itu, janganlah melakukan hubungan seksual hanya karena kesenangan dunia saja yang sifatnya sementara, tetapi harus dipikirkan juga mengenai pertanggung jawabannya kepada Tuhan dalam perjalanan kehidupan yang selanjutnya.

….caritaning dalil dawuhing Pangeran, wajida-wajidahu, tegese : sing sapa temen katemenan, mungguh surasaning…. (pupuh 29)
Apakah anda belum pernah mendengan cerita dalil sabda Tuhan, wajida-wajidahu, artinya : siapa yang sengguh-sungguh akan mendapatkan hasil…..
Ada suatu ungkapan yaitu wajida wajidahu yang artinya siapa yang sungguh-sungguh akan mendapatkan hasil. Maksudnya disini adalah dalam hubungannya mengenai konsep seks maka ungkapan tersebut bermaksud untuk menyampaikan bahwa hubungan seksual harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh agar mendapatkan hasil yang baik.

Demikian cuplikan dalam Serat Nitimani berisi ajaran mengenai konsep seks dalam budaya jawa. Ajaran tersebut merupakan sistem nilai budaya Jawa yang landasannya adalah konsep religi yaitu masalah hubungan manusia dengan Tuhan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa segala aspek dalam kehidupan orang Jawa, termasuk dalam hal seks pasti berujung kepada masalah antara manusia dengan Tuhan. Seks dalam budaya Jawa bukan hanya merupakan sarana untuk melampiaskan hawa nafsu dan sekedar bersenang-senang akan tetapi sampai kepada pengertian bahwa hubungan tersebut adalah suatu ikatan resmi antara laki-laki dan perempuan sebagai pasangan suami isteri yang harus dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan. Dalam hal ini, dapat dikatan bahwa seks merupakan kegiatan yang dianggap suci dan sakral karena hasil dari perbuatan tersebut adalah menghasilak manusia baru. Lahirnya manusia di sunia harus dipersiapkan sebaik mungkin termasuk dari awal proses penciptaannya. Hal tersebut dimaksudkan agar anak yang akan lahir nanti berasal dari proses awal yang jelas sehingga dapat mengetahui tujuan hidupnya dengan jelas pula. Konsep mengenai asal dan tujuan hidup manusia merupakan konsep dasar dari apa yang menjadi kepercayaan manusia Jawa. Bahwa ajaran seks merupakan gerbang awal manusia untuk memahami dua konsep utama dalam relegi budaya Jawa yaitu konsep sangkan paraning dumadi dan konsep manunggaling kawula-Gusti. Jadi, ajaran seks dalam Serat Nitimani bertujuan untuk memberikan pedoman moral, nilai dan kaidah bagi orang Jawa tentang bagaimana cara melakukan hubungan seks dengan cara yang benar dan tepat (bener lan pener), karena pada akhirnya apa yang menjadi hasil dari perbuatan tersebut berhubungan dengan asal kehidupan (sangkan paraning dumadi) serta tujuan hidup yang utama yaitu bersatu dengan Tuhan (manunggaling kawula Gusti).

Sumber : alangalangkumitir.wordpress.com

Kamus Bahasa Jawa - Indonesia (Java - Indonesia)

Katrangan  (Keterangan)
(ta) tembunga aran = kata benda
(tg) tembung ganti = kata ganti
(tk) tembung kriya = kata kerja
(tkr) tembung katrangan = kata keadaan
(tpw) tembung panguwuh = kata seru
(tpr) tembung pangarep = kata depan
(tpy) tembung panyambung = kata sambung
(ts) tembung sipat = kata sifat
(tsd) tembung sandhangan = kata sandang
(tw) tembung wilangan = kata bilangan

A
abab (ta)        hawa mulut
abang (ts)        merah
aba-aba (ta)        aba-aba
abar (tk)        menguap (zat cair)
abuh (ts)        bengkak
abrit ; abrit (ts)        merah
abyor (ts)        bertebaran memenuhi (mis. bintang bertebaran memenuhi langit)
acung (tk)        menunjuk ke atas/ unjuk jari
ada-ada (ta)        inisiatif
adang (tk)        menanak nasi
adas (ta)        nama tanaman
adi (ts)        bernilai tinggi; mempunyai kelebihan
adil (ts)        adil
adhang (tk)        menunggu di tempat yang akan dilewati
adhem (ts)        dingin
adhep (tk)        hadap
adhi (ta)        adik
adoh (tkr)        jauh
adol (tk)        menjual
adu (tk)        adu
adus (tk)        mandi
agama (ta)        besar; agung
agul-agul (ta)        andalan; jagoan
agung (ta)        api
agem (tk)        pakai
ageman (ta)        pakaian
ageng (ts)        besar
agni (ta)        api
aja (tpw)        jangan
ajag (ta)        anjing hutan
ajak (ts)        ajak
ajang (ta)        wadah
ajar (tk)        ajar, belajar
ajeg (tkr)        tetap
ajeng (tsb)        akan
aji (ta)        nilai; harga
ajur (ts)        hancur
akas (tkr)        alon
akas (ts)        perai, keras (untuk nasi)
ala (ts)        buruk
alangan (ta)        halangan
alas (ta)        hutan
alem (tk)        puji
aleman (ts)        manja
alesan (ta)        alasan
aling-aling (tk)        bersembunyi di balik
alis (ta)        alis
alok (tk)        berkata
alu (ta)        antan
alum (ts)        layu
alun-alun (ta)        lapangan di tengah kota
alus (ts)        halus
aluwung (tpb)        lebih baik
ama (ta)        hama
aman (ts)        aman
amarga (tpy)        karena
amargi; amargi (tpy)        karena
amba (ts)        lebar/luas
ambah (tk)        jejak/jelajah/datangi
ambal (tk)        ulang
ambar (tk)        tersebar (untuk bau harum)
