This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Showing posts with label Tasawuf. Show all posts
Showing posts with label Tasawuf. Show all posts

Sunday 29 September 2013

Ajaran Suluk Kanjeng Sunan Kalijaga

Sunan Kalijaga Adalah simbol sufistik jawa.karena di dalam penyampaian ajaran ajarannya beliau selalu bisa menempatkan diantara budaya ataupun adat adat jawa yang saat itu sangat kental di kalangan masyarakat jawa sendiri.sehingga masyarakat dengan mudah menerima ajarannya. walaupun ketika itu masyarakat masih sangat awam dengan ajaran islam.
 
Beliau sendiri mengedepankan keyakinan terhadap Dzatulloh dalam ajaranya. lalu di ikuti dengan syariatnya Dan untuk pendekatan diri kepada yang maha hidup Sunan Kalijogo senantiasa menggunakan media dzikir sebagai sarananya.Begitupula ia mengajarkan kepada murid-muridnya. berbagai cara yang bisa dilakukan untuk berdzikir kepada yang maha agung,karena dzikir sendiri mempunyai artian yang luas. sehingga berbagai cara bisa dilakukan,yang intinya selalu mengingat Dia(alloh).

Salah satunya dengan cara:dzikir lisan, dzikir nafas,dzikir kolbu,dzikir ruh,dzikir perbuatan  dan sebagainya.
Beliau mengetahui bagaimana keadaan iman murid muridnya sehingga dia memberikan Dzikir kepada seseorang sesuai dengan tingkat ketaqwaan atau MAQOM orang tersebut, jadi wajar saja jika di kalangan masyarakat banyak yang mengaku bersumber dari ajaran Sunan Kalijaga,meskipun mereka berbeda baik bacaan maupun caranya berdzikir.

Berikut ini salah satu SULUK SUNAN KALI JAGA yang kami kutip dari berbagai sumber: semoga kita bisa mengambil hikmah dari suluk ini dan bertambahnya keimanan kita terhadap dzatulloh.amin ya robbal alamin.

Birahi ananiroku,aran ira Allah jati.
Tan ana kalih tetiga.

Timbullah hasrat kehendak "dzatulloh dengan adanya WUJUD dirimu menunjukkan akan adanya Allah dengan sesungguhnya; Allah itu tidak mungkin ada dua apalagi tiga

sapa wruha yen wus dadi,ingsun weruh pesti nora,ngarani namanireki
Siapa yang mengetahui asal muasal kejadian dirinya, saya berani memastikan bahwa orang itu tidak akan
membanggakan dirinya sendiri.

Sipat jamal ta puniku,ingkang kinen angarani,pepakane ana ika,akon ngarani puniki, iya Allah angandika, maring Muhammad kang kekasih.
Ada pun sifat jamal (sifat terpuji bagus) itu ialah, sifat yang selalu berusaha menyebutkan,bahwa pada dasarnya adanya dirinya, karena ada yang mewujudkan adanya. Demikianlah yang difirmankan Allah kepada Nabi Muhammad yang menjadi Kekasih-Nya

Yen tanana sira iku,ingsun tanana ngarani,mung sira ngarani ing wang,
dene tunggal lan sireki iya Ingsun iya sira, aranira aran mami.

Kalau tidak ada dirimu, Allah tidak dikenal/disebut-sebut,Hanya dengan sebab ada kamulah yang menyebutkan keberadaan-Ku,
Sehingga kelihatan seolah-olah satu dengan dirimu. Adanya AKU, Allah, menjadikan dirimu.Wujudmu menunjukkan adanya Dzatku.

TAUHID hidayat sireku,tunggal lawan Sang Hyang Widhi,
tunggal sira lawan Allah,uga donya uga akhir,ya rumangsana pangeran,ya Allah ana nireki.
 
Tauhid hidayah yang sudah ada padamu, menyatu dengan Tuhan. Menyatu dengan Allah,baik di dunia maupun di akherat. Dan kamu merasa bahwa Allah itu ada dalam dirimu.

Ruh idhofi neng sireku, MAKRIFAT ya den arani,uripe ingaranan Syahdat,urip tunggil jroning urip sujud rukuk pangasonya,rukuk pamore Hyang Widhi.
Ruh idhofi ada dalam dirimu. Makrifat sebutannya. Hidupnya disebut Syahadat (kesaksian), hidup tunggal dalam hidup. Sujud rukuk sebagai penghiasnya. Rukuk berarti dekat dengan Tuhan.