ambeg (ts)        berwatak
ambèn (ta)        balai-balai
ambèr (tkr)        meluap (air)
ambet; ambet (ta)        bau
amblas (tk)        lenyap seketika
ables (tk)        melesak
ambrol (tk)        runtuh
ambruk (tk)        tumbang/roboh
ambu (ta)        bau
ambung (tk)        cium
ambus (tk)        endus
mbyar (tk)        berserakan
ambyuk (tk)        menjatuhkan diri
ambyur (tk)        mencemplungkan diri ke dalam air
amèk (tk)        mencari
amem (ts)        melempem
amem (ts)        sunyi
amis (ts)        anyir
ampas (ta)        ampas
ampek (tkr)        sulit bernafas; sesak (untuk dada)
ampil; ampil (tk)        pinjam
ampak-ampak (ta)        kepulan debu
amping-amping (tk) berlindung di balik sesuatu
ampo (ta)        nama jajanan terbuat dari tanah jenis tertentu
amrih (tpy)        agar, supaya
anak (ta)        anak
anda (ta)        tangga
andaka (ta)        banteng
andika (tg)        anda
ancang-ancang (ta) persiapan, mengambil kuda-kuda
ancas (ta)        tujuan
ancur (ta)        air raksa
ancik (tk)        menginjak
ancer-ancer (ta)        prakiraan; ancar-ancar
andhap (ta)        bagian bawah/rendah
andhang (ta)        tangga kayu berkaki empat
andheng-andheng (ta) tahi lalat
andhong (ta)        sejenis kereta kuda
andum (tk)        berbagi
angen-angen (ta)        pemikiran/ingatan
anget (ts)        hangat
angga (ta)        tubuh
anggak (ts)        sombong
anggara (tg)        selasa
anggarbini (tk, ts)        hamil
anggep (tk)        anggap
angger (tsb)        asalkan
angger-angger (ta)        peraturan
anggur (ta)        anggur
anggon (tk)        tempat
angin (ta)        angin
angin-angin (tk)        mencari udara
angkah (ta)        maksud
angkara (ta)        angkara
angker (ts)        angker
angler (tkr)        nyenyak
angluh (tkr)        dengan penuh rasa tidak berdaya mengahadapi situasi yang ada
angon (tk)        mengembala
angop (tk)        menguap
angsal (tk)        dapat
angslé (ta)        nama minuman
angslup (tk)        tenggelam
angur (tsb)        masih lebih baik
angus (ta)        angus
anjlok (tk)        turun tiba-tiba
anjok (tpr)        tiba di
anèh (ts, tkr)          aneh
anèm (ts)          muda
anom (ts)          muda
antawecana (ta)       Penggambaran sinopsis cerita, adegan, tokoh pagelaran wayangyang
disampaikan oleh dalang dengan cara dilagukan
antem (tk)        pukul/hantam
anteng (tk,ts)        tenang
antop (tk)        bersendawa
antuk (tk)        dapat
anyang (tk)        tawar (harga)
anyang-anyangen (ts)        merasa seperti ingin kencing
anyar (ts)        baru
anyel (ts)        jengkel
anyep (ts)        tawar
anyep (ts)        dingin (tubuh atau bagian tubuh)
anyes (ts)        dingin (benda)
apa (tg)       apa
apal (ts))        hafal
apem (ta)        apam
apes (tk)        sial
apek (ts)        bau tidak sedap yang berasal dari barang usang atau kamar yang lama
tertutup
api-api (tk)       pura-pura
apik (ts)        baik
apu (ta)        kapur sirih;
apura (ta)        maaf
apus (ta)        sejenis bambu
apus (tk)        bohong
ara-ara (ta)        padang
arah (ta)        arah
aran (ta)        nama
arang (tkr)        jarang
arang-arang (ts)        jarang
aren (ta)        enau
areng (ta)        arang
arep (tsb)        hendak
arga (ta)        gunung
ari (tg)        adik
ari-ari (ta)        tali pusat
aris (tkr)        lugas
arit (ta)        sabit
arsa (tkr)        akan ; depan
arta (ta)        uang
aruh-aruh (tk)        menyapa
arus (ts)        anyir
arwah (ta)        arwah
asal (ta)        asal
asat (ts)        habis airnya (untuk sungai, danau, dsb.)
asah (tk)        asah
asih (ta)        kasih
asin (ts)        asin
asrep; asrep (ts)        dingin
asma (ta)        nama
asmara (ta)        asmara
asmarandana (tg)        nama metrum macapat
asor (ts)        nista
asor (tkr)        kalah
asrep; asrep (ts)        dingin
asri (ts)        menyenangkan untuk dipandang
asta (ta)        tangan
asta (tk)        bawa
asu (ta)        anjing
asung (tk)        menghaturkan
asem (ta)        asam (buah)
ati (ta)        hati
ati-ati (tkr)        hati-hati
atis (ts)        dingin (untuk hawa, udara)
atos (ts)        keras
atur (tk)        atur
aturi (tk)        beri; persilakan
atus (ts)        tidak lagi mengandung air
awak (ta)       badan, tubuh
awan (ta, tk)        siang
awang (tk)        berhitung tanpa alat bantu
awang-awang (ta)        langit bebas
awas (ts)        tajam (pengelihatan)
awas (tpw)        awas
awèh (tk)        beri
awèt (ts)        tidak cepat rusak
awit (tpy)        karena
awis ; awis (tkr)        mahal
awis-awis; awis-awis (ts) jarang
awoh (tk)        berbuah
awon awon (ts)        jelek/buruk
awor (tk, tkt)        bercampur dengan
awrat (tk)        berat
awu (ta)        abu
awur (tk)        sebar
awur (tk, tkt)        asal-asalan
awut (tk)        membuat berantakan
ayahan (ta)        kewajiban
ayam; ayam (ta)        ayam
ayem (ts)        tentram (hati)
ayo (tpw)        ayo
ayom (tk)        perlindungan
ayu (ts)        cantik
aywa (tpw)        jangan