Sekarat tananamu nyamur,ja melu yen sira wedi,lan ja melu-melu Allah,iku aran sakaratil,ruh idhofi mati tannana,urip mati mati urip.
Penderitaan yang selalu menyertai menjelang ajal,sekaratul maut.tidak terjadi padamu. Jangan takut menghadapi sakratulmaut, dan jangan ikut-ikutan takut menjelang pertemuanmu dengan Allah. Perasaan takut itulah yang disebut dengan sekarat. Ruh idhofi tak akan mati,Hidup mati, mati hidup

Liring mati sajroning ngahurip,
iya urip sajtoning pejah,urip bae selawase,kang mati nepsu iku,badan dhohir ingkang nglakoni,
katampan badan kang nyata,pamore sawujud, pagene ngrasa matiya,Syekh Malaya (Sunan Kalijaga) den padhang sira nampani,Wahyu prapta nugraha.

mati di dalam kehidupan. Atau sama dengan hidup dalam kematian. Ialah hidup abadi. Yang mati itu keakuhan sifat hambanya. Lahiriah badan yang menjalani MATI Tertimpa pada jasad yang sebenarnya. Kenyataannya satu wujud. Raga sirna, sukma mukhsa. Jelasnya mengalami kematian! Syeh Malaya (S.Kalijaga), terimalah hal ini sebagai ajaranku dengan hatimu yang lapang. Anugerah berupa wahyu akan datang padamu.

Tuesday 28 May 2013

Kumpulan Suluk Sunan Bonang #2

Karya-karya Sunan Bonang yang dijumpai hingga sekarang dapat dikelompokkan menjadi dua: (1) Suluk-suluk yang mengungkapkan pengalamannya menempuh jalan tasawuf dan beberapa pokok ajaran tasawufnya yang disampaikan melalui ungkapan-ungkapan simbolik yang terdapat dalam kebudayaan Arab, Persia, Melayu dan Jawa. Di antara suluk-suluknya ialah Suluk Wujil, Suluk Khalifah, Suluk Kaderesan, Suluk Regol, Suluk Bentur, Suluk Wasiyat, Suluk Pipiringan, Gita Suluk Latri, Gita Suluk Linglung, Gita Suluk ing Aewuh, Gita Suluk Jebang, Suluk Wregol dan lain-lain (Drewes 1968). (2) Karangan prosa seperti Pitutur Sunan Bonang yang ditulis dalam bentuk dialog antara seorang guru sufi dan muridnya yang tekun. Bentuk semacam ini banyak dijumpai sastra Arab dan Persia.
1. Mutawilah (muta`awillah di dalam bahasa Arab)
2. Mutawassitah (Mutawassita)
3. Mutakhirah (muta`akhira)
Yang pertama syahadat (penyaksian) sebelum manusia dilahirkan ke dunia yaitu dari Hari Mitsaq (Hari Perjanjian) sebagaimana dikemukakan di dalam ayat al-Qur`an 7: 172, “Bukankah Aku ini Tuhanmu? Ya, aku menyaksikan” (Alastu bi rabbikum? Qawl bala syahidna). Yang ke dua ialah syahadat ketika seseorang menyatakan diri memeluk agama Islam dengan mengucap “Tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan-Nya”. Yang ketiga adalah syahadat yang diucapkan para Nabi, Wali dan Orang Mukmin sejati. Bilamana tiga syahadat ini dipadukan menjadi satu maka dapat diumpamakan seperti kesatuan transenden antara tindakan menulis, tulisan dan lembaran kertas yang mengandung tulisan itu. Juga dapat diumpamakan seperti gelas, isinya dan gelas yang isinya penuh. Bilamana gelas bening, isinya akan tampak bening sedang gelasnya tidak kelihatan. Begitu pula hati seorang mukmin yang merupakan tempat kediaman Tuhan, akan memperlihatkan kehadiran-Nya bilamana hati itu bersih, tulus dan jujur.