B

bab (ta)        bab, hal, mengenai
babad (ta)        cerita sejarah
babagan (tsb)        tentang
babak-bundhas (ts) babak-belur
babal (ta)        putik buah nangka
babar (ts)        menjadi banyak
babaran (tk)        bersalin
babat (ta)        bagian dalam usus sapi
babat (tk)        tebang
babit (tk)        mengayunkan benda dengan menahan ujungnya
babon (ta)        induk ayam
babu (ta)        perempuan pembantu
babut (ta)        permadani
bacem (tk)        peram; dimasak dengan bumbu tertentu
bacin (ts)        bau bangkai
bacut (tk)        lanjut
badan (ta)        diri
badhé (tk)        tebak
badhé; badhe (tsb)        akan
badheg (ts)        bau busuk
badhèk (ta)        air tapai
badhug (ta)        tembok rendah untuk meletakkan sesuatu
bagaskara (ta)        matahari
bagus (ts)        tampan
bahu (ta)        100 m2
bahu (ta)        bahu; tenaga
bahureksa (ta)        penguasa
bajang (ts)        kerdil
bajing (ta)        tupai
bajul (ta)        buaya
bakal (ta)        bahan pakaian
bakal (tsb)        akan
bakar (tk)        bakar
bakda (tkr)        setelah
bakul (ta)        pedagang
balang (tk)        lempar
balé (ta)        rumah/bangunan
balèn (tk)        rujuk
bali (tk)        pulang
balung (ta)        tulang
banaspati (ta)        hantu berbentuk api
bandar (ta)        agen besar, cukong
bandar (ta)        pelabuhan
bandhul (ta)        bandul
banger (ts)        bau busuk (misalnya dari air keruh)
banget (tkr)        sangat
bangga (tk)        meronta
bangir (ts)        mancung
bangka (tk)        mati (kasar)
bangké (ta)        bangkai
bangkèkan (ta)        pinggang
bangkèlan (ta)        buntalan besar
bangku (ta)        bangku
bangsa (ta)        bangsa
banda (tk)        mengikat kedua tangan ke belakang
bandayuda (tk)        berperang
bandan (ta)       tawanan
bandha (ta)       harta
banon (ta)        batu bata
bantah (ta)        bantah
bantal (ta)        bantal
bantala (ta)        tanah
banting (tk)        banting
banyak (ts)        angsa
banyu (ta)        air
bapa (tg)        bapa/ayah
bapang (ta)        parit/ genangan air
bar (tkr)        selesai
barang (ta)        barang
barang (ta)        pertunjukan kesenian berkeliling
barat (ta)        angin
barep (ts)        sulung
barès (ts)        terus terang
baris (tk)        baris
baruna (tg)        dewa lautan
barung (ts)        besar; utama
baskara (ta)        matahari
bata (ta)        bata
batang (tk)        tebak
bathang (ta)        bangkai
bathara (tsd)        sebutan untuk dewa
bathari (tsd)        sebutan untuk dewi
bathok (ta)        tempurung
bathuk (ta)        dahi
bathi (ta)        keuntungan
batih (ta)        keluarga
baut (ts)        pintar; trampil
bawa (ta)        pembukaan gending
bawang (ta)        bawang
bawang lanang (ta)        bawang berumbi tunggal
bawèl (ts)        nyinyir
bawéra (ts)        subur (untuk lahan)
baya (ta)        buaya
bayan (ta)        petugas keamanan desa
bayar (tk)        bayar
bayem (ta)        bayam
bayèn (tk)        melahirkan
bayi (ta)        bayi
bayu (ta)        angin
bebana (ta)        permintaan sebagai syarat
bebandan (ta)        tawanan
bebasan (tsb)        seperti; layaknya
bebaya (ta)        bahaya
bebayu (ta)        otot
bebedhag (tk)        berburu
bebucal; bebucal (tk)        berhajat besar
bebudhen (ta)        kepribadian
bebuwang (tk) berhajat besar
bebed (ta)        kain panjang yang dipakai pria
bèbèk (ta)        itik
bebrayan (tk)        berkeluarga
bebungah (ta)        hadiah
bebendhu (ta)        hukuman
bedhigasan (ts)       tingkahnya tidak karuan; tidak bisa diam
bengkok (ta)        tanah yang hak garapnya diberikan kepada lurah sebagai bagian dari
fasilitas jabatan
becik (ts)        baik
becus (ts)        mampu
béda (ts)        berbeda
béda (tk)        goda
bedaya (ta)        tarian sakral yang menjadi ciri khas keraton
bédhah (ts)        terbuka paksa
bedhidhing (ta)        udara dingin di musim kemarau
begawan (ta)        pendeta
begundhal (ta)        kaki-tangan
beja (ts)        beruntung
bejat (ts)        rusak
béka (tk)        meronta
bekasakan (ta)        hantu hutan
beksa (ta)        tari
beksan (ta)        tarian
belang (ta, ts)        belang
belèk (tk)        iris sepanjang garis tengah
bèlèk (ta)        kotoran mata
belik (ta)        sumber air
beling (ta)        kaca
bena (ta, ts)        banjir
bendara (ta)        majikan
bendha (ta)        nama pohon
bendhé (ta)        gong kecil
bendhel (ta)        ikatan
bendho (ta)        alat pemotong (sejenis celurit)
bendhol (ta)        bengkak
bener (tkr)        benar
bengawan (ta)        sungai
bengep (ts)        sembab
bengi (ta)        malam
benik (ta)        kancing baju
bening (ts)        jernih
benjut (ts)        menjadi empuk karena tekanan/hantaman
beras (ta)        beras
bèrèng (ta)        luka di sudut bibir
berèt (ts)        tergores
besar (ta)        nama bulan dalam kalender jawa
bèsèr (ts)        sebentar-sebentar kencing
besèt (ts)        sayat
besmi (tk)        bakar
besus (ts)        pandai; trampil
bethèk (ta)        pintu pagar
bekti (ta)        bakti
beta (tk)        bawa
betah (tkr)        betah; enggan pergi
betah; betah (tk)        butuh
beton (ta)        biji nangka
beya (ta)        biaya
binarung (tkr)        seiring; diiringi
bingar (ts)        ceria
binggel (ta)        gelang kaki
bingget (ta)        tanda dikulit akbiat jepitan atau lilitan yang ketat
biyèn (tkr)        dahulu
blaka (tk)        berterus terang
blalak-blalak (ts)        membeliak; besar (untuk mata)
blanak (ta)        jenis ikan
blatèr (ts)        ramah; mudah bergaul
blarak (ta)        daun kelapa kering
bledhèg (ta)        guntur
bledhèh (tk)        terbuka kancingnya (untuk baju)
blèdru (tkr)        salah pilih/tertukar karena mirip
bléncong (ta)        lampu minyak untuk penerangan dalam pagelaran wayang kulit
bléndrang (ta)        sisa masakan bersantan yeng sudah dipanaskan berkali-kali
blereng (ts)        tidak nampak jelas; kabur
blesek (tk)        membenamkan ke dalam tumpukan
blirik (ts)        berbintik kecil  (mis. panci, ayam)
bloloken (tkr)        silau
blondho (ta)        endapan yang dihasilkan dalam pembuatan minyak kelapa
blorok (ts)        bulunya berbintik hitam putih (untuk ayam betina)
bluluk (ta)        buah kelapa yang masih sebesar telur
bocah (ta)        anak
bodho (ts)        bodoh
bodong (ts)        pusar yang menonjol keluar
boga (ta)        pangan
bojo (ta)        suami/isteri
bokong (ta)        pantat
bokor (ta)        mangkuk besar
bolong (ts)        berlubang
bolot (ta)        daki
bonang (ta)        alat musik pukul, bagian dari gamelan
bong (tk)        bakar
bong (ta)        makam Cina
bong (ta)        tukang khitan
borok (ta)        luka lama
boyong (tk)        pindah
brabak (tk)        berubah merah (wajah)
brahala (ta)        raksasa sebesar gunung
brahmana (ta)        pendeta
brambang (ta)        bawang merah
bramantya (ts, ta)        marah, kemarahan
brangasn (ts)        mudah marah
branta (ta)        asmara
brastha (tk)        berantas
bréwok (ta)        bercambang
brindhil (ts)        habis jarena dicabuti
brodhol (ts)        terlepas ikatannya
brudhul (tk)        keluar berama-ramai/berbarengan
brobos (tk)        masuk melalui celah atau kolong
brojol (tk)        keluar sebelum waktunya; keluar dari bungkusan
brongkos (tg)        nama masakan
brukut (ts)        terbungkus rapat
brutu (ta)        tunggir ayam
bubar (ts)        bubar; selesai
bubul (ta)       semacam bisul di telapak kaki
bubur (ta)       bubur
bubut (tk)       mencabuti
buda (tg)        rabu
budeg (ts)        tuli
budeng (tg)        kera hitam
bujana (ta)        hidangan
bujel (ts)        tumpul
bulak (ts)        pudar warnanya
bulak (ta)        daerah terbuka/ padang
bulan (ta)        bulan
bumbu (ta)        bumbu; rempah-rempah
bumbung (ta)        tempat berbentuk pipa besar atau terbuat dari bambu
bumpet (ts)        tersumbat
bunder (ts)        bundar
bundhas (ts)        melecet (cedera)
bundhel (ts)        ujungnya membulat
bundhet (ts)        diberi ikatan mati pada ujungnya (mis. benang)
bung (ta)        rebung
bungah (ts)        gembira
bungkem (tk)        diam; tidak mau mengatakan apa-apa
bungkik (ts)        kerdil
bungkil (ta)        ampas minyak kacang
bungkus (ta)        bungkus
bungur (tg)        nama tanaman
buntel (tk)        bungkus
buntet (ts)        buntu; tidak berongga
buntil (ta)        masakan terbuat dari kelapa muda, ikan teri dan daun keladi sebagai pembungkus
buntu (ts)        buntu
buntung (tsa)        hilang/patah bagian ujungnya
burek (ts)        legap
bureng (ts)        tidak jelas terlihat
buri (tkr)        belakang
burik (ts)        bopeng
buru (tk)        kejar
buruh (ta)        bekerja untuk orang lain
busana (ta)        pakaian
busana (tk)        berpakaian
buthak (ts)        botak
buthuk (ts)        membusuk (untuk ikan)
buwang (tk)        buang
buyut (ta)        cicit
buyuten (ts)        bagian tubuhnya bergerak-gerak tidak terkendali karena ketuaan

C

cabar (ts)        kehilangan arti
cabé (ta)        nama rempah untuk jamu
cacat (ts)        cacat
cadhong (tk)        menadahkan tangan
cagak (ta)        tongkat/penyangga
cakepan (ta)        lirik lagu
cakot (tk)        gigit
cambah (ta)        tauge
campur (tk)        campur
candala (ts)        jahat
candhik kala (ta)        semburat merah di langit pada saat senja hari
candra (ta)        bulan
candra (ta)        kiasan
cantrik (tg)        murid padepokan
candramawa (ta)        kucing hitam
cangkem (ta)        mulut
cangking (tk)        jinjing
cangkir (ta)        cangkir
cangklong (ta)        pipa
cangklong (tk)        menyandang di bahu (mis. tas)
cakra (ta)        senjata dalam pewayangan; lingkaran
canthas (ts)        bicaranya lantang (untuk wanita)
canthèl (ta)        sejenis jagung
cantheng (ta)        radang di jari, umumnya di ibu jari kaki akibat tertusuk kuku
canthing (ta)        alat untuk membatik
canthol (tk)        cantol
capil (ta)        topi petani, bentuknya bulat  berujung runcing
caping (ta)        topi petani, bentuknya bulat  berujung runcing
caplak (ta)        penyakit kulit
caplok (tk)        memasukkan semua ke dalam mulut
cara (ta)        cara
caraka (ta)        utusan
carang (ta)        ranting
carita (ta)        cerita
carup (tk)        raup
cathèk (tk)        gigit (anjing)
cathet (tk)        catat
catur (ts)        empat
caturan (tk)        bercakap-cakap
cawang (ta)        tanda V
cawet (ta)        celana dalam
cawé-cawé (tk)        turun tangan, ikut campur
cawis (tk)        sedia
cawik (tk)        cebok
cawuk (tk)        mengambil dengan cara menyendokkan tangan
cecak (ta)        cicak
cedhak (ts)        dekat
cédhal (ts)        cadel; tidak bisa mengucapkan bunyi tertentu dengan benar
cegat (tk)        hadang
cèkèr (ta)        kaki unggas
cekel (tk)          pegang
celempung (ta)        alat musik bagian dari gamelan
cekak (ts)          tidak mencukupi; ukurannya tidak memadai; pendek sekali
cekakakan (tk)          tertawa-tawa dengan keras
cekakik (ta)          ampas kopi (sisa setelah diminum)
celak (ts)          dekat
celak (ta)        penegas garis tepi mata
celuk (tk)        panggil
celak (ta)        penegas garis tepi mata
cemani (ts)        hitam
cemawis (ts)        tersedia
cemeng (ta)        hitam
cemèng (ta)        anak kucing
cemèt (ts)        pipih karena tertimpa/tertekan beban berat
cemplang (ts)        tidak sedap/ kurang pas (mis. nada, rasa)
cemplung (tk)        masuk (dalam cairan)
cendhak (ts)        pendek
cengkir (ta)          buah kelapa yang masih sebesar kepalan, belum berdaging buah
cepak (ts)        tersedia, siap
cepak-cepak (tk)        siap-siap
cepeng; cepeng (tk) pegang
ceplus (tk)        gigit (untuk cabai)
cepuk (ta)        wadah kecil, biasanya untuk menyimpan perhiasan
cerek (ta)        tanda bunyi “re” pada aksara Jawa
cèrèt (ta)        cerek
ceriwis (ts)        banyak bicara
cetha (tkr)        jelas
cethèk (tk)        dangkal
céthok (ta)        sendok semen
cethik (tk)        menyalakan (api)
cethil (ts)        pelit
cethot (tk)        cubit besar
cicil (tk)        angsur
cicip (tk)        merasai
cidra (tk)        tidak menepati janji
cidra (tk)        curi; culik
cilaka (ts)        celaka
cilik (ts)        kecil
cingak (ts)        terkejut karena heran
cluluk (tk)        tiba-tiba berkata
clingus (ts)       pemalu, tidak percaya diri
cluluk (tk)        tiba-tiba berkata
cluthak (ts)        suka mencuri makanan (untuk hewan, terutama kucing)
clomètan (tk)        berteriak tak beraturan/bersahutan
climèn (tkr)        kecil-kecilan
cocot (ta)        mulut (kasar)
colong (tK)        curi
colok (ta)        penerangan/ obor
congor (ta)        hidung binatang berkaki empat
conthèng (ta)        coret silang
coplok (tkr)        tanggal
copot (ta)        tanggal/cabut
coro (ta)        kecoa
cotho (ts)        repot karena ditinggalkan; kehilangan andalan
crah (tkr)        bercerai; saling bermusuhan
cubles (tk)        menusuk dengan benda runcing
cubluk (ts)        bodoh
cucuk (ta)        paruh
cucakrawa (ta)       nama burung
cungkup (ta)        atap makam
culek (tk)        mencolok mata
culik (tk)        mengambil sebagian nasi yang sedang dimasak
culik (tk)        culik
cunduk (ta)        tusuk
cundrik (ta)        keris kecil
cupet (ts)        terbatas
cupu (ta)        wadah kecil, biasanya untuk menyimpan perhiasan
curek (ta)        kotoran telinga
cures (ts)        habis/tertumpas
curut (ta)        tikus bermoncong runcing
cuthik (ta)        tongkat penunjuk/ potongan dahan
cuwa (ts)        kecewa
cuwil (tk)        mengambil sebagian kecil
cuwil (tkr)        terkoyak/terpotong /pecah  sedikit di bagian tepi
D
dadak (ta)        harus, terpaksa
dadakan (tkr)        tanpa rencana
dadakan (ta)        pemicu timbulnya permasalahan
dadar (ta)        makanan/ telor digoreng melebar tipis
dadèn-dadèn (ts)        jadi-jadian
dhadhal (ts)        runtuh terbawa arus air
dadi (ts)        jadi
dados; dados (ts)        jadi
dagang (tk)        berdagang
dahana (ta)        api
dahuru (ta)        huru-hara
dahwèn (ta)        suka mencerca
(ts) dalah  (tpy)        dan; bersama dengan
(ts) dalan  (ta)        jalan
(ts) dalem  (ta)        rumah
dalu; dalu (ta, tkr)        malam
(ts) damar  (ta)        lak
damar (ta)        pelita
damèn (ta)        barang padi
dami (ta)        jerami nangka
damu (tk)        tiup
dandan (tk)        bersolek/ merias diri
dandan-dandan (tk) memperbaiki bangunan (rumah dsb.)
dandang (ta)        periuk nasi
dandos; dandos (tk) perbaiki
danawa        raksasa
dara (ta)        burung dara
dara (ts)        betina muda (untuk ayam)
darbé (tk)        milik, mempunyai
darma (ta)        darma, kewajiban dalam hidup
dasa (tw)        puluh
dawa (ts)        panjang
dawet (ta)        cendol
daya (ta)        daya
daya-daya (tkr)       bersegera
dédé (tkr)        bukan
degan (ta)        kelapa muda
deling (ta)        bambu
demèk (tk)        pegang
déné (tpy)        sedangkan
dengkul (ta)        lutut
désa (ta)        desa
déwa (ta)        dewa
dhadha        mengakui kesalahan
dhadha (ta)        dada
dhadhak (ta)        getah
dhadhakmerak (ta) pemain dalam kesenian reog yang memakai hiasan bulu merak di kepalanya
dhadhu (ta)        dadu
dhadhung (ta)        tali
dhagelan (ta)        lawak
dhangka (ta)        tempat asal
dhalang (ta)        dalang
dhawah; dhawah (tk)        jatuh
dhawuh (ta; tk)        ucapan; perintah; memerintahkan
dhayoh (ta)        tamu
dhédhé (tkr)        berjemur
dhèdhèl (ts)        terlepas jahitannya
dhèdhès (ta)        bau harum yang keluar dari tubuh musang
dhedhes (tk)        mendesak seseorang dengan pertanyaan agar ybs mengaku/ membuka rahasia
dhemen (tk)        suka
dhèmpèt (ts)        melekat/rapat
dhèndhèng (ta)        daging dikeringkan dengan bumbu tertentu
dhéwé (tkr)        sendiri; sendirian
dhidhis (tk)        mencari kutu di kepala sendiril
dhingklang (ts)        pincang
dhingkluk (tk)        tunduk/menghadak ke bawah
dhodhog (tk)        ketuk pintu
dhodhos (tk)        lubangi dari bawah
dhompol (tw)        untaian dalam 1 tangkai  (untuk buah)
dhondhong (ta)        nama buah
dhongkol (ta)        mantan pejabat
dhoyong (ts)        miring
dhudha (ta)        duda
dhupak (tk)        tendang menggunakan tumit
dhuwit (ta)        uang
dhuwur (ts)        tinggi
dingklik (ta)        bangku kecil
disik (tkr)        terlebih dulu
dluwang (ta)        kertas
dolan (tk)        bertandang
dolanan (ta, tk)        bermain, mainan, permainan
donga (ta)        doa
dora (tkr)        tidak terus terang
dosa (ta)        dosa
drèngès (ta)        bunga sirih
driji (ta)        jari
dubang (ta)        ludah merah/ ludah orang yang makan sirih
duduh (ta)        kuah
duduh (tk)        beritahu
dugang (tk)        tendang dengan lutut
dulur (ta)        saudara
dulit (tk)        colek
dumuk (tk)        sentuh
dumunung (tk)        berada; bertempat
dunung (ta)        tempat
duratmaka (ta)        pencuri
duren (ta)        durian
durung (tkr)        belum
dustha (tk)        curi
duwa (tk)        tentang, lawan, tidak menyetujui
dwi (tw)        dua