Kumpulan Suluk Sunan Bonang

Tasawuf dan Pengetahuan Diri
Secara keseluruhan jalan tasawuf merupakan metode-metode untuk mencapai pengetahuan diri dan hakikat wujud tertinggi, melalui apa yang disebut sebagai jalan Cinta dan penyucian diri. Cinta yang dimaksudkan para sufi ialah kecenderungan kuat dari kalbu kepada Yang Satu, karena pengetahuan tentang hakikat ketuhanan hanya dicapai tersingkapnya cahaya penglihatan batin (kasyf) dari dalam kalbu manusia (Taftazani 1985:56). Tahapan-tahapan jalan tasawuf dimulai dengan‘penyucian diri’, yang oleh Mir Valiuddin (1980;1-3) dibagi tiga: Pertama, penyucian jiwa atau nafs (thadkiya al-nafs); kedua, pemurnian kalbu (tashfiya al-qalb); ketiga, pengosongan pikiran dan ruh dari selain Tuhan (takhliya al-sirr).

Istilah lain untuk metode penyucian diri ialah mujahadah, yaitu perjuangan batin untuk mengalah hawa nafsu dan kecenderungan-kecenderungan buruknya. Hawa nafsu merupakan representasi dari jiwa yang menguasai jasmani manusia (‘diri jasmani’). Hasil dari mujahadah ialah musyahadah dan mukasyafah. Musyahadah ialah mantapnya keadaan hati manusia sehingga dapat memusatkan penglihatannya kepada Yang Satu, sehingga pada akhirnya dapat menyaksikan kehadiran rahasia-Nya dalam hati. Mukasyafah ialah tercapainya kasyf, yaitu tersingkapnya tirai yang menutupi cahaya penglihatan batin di dalam kalbu.
Penyucian jiwa dicapai dengan memperbanyak ibadah dan amal saleh. Termasuk ke dalam ibadah ialah melaksanakan salat sunnah, wirid, zikir, mengurangi makan dan tidur untuk melatih ketangguhan jiwa. Semua itu dikemukakan oleh Sunan Bonang dalam risalahnya Pitutur Seh Bari dan juga oleh Hamzah Fansuri dalam Syarab al-`Asyiqin (“Minuman Orang Berahi”). Sedangkan pemurnian kalbu ialah dengan membersihkan niat buruk yang dapat memalingkan hati dari Tuhan dan melatih kalbu dengan keinginan-keinginan yang suci. Sedangkan pengosongan pikiran dilakukan dengan tafakkur atau meditasi, pemusatan pikiran kepada Yang Satu. Dalam sejarah tasawuf ini telah sejak lama ditekankan, terutama oleh Sana’i, seorang penyair sufi Persia abad ke-12 M. Dengan tafakkur, menurut Sana’i, maka pikiran seseorang dibebaskan dari kecenderungan untuk menyekutuhan Tuhan dan sesembahan yang lain (Smith 1972:76-7).

Monday 1 April 2013

Anekdot : Rapat Dunia Setan dan Sekutunya

"kepada semua makhluk yang durhaka kepada Allah --terutama dari golongan gaib-- akan diadakan rapat yang sangat buueeesssaaaarrrr yang akan duhadiri oleh dedengkot iblis dan setan. rapat akan diadakan bla...bla....bla......"

dalam sekejab kurir sukarela langsung menyebar ke seluruh pelosok bumi dan langit. tidak dipungkir akhir-akhir ini dunia setan tengah dirundung masalah yang super duper gawats, dan tidak bisa dibiarkan, hal ini harus segera diatasi, jika tidak mereka akan kehilangan dominasi yang menjadi kebanggaan mereka.

hari dan waktu yang dijadwalkan telah tiba, segenap anak buah mereka telah siap mengikuti jalannya rapat penentu ini, oh ya tak ketinggalan pula pers siap menjadi corong buat kepentingan semua golongan setan ini.

hiihhhhiiihhiiii.....aaauuuuu wwwww..... guk....gukkkk...gggguuukkk... ..gggrrrrrmmmm.... suara-suara yang paling seram menandai datangnya pemimpin tertinggi rapat setan kali ini , "hadirin di harap berdiri....!!" suara di ujung mengajak menghormati pemimpin mereka.

KONFERENSI BESAR IBLIS DAN SETAN

Dalam suatu Konferensi iblis, syaitan dan jin, dikatakan: “Kita tidak dapat melarang kaum muslim ke masjid”, “Kita tidak dapat melarang mereka membaca Al-Qur’an dan mencari kebenaran”, “Bahkan kita tidak dapat melarang mereka mendekatkan diri dengan Tuhan mereka Allah dan Pembawa risalahNya Muhammad”, “Pada saat mereka melakukan hubungan dengan Allah, maka kekuatan kita akan lumpuh.”