E

éca; éca (ts)        enak
édan (ts)        gila
eden (tk)        ejan
édhum (ts)        terlindung dari sinar matahari
èdi (ts)        indah
éka (tw)        satu
elar (ta)        bulu unggas
èlèk (ts)
éling (tk, ts)        ingat, sadar
élok (tkr)        aneh, ajaib
eluk (tk)        tekuk
éman (tk)        sayang kalau hilang atau rusak
embah (ta)        nenek/kakek
embuh (tpw)        entah
emoh (tk)        tidak mau
emplok (tk)        memasukkan ke mulut
empuk (ts)        lembut
émut ; émut (tk)        ingat
emut (tk)        kulum
enak (ts)        enak
èncèr (ts)        cair
éndah (ts)        indah
endas (ta)        kepala binatang
éndha (tk)        berkelit
éndhang (ta)        gadis padepokan
éndhang (tk)        jenguk
endi (tg)        mana
endog (ta)        telur
enek (ts)        mual
enem (tw)        enam
enep (tk)        endap
ener (ta)        arah
énggal (tkr)        cepat
énggal (ts)        baru
énggar (tk)        hibur
énggok (tk)        belok
enggon (ta)        tempat
enjing; enjing (ta, tkr)        pagi
entas (tk)        angkat, ambil
enték (ts)        habis
entén (tk)        tunggu
entén-entén (ta)        isi jajanan terbuat dari partan kelapa dimasak dengan gula merah
énthéng (ts)        ringan
énthong (ta)        sendok nasi
éntuk (tk)        dapat, boleh
entup (ta)        sengat
entut (ta)        kentut
enyang        tawar (harga)
epang (ta)        dahan
erah (tk)        ambil
éram (tk)        heran
eri (ta)        duri
esthi (tk)        latih; pelajari
estu (tkr)        sungguh, jadi
esuk (ta, tkr)        pagi
éthok-éthok (tk)        pura-pura
éwa (ts)        kecewa
éwadéné  (tpy)        walaupun demikian
éwah (tk)        ubah; berubah
éwuh (tk)        rikuh; serba salah
éyang (ta)        terlindung dari sinar matahari atau hujan
éyup (ts)        terlindung dari sinar matahari atau hujan

G

gada (ta)       gada; senjata pemukul
gadhah (tk)       mempunyai
gabah (ta)        padi yang telah terlepas dari tangkainya
gagah (ts)        gagah
gagak (ta)       burung pemakan bangkai
gagang (ta)        tangkai
gagas (tk)       pikir
gagasan (ta)       pemikiran
gagé (tkr)       cepat
gajah (ta)        gajah
gajih (ta)        lemak jenuh
galak (ts)        galak
galar (ta)        batang bambu; alas kasur
galengan (ta)        jalur pembatas petak sawah
galih (tk)        merasakan dalam hati
gaman (ta)        senjata
gambang (ta)        alat musik pukul, bagian dari gamelan
gambar (ta)        gambar
gambas (ta)        petola
gambir (ta)        buah pinang yang sudah diolah
gambir anom (ta)        nama tarian ksatria
gambyong (ta)        nama tarian untuk menyambut tamu
gamel (tg)        tukang merawat kuda
gamelan (ta)        alat musik Jawa
gampang        senang/mudah
gampil (ts)        gampang
gamping (ta)        kapur tembok
ganda (ta)        bau
gandarwa (ta)        hantu besar hitam
gandheng (ts)        gandeng
gandhes (ts)        luwes
gandhol (tkr)        bergantung  pada sesuatu
gandhul (tkr)        tergantung (untuk benda yang berat)
ganep (ts)        gebap
gangsal (tw)        lima
gangsar (tkr)        lancar
ganjar  (tk)        ganjar
ganjaran (ta)        hadiah
ganjil (ts)        ganjil
gantung (tk)        gantung
gaplek (ta)        singkong yang dikeringkan
gapuk (ts)        rapuh dimakan usia (untuk kayu)
gapyuk (tkr)        tidak sengaja bertemu berhadapan
garan (ta)        gagang
garing (ts)        kering
garu (ta; tk)        alat penggaruk tanah; menggaruk tanah
garudha (ta)        garuda, nama burung dalam mitos Jawa
garwa (ta)        suami/istri
gasik (tkr)        awal
gatel (ts)        gatal
gathot (ta)        makanan dari gaplek
gawan (ta)        bawaan
gawang-gawang (tk)        terbayang
gawat (ts)        gawat
gawé (tk)        buat
gayuh (tk)        capai
geber (tk)        layar penutup panggung
gebug (tk, ta)        hantam badan dengan benda keras; pemukul besar
gedhang (ta)        pisang
gedhé (ts)        besar
gegana (ta)        angkasa
gegayuhan (ta)        keinginan/cita-cita
geger (ta)        punggung
gègèr (tkr)        riuh
gegedhug (ta)        pimpinan (untuk kelompok penjahat, pembuat onar)
gela (ts)        kecewa
gelak (tk)        percepat
gelang (ta)        gelang
gelar (tk)        bentang (tikar)
gelas (ta)        gelas
gelem (tk)        mau
gelis (tkr)        cepat
gemak (ta)        burung puyuh
gemang (tk)        tidak mau
gembili (ta)        sejenis ubi/talas
gemblak (ta)        anak lelaki yang dijadikan kekasih seorang lelaki
gemblung (ts)        tidak normal pikirannya
gembok (ta)        gembok
gembor (ta)        alat untuk menyiram tanaman
gemes (tk)        gemas
gemlethak (ts)        bergeletakan
gemlundung (tk)        bergelundungan
gemuk (ta)        lemak; pelumas
gemrégah (tk)        bangkit seketika
gemrubug (tkr)        menderu (suara angin)
gemrudug (tkr)        pergi/datangnya dalam jumlah besar
genah (ts)        jelas
gendèr (ta)        nama alat musik pukul
gendhakan (ta)        wanita simpanan
gendhèng (ts)        atap seng
genthèng (ts)        genteng
gendheng (ts)        gila
gendhing (ta)        musik Jawa
gendhuk (tg)        panggilan untuk anak perempuan
gendruwo (ta)        hantu besar hitam
gendul (ta)        botol
geni (ta)        api
gènjèr (ta)        nama sayuran
genjot (tk)        genjot
gèntèr (ta)        galah
genthong (ta)        tempayan
genuk (ta)        tempayan kecil
gepuk (tk)        pukul
geplak (ta)        nama jajanan terbuat dari kelapa parut dan gula
gèpèng (ts)        pipih
gerah (ts)        sakit
gerang (ts)        dewasa
gerèh (ta)        ikan asin
gering (ts)        sakit
germo (ta)        mucikari
gero-gero (tk)        menangis melolong-lolong
gèsèh (ts)        berbeda; tidak pas
geseng (ts)        hitam
getak (tk)        hardik
getap (ts)        cepat bertindak/bereaksi
getas (ts)        retas; mudah patah
gèthèk (ta)        rakit
gething (tk)        benci
gethuk (ta)        singkong rebus tumbuk
getih (ta)        darah
getir  (ts)        rasa antara pahit menusuk
getun (ts)        menyesal
gila (ts)        jijik
gilig (ts)        tidak pipih
ginanjar (tk)        diberi hadiah/ganjaran
giris (ts)        ngeri
githok (ta)        belakang leher
glangsaran (tkr)        jatuh terkapar
glathik (ta)        burung gelatik
glenik (tk)        bujuk
glethak (tk)        terletak
glindhing (tk)        menggelinding; bergulir
gludhug (ta)        guruh
glundhung (tk)        menggelinding; terguling
gobang (ta)        uang logam
gocèk (tk)        berpegang
godhag (ts)        mampu berbuat
godhog (ts, tk)        rebus
godhong (ta)        daun
gombak (ta)        surai kuda
gombal (ta)        kain usang
gondhal-gandhul (ts)        berayun-ayun (untuk benda yang tergantung)
gondhangen (ts)        bengkak setelah dikhitan
gondhelan (tk)        berpegang
gondhok (ta)        bengkak pada kelenjar di leher
gondhol (tk)        bawa lari/gonggong
gondhong (ta)        bengkak pada leher
gosong (ts)        hangus
gothot (ts)        berotot
gotong (tk)        angkat
gowang (ts)        berlubang pada tepi (gigi, pisau)
grabah (ta)        perlengkapan rumah dari tanah liat
gragal (ta)        kerikil besar
gragapan (tkr)        dalam keadaan belum sepenuhnya terjaga dari tidur
grahana (ta)        gerhana
grana (ta)        hidung
grapyak (ts)        ramah
grenengan (tk)        berbicara dengan suara rendah
grèsèk (tk)        mencari di antara sisa-sisa
gringgingen (ts)        kesemutan
gringsing (tg)        jenis kain/tenunan
griya (ta)        rumah
gruwung (ts)        berlubang
grudhal (ta)        kotoran gigi
gudig (ta)        kudis
gudir (ta)        agar-agar
gugah (tk)        bangunkan
gugu (tk)        percaya
gulu (ta)        leher
gulung (tk)        gulung
guling (ta)        guling
gumpil (tk)        runtuh (tanah)
gumuk (ta)        bukit kecil
gumyak (kr))        ramai; ceria
gundhul  (ts)        tidak berambut
gundhul (ta)        kepala
gurah (ta)        nama tanaman
gurah (tk)        membersihkan saluran pernafasan menggunakan getah tanaman gurah
gusah (tk)        halau
guwa (ta)        gua
guyon (tk)        gurau
guyub (ts)        rukun damai
gudheg  (ta)        masakan terbuat dari nangka muda
gori  (ta)        nangka muda
gogor  (ta)        anak harimau
gugur  (tk)        mati di medan perang
grudug (tk)        pergi/ datang dalam jumlah besar
gya (tkr)        segera

H

hastha (tw)        delapan
hara (tpw)        coba
hayo (tpw)        hayo

I

iba (tsb)        betapa
iberé (ta)        terbang
ibu (ta)        ibu
ical; ical (ts)        hilang
idep (ta)        bulu mata
ider (tk)        berjualan berkeliling
idu (ta)        ludah
idhep-idhep (tsb)        sekalian; hitung-hitung
idhi (ta)        izin
iga (ta)        tulang belikat
iguh (ta)        upaya; cara
ijir (tk)        berhitung
ijem; ijem (ts)        hijau
ijo (ts)        hijau
ijol (tk)        tukar
iket (ta)        ikat kepala
iki (tg)        ini
iku (tg)        itu
iler (ta)        air liur
iming-iming (ta)        hadiah yang dijanjikan
ila-ila (ta)        kepercayaan; pantangan
ilat (ta)       lidah
iler (ta)        liur
ili (ta)        aliran (air, darah, dsb.)
imbal (tsb)        berselang-seling; saling
imbu (tk)        peram
imbuh (tk)        tambah; bonus
impèn (ta)        mimpi; impian
ina (ts)        hina
ing (tpr)        di
inger (tk)        geser dengan sedikit mengubah arah
ingklik (ta)        bunga singkong
ingklik (tkr)        cepat-cepat berlalu; berjalan cepat
ingkung (ta)        ayam panggang utuh
ingsun (tg)        saya
ingu (tk)        memelihara (hewan)
ingon-ingon (ta)        hewan peliharaan
inuman (ta)        minuman
iring (tk)        iring
iringan (tkr)        samping
ireng (ts)        hitam
isep        hisap
isih (tkr)        masih
isin (ta, ts)        malu
isis (ts)        sejuk terkena semilir angin
iwak (ta)        ikan

J

jabang (ta)       bayi
jabel (tk)       cabut kembali
jabut (tk)       cabut
jadah (ta)       nama jajanan dari ketan
jaé (ta)       jahe
jaga (tk)       jaga
jagabaya (ta)       petugas keamanan desa
jagad (ta)       dunia
jagal (ta)       tukang potong hewan ternak
jagang (ta)       penopang, standar
jail (ts)       jahil
jajah (tk)        menguasai wilayah  negara lain
jajah (ts)       telah bepergian ke berbagai pelosok
jajal (tk)       coba
jajan (ta)       makanan ringan
jaka (ts)        jejaka
jala (ta)       jala
jaladri (ta)       lautan
jalak (ta)       nama burung
jalaran (ta)       penyebab
jaler; jaler (ts)       laki-laki
jalma (ta)       manusia
jalu (ta)       taji
jaluk (tk)       minta
jaman (ta)       jaman
jamas  (tk)       keramas
jambak (tk)       tarik rambut
jamban (ta)       peturasan; kamar mandi
jambé (ta)        pinang (tanaman)
jambul (ta)        jambul
jamu (ta)       obat tradisional jawa
jan (tpw)        sungguh-sungguh
jangan (ta)       sayur
jangar (ts)       rasa sakit dan panas di kepala
jangga (ta)       leher
janggel (ta)       tongkol jagung
janggut (ta)       dagu
jangka (ta)       jangka; ramalan
jangkar (tk)       memanggil nama, tanpa sebutan penghormatan
janma (ta)       manusia
japa (ta)       mantra
jarak (tk)       cari perkara
jaran (ta)       kuda
jarang (ta)       air panas
jaré (tk)       katanya
jarem (ts)       tuam
jarik (ta)       kain panjang
jarit (ta)       kain panjang
jarké (tk)       biarkan
jarwa (tk)        cerita, terjemah
jatah (ta)       jatah
jathilan(ta)       tarian kuda kepang
jatukrama(ta)       jodoh
jawa (ta)       jawa
jawa (ts)       bertanggung jawab; tahu kewajibannya
jawah; jawah (tk,ta)       hujan
jawat (tk)       ganggu, godha (antara pria dan wanita)
jawata (ta)       dewa
jawi (ta)       jawa
jawil (tk)       senggol
jaya (ts)        jaya
jèbèng (ta)       panggilan untuk bayi
jegog (tk)        salak (anjing)
jegur (tk)       terjun ke dalam air
jejeg (tk)       tendang
jejeg (ts)       tegak
jejer (ta)        adegan dalam pagelaran wayang yang menggambarkan  ertemuan raja,
para punggawa serta keluarga istana
jèjèr (ts)        bersanding, bersebelahan
jejuluk        panggilan, sebutan
jelih (tk)       teriak
jembar (ts)       luas
jembrak (ts)       rambut yang gondrong dan berdiri
jèmbrèng (tk)       buka lebar (untuk kain, kertas, dsb.)
jembut (ta)       rambut kemaluan
jempalik (tk)        terguling ke arah berlawanan
jempol (ta)       ibu jari
jemuwah (ta)       jumat
jenang (ta)       bubur halus
jenar (ts)       merah; kuning emas
jenaté (ts)        Al,arhum
jené (ta)       kuning
jeneng (ta)       nama
enggèlèk (tkr)        bangkit secara tiba-tiba
jenggong (tk)        salak (anjing)
jengkar (tk)        pindah, meninggalkan tempat
jèngkèl (ta)       jengkel
jengking (tk)       tungging
jengkol (ta)       jering
jenthik (ta)       kelingking
jepit (tk)       jepit
jeplak (tk)       membuka dengan cepat
jeram (ta)       jeruk
jèrèng (ts)       juling
jerit (tk)       jerit
jero (ts)       dalam
jerohan (ta)       isi perut
jeruk (ta)       limau
jethungan (tk)       petak umpet
jèwèr (tk)       ditarik telinganya
jimat (ta)       jimat
jirih (ts)       penakut
jiwa (ta)       jiwa
jiwit (tk)       cubit
jlèntrèh (tk)       jelaskan
jodho (ta)       jodoh
jojoh (tk)       cucuk dengan benda tajam
jomplang (ts)       tidak setimbang
jorok (tk)       dorong sampai jatuh
jothak (tk)       seteru
juju (tk)       suap langsung ke dalam paruh
jujug (tk)       langsung menuju
jujul (ta)       kembalian
jujur (ts)       lurus
jujur (ts)       jujur
julungpujut (tg)        nama wuku dalam penanggalan jawa
julungwangi (tg)        nama wuku dalam penanggalan jawa
jumadilakir (tg)        nama bulan dalam penanggalan jawa
jumadilawal (tg)        nama bulan dalam penanggalan jawa
jumantara (ta)        angkasa
jumawa (ts)        angkuh
jumbuh (ts)        bertemu, cocok (untuk pendapat, pemikiran)
jumpalitan (tk)        berguling-guling (koprol)
jungkat (ta)       sisir
jupuk (tk)       ambil
juragan (ta)       majikan
juwèh (ts)       suka memberikan komentar tentang urusan orang lain
juragan (ta)       majikan