“Oleh sebab itu, biarkanlah mereka pergi ke Masjid; biarkan mereka tetap melakukan kesukaan mereka, TETAPI CURI WAKTU MEREKA, sehingga Mereka tidak lagi punya waktu untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah”.
“Inilah yang akan kita lakukan,” kata iblis. “Alihkan perhatian mereka dari usaha meningkatkan kedekatannya kepada Allah dan awasi terus kegiatannya sepanjang hari!”.

“Bagaimana kami melakukannya?” tanya para hadirin yaitu iblis, syaitan, dan jin. Sibukkan mereka dengan hal-hal yang tidak penting dalam kehidupan mereka, dan ciptakan tipudaya untuk menyibukkan fikiran mereka,” Jawab sang iblis “Rayu mereka agar suka BELANJA, BELANJA DAN BELANJA SERTA BERHUTANG, BERHUTANG DAN BERHUTANG”.

Hakikat nilai nol


Nilai sebuah bahan asal itu tidak selalu sama dengan nilai barang jadi. Ketidak samaan itu akan terus bertambah sesuai dengan kualitas dan cara pembuatannya. Oleh karena itu, kejadiannya pun bisa bermacam-macam. Kadang kita jumpai sebuah barang buatan sama nilainya dengan bahan asalnya. Kadang juga kita temui bahan asal jauh lebih mahal nilainya dari pada barang jadi. Karena boleh saja terjadi sebuah cindera mata yang sangat mahal berasal dari bahan besi. Cindera mata itu boleh jadi sebuah hasil seni kuno yang dapat bernilai jutaan rupiahm walaupun barang itu hanya terbuat dari sebuah besi. Jika barang itu ditawarkan di sebuah pasar pengrajin yang mahir dan berkemampuan seni tinggi cindera mata itu dapat bernilai jutaan rupian. Tapi apabila ditawarkan di pasar besi, maka barang itu tidak bernilai tinggi. Bahkan mungkin tidak akan ada yang mau membelinya, walaupun dijual dengan harga yang sangat murah.
Demikian juga manusia. Manusia diciptakan dari bahan asal tanah sebuah bahan asal yang tidak mempunyai nilai apa-apa. Itulah mengapa dikatakan manusia pada mulanya bernilai -1. Namun, oleh Dzat Pencipta Yang Maha Esa, manusia diciptakan dengan bentuk yang sangat sempurna. Dalam diri manusia, Allah meletakkan banyak sekali penampakan sifat-sifat dan asma-asma-Nya. Allah SWT dengan seni-Nya menciptakan manusia untuk menjadi makhluk tempat berkumpulnya karakteristik semua makhluk-Nya. Sehingga manusia memiliki nilai yang sama, sepadan bahkan tak kalah dengan makhluk yang terbuat dari bahan asal lebih tinggi nilainya seperti Iblis yang dari api dan Malaikat yang dari Nur. Karenanya, manusia dengan Rahmat dan kasih sayang Allah manusia jadi bernilai Nol (0).
Seluruh bagian tubuh manusia menampakkan tanda-tanda kebesaran Allah. Seorang yang beriman akan dapat menangkap dan merasakan hal itu dengan cara bertafakur. Kita ambil contoh saja rambut, walaupun sama-sama rambut, akan tetapi ada rambut kepala, alis, kumis, jenggot, dan bulu-bulu yang ada di tubuh. Walaupun memiliki bahan dasar dan nutrisi makanan yang sama, tetapi panjang, pendek, tempat dan kemampuan tumbuhnya berbeda-beda. Inilah bukti kebesaran dan ke-Esa-an Allah.
Bila kita coba melihat manusia dengan lebih detail lagi, manusia terdiri dari triliyunan sel yang berbagai macam. Mulai dari sel kulit, sel darah, sel tulang, sel otot, dimana sel-sel itu kemudian berkumpul dan membentuk jaringan, mulai dari jaringan kulitm jaringan tulang, jaringan otot, jaringan syaraf, dsb.

Hakikat Nilai Manusia Nol

Thursday 7 March 2013

Dawai Sang Sufi Tentang Hidup

Hidup adalah ibadah
Dalam ayat-Nya Allah berfirman,
Wama kholaqtul jinna wal insa illa liya'bududun
Lama aku tidak percaya dengan ayat