K

Kabeh       semua

Kacu       sapu tangan
Kacuk       kemaluan laki laki
Kacung       pelayan
Kademen       kedinginan
Kadingaren       tumben
Kadipaten       kadipaten
Kadohan       kejauhan
Kakehan       kebanyakan
Kambil       kelapa
Kampleng       pukul
Kampul2       mengambang
Kampung       kampung
Kana       sana
Kanca        teman/kawan
Kanda       bilang/mengatakan
Kandang       kandang

Kapok       kapok /tidak mau mengulangi

Kapuk       kapas
Kasep       terlambat
Kasur       kasur
Kathok       celana

Kawat       kawat

Kebak       penuh
Kemu       kumur
Kecelek       tertipu/terlambat tidak mendapatkan apa apa
Kecik       biji
Kemaki       belagu ( laki-laki )
Kemayu       genit ( perempuan)
Kembang       bunga
Kembar       kembar
Kembung       kembung
Kemingkel       terbahak
Kena       kena
Kene       sini
Kenceng       banter
Kendel       berani
Kendi       kendi
Kendil       periuk nasi dari tanah
Kendo       longgar/kurang kuat/rapat
Kerdus       kardus
Kethak       jitak
Kenthir       gila
Kenthongan       kentongan
Keplok       tepuk tangan
Kere       kere/gembel
Kerek       kerek
Keri       ketinggalan
Keselak       tersedak
Kikir       kikir
Kisruh       kisruh
Kiwa       kiri

Klambi       baju kemeja

Klapa       kelapa
Klebu       masuk
Klebon       kemasukan
Klilip       kelilipan
Kluwih       nangka sayur
Kobong        terbakar
Kodok       katak
Kocak       kocak
Kolak        kolak
Konangan       ketahuan
Kondang       terkenal
Koplok       pukul
Kopong       tidak ada isinya, kosong
Kosok Balen       sebaliknya
Kosokan       gosokan
Kothak       kotak
Krama       bahasa jawa halus, kawin
Kramas       keramas
Kramat       keramat
Kucing       kucing
Kudu       harus
Kudung       kerudung
Kulit       kulit
Kulu       tetelan
Kumat       kambuh
Kumu       kumur
Kuna       kuno
Kura        kura-kura
Kutha       kota

Kuwat       kuat

Kuwi       itu

L

Labuh       berlabuh
Ladrang       istilah dalam seni karawitan
Laku        perjalanan hidup/cobaan yang harus dilalui
Lalen       pelupa/gampang lupa
Laler       Lalat
Lali        lupa
Lambaran       dasar/alas
Lambe       bibir
Lamur       kabur (pandangan)
Lanang        laki-laki
Lancang       lancang
Landep        tajam
Lapangan       tanah lapangan/lapangan sepak bola
Lara       sakit
Laras       laras
Laris       laris
Latar       halaman
Lawa       kelelawar
Legi        manis
Lelakon       cerita hidup
Lelayu       berita kematian
Lemah        tanah
Lemes       lemas
Lempung       tanah liat
Lemu       gemuk
Lemut       nyamuk
Lenga       minyak
Lengen       lengan
Lenggah       duduk
Lesehan       lesehan
Lesus       angin lesus
Lima       lima
Limpung       ubi goring
Lindu       gempa bumi
Linggih       duduk
Lintang       bintang
Lintu        tukar
Lirih        pelan
Liya        lain
Liyane       yang lain
Lobok        kebesaran/kegedean
Loji       rumah besar bertingkat
Loma       murah hati/dermawan
Lombok       cabe/lombok
Londo       belanda/orang barat
Lor        utara
Loro       dua
Luber        meluber
Lugu       lucu
Lumantar       melalui sesuatu
Lumrah       wajar
Lunga         pergi
Lungguh        duduk
Lurah       lurah
Luwe       lapar
Luwih       lebih

O

obah (tk)        bergerak
obong (tk)        bakar
obor (ta)        obor
obok-obok (tk)        aduk-aduk menggunakan tangan ( biasanya ke air )
oceh (tk)        cakap
ogak (ts)        goyang (untuk gigi)
ombak (ta)        ombak
ombe (tk)        minum
omben-omben (ta)        minuman
omber (ts)        luas
ombyok (tw)        ikatan besar (untuk sayuran, buah- buahan, dsb.)
omong (tk)        cakap
ompol (ta)        air kencing yang dikeluarkan dalam tidur
opak (ta)        kerupuk dari umbi-umbian
ora (tkr)        tidak
orak-arik (ta)        masakan dari telur
orat-arit (tk)        berantakan
osik (ta)        gerak
owah (ts)        gila
owah (tk, ts)        berubah
oyok (tk)        rebut
oyot (ta)        akar
U
ubarampé (ta)        perlengkapan
ucek (tk)        gosok-gosokkan (mata, cucian)
uceng (ta)        jenis ikan sungai
udakara (tpy)        kira-kira, kurang lebih
ucul (tk, ts)        terlepas
udal-udal (tk)        membongkar
udan (ta)        hujan
udani (tk)        telanjangi
udel (ta)        pusar
udheng (ta)        ikat kepala
udi (tk)        ajar; pelajari
udud (ta; tk)        rokok; merokok
udun (ta)        bisul
udur (tk)        berdebat
uga (tkr)        juga
ugal-ugalan (tkr)        bertindak tanpa mengindahkan aturan
ugel-ugel (ta)        pergelangan tangan
uger-uger(ta)        kusen
uget-uget (ta)        larva
ugi (tkr)        juga
ugungan (ts)        senang dipuji
uja (tk)        penuhi segala keinginan
ujar (ta)        perkataan
ujub (tk)        laksanakan
ujur (ta)        membujur
ukara (ta)        kalimat
ukir (tk)        ukir
ula (ta)        ular
ular-ular (ta)        petuah
ulem (tk)        undang
uleng-ulengan
uler (ta)        ulat
ules (ta)        warna (untuk binatang)
ulet (ts)        liat
ulu (tk)        telan
ulung (tk)        serah
uman (tk)        kebagian
umbar (tk)        biarkan/ lepaskan
umbel (ta)        ingus
umbul (ta)        gambar
umbul (ta)        mata air
umbul-umbul (ta)        bendera
umek (ts)        tidak bisa diam
umik-umik (tk)        komat-kamit
umob (ts)        didih
umpak (ta)        alas tiang
umplung (ta)        kaleng
umum (tk)        umum
umur (ta)        umur
umyek (tk)        sibuk sendiri
undamana (tk)        maki-maki
undang (tk)        panggil
under (tkr)        pusat, inti
undha (tk)        terbangkan (untuk layang-layang)
undha-undhi (tks)        sama saja, selisih usianya sedikit
undhuh (tk)        petik/tuai
undur (tk)        gerak ke belakang
undur-undur (ta)        nama serangga
uni (ta)        bunyi, suara
unjuk (tk)        geser naik
unjuk (tk)        minum
unta (ta)        onta
untab (tk)        temani saat-saat keberangkatan
untal (tk)        telan semuanya
untel-untel (tk)
unthuk (ta)        busa
unting (tk)        ikat segepok
untir (tk)        pelintir
untu (ta)        gigi
untup-untup (tk)        muncul sedikit
upama (tpy)        umpama
upaya (ta)        upaya
ura-ura (tk)        bernyanyi
urik (ts)        curang
urip (tk,ts)        hidup
usada (ta)        obat
usir (tk)        usir
usus (ta)        usus
usus-usus (ta)        tali kolor
utang (ta)        hutang
uwa (tg)        sebutan untuk kakak ayah/ibu
uwal (tkr)        terlepas dari ikatan (untuk manusia)
uwan (ta)        uban
uwang (ta)        rahang bawah
uwi (ta)        talas
uyuh        air seni
uyup       hirup (untuk cairan, mis. kuah sayur)

W

waca (tk)        baca
wacana (ta)        wacana, diskursus
wadal (ta)        tumbal
wadanan (ta)        julukan
wadas (ta)        cadas
wadat (tkr)        tidak menikah
wadhag (ta)        jasmani
wadhah (ta)        tempat
wadhang (ts)        masakan kemarin (untuk nasi)
wadhuk (ta)        bendungan
wadhuk (ta)        perut
wadi (ta)        rahasia
wadon (ts)        perempuan
wadul (tk)        mengadu
wagé (tg)        nama pasaran
wagu (ts)        janggal
waja (ta)        gigi
waja (ta)        baja
wajan (ta)        kuali
wajik (ta)        nama jajanan terbuat dari ketan
wajik (ts)        jajaran genjang
walanda (tg)        belanda
walandi (tg)        belalang
walang (ta)        belalang
walèh (tkr)        bosan
wales (tk)        balas
walesan (ta)        gagang pancing
wali (ta)        wali
walik (ta)        balik
waluh (ta)        labu
waluya (ts)        sehat
wana (ta)        hutan
wanara (ta)        kera
wanadri (ta)        hutan rimba
wanci (ta)        waktu
wanda (ta)        suku kata
wanda (ta)        badan
wandé; wandé (ta)        warung
wandu (ts)        banci
wangi (ts)        harum
wangsit (ta)        wahyu
wangun (ta)        bentuk
wangwung (ta)        kumbang
wani (ts)        berani
wanita (ta)        wanita
wanodya (ta)        wanita
wanti-wanti (tk)        berpesan dengan sangat
wanuh (tk)        tahu, kenal
waos (ta)        gigi
waos (tk)        baca
wara-wara (ta)        pengumuman
warah (tk)        tunjuk/ajar
warak (ta)        badak
warangan (ta)        racun (biasanya dipakai untuk melumuri keris)
waranggana (ta)        penyanyi (dengan iringan gamelan)
warangka (ta)        kerangka, sarung keris
waras (ts)        sehat
wareg (ts)        kenyang
warèng (tg)        keturunan ke 5
warga (ta)        warga
wargi; wargi (ta)        warga
warih (ta)        banyu
waris (ta)        waris
waringuten (tkr)        kewalahan
warna (ta)        warna
warok (ta)        orang berilmu (daerah Madiun, Ponorogo, Tenggalek dan sekitarnya)
warsa (ta)        tahun
warta (ta)        berita
warung (ta)        warung
wasis (ta)        pandai
waskitha (ts)        waspada
waspa (ta)        air mata
waspada (ts)        waspada
wastani (tk)        kira, sangka; namakan, sebut
wastra (ta)        laut
watak (ta)        watak
watara (tkr)        kira-kira
watek (ta)        watak
wates (ta)        batas
waton (tkr)        asal-asalan; asalkan
watu (ta)        batu
wau (tg)        tadi
wawacan (ta)        bacaan
wawansabda (tk)        bercakap-cakap
wawas (tk)        pikir, timbang
wawasan (ta)        pikiran, pertimbangan
wayah (ta)        masa/waktu
wayah (ta)        cucu
wayang (ta)        wayang
wayu (ts)        basi
wayuh (tk)        diduakan (oleh suami)
wé (ta)        air
wédang (ta)        minuman hangat
wédang (ta)        air matang
wedhak (ta)        bedak
wedhar (tk)        urai, bahas
wedhi (ta)        pasir
wedi (ts)        takut
wedhon (t       hantu sawah
wédhok (ts)        perempuan
wedus (ta)        kambing
wegah (ts)        enggan
wekas (ta)        pesan
wekasan (ta)        akhir
wekdal; wekdal (ta)        waktu
wektu (ta)        waktu
welas (ta, tk)        rasa kasihan; merasa kasihan
welèh (tk)        balasan setimpal
weling (ta)        ular belang
weling (ta)        pesan
wenang (ts)        berwenang, berhak
wengku (tk)        memangku, menikahi (pria menikahi wanita)
wening (ts)        bening
wengi (tkr, tkr)        malam
wentis (ta)        betis
werdi (ta)        arti
werna (ta)        warna, jenis
weruh (tk)        nampak, tahu
wesi (ta)        besi
wèt (ta)        hukum
wetah ; wetah (ts)        utuh
wétan (tg)        timur
weteng (ta)        perut
weton (ta)        hari kelahiran
wetu (tk)        keluar
wewaler (ta)        pantangan
wéwé (ta)        hantu perempuan
wèwèh (tk)        memberi
wewengkon (ta)        daerah kekuasaan, wilayah
widada (ts)        selamat
widadara/i (ta)        bidadari laki-laki/perempuan
wigati (ts)        penting
wiji (ta)        biji; benih
wijik (tk)        mencuci tangan
wilang (tk)        hitung
wilangan (ta)        bilangan
wilujeng (tkr)        selamat
winarah (tk)        terjadi
wingènané (tg)        dua hari yang lalu
wingi (tg)        kemarin
wingit (ts)        angker
wingking; wingking (tkr)        belakang
winengku (tk)        disunting; diperistri
winisuda (tk)        diwisuda
winih (ta)        benih
wirama (ta)        irama
wirang (ts)        malu
wirid (ta)        kata atau kalimat pujian kepada Allah yang dibaca berulang-ulang
wiridan (ta)        pembacaan wirid
wiring galih (ta)        hitam (ayam jago)
wiron (ta)        bagian dari kain panjang yang dilipat memanjang bersusun yang akan
diletakkan di bagian terluar di depan pada saat kain panjang dikenakan
wiru (tk)        melipat bagian tepi kain panjang menjadi lipatan-lipatan kecil
memanjang bersusun
wis (tkr)        sudah
wisa (ta)        bisa, racun
wisik (ta)        bisikan, wahyu
wisma (ta)        rumah
wisuh (tk)        basuh tangan/kaki
wisuda (tk)        wisuda
wit (ta)        pohon
witikna (tpy)        salah sendiri; mengapa pula
wiwit (tk)        mulai
wondéné (tpy)        sedangkan
wong (ta)        orang
wos (ta)        arti
wos; wos (ta)        beras
wot (ta)        jembatan
wrangka (ta)        sarung keris
wré (ta)        kera
wréda (ta)        yua
wucal; wucal        ajar
wuda (tkr)        telanjang
wudhar (tk)        terurai
wudun (ta)        bisul
wukir (ta)        gunung
wulang        ajar
wulu (ta)        bulu
wulung (ta)        elang
wulung (ts)        ungu tua
wungkuk (ts)        bongkok
wungu (ts)        ungu
wungu: wungu (tk)        bangun
wuninga (ts)        tahu
wuri (tkr)        belakang
wuruk (tk)        tunjuk/ajar
wurung (tkr)        batal
wus (tkr)        sudah
wusana        akhir, kejadian
wuta (ts)        buta
wutah (tk)        tumpah
wutuh (ts)        utuh
wuwung (ta)        bubungan atap
wuwuh (tk)        tambah
wuwus (ta)        bicara, kata-kata
wuyung (ts)        kasmaran
Y
yasa (tk)        membuat
yamadipati (tg)        dewa kematian
yayah (ta)        ayah
yuyu (ta)        kepiting sungai
yayi (tg)        adik
yèn (tpy)        bila, jika
yuta (tw)        juta
yuswa (ta)        umur
yekti  (ts)        sungguh; benar
yuwana (ts)        selamat
yaksa (ta)        raksasa
yatra (ta)        uang

Sumber: http://alangalangkumitir.wordpress.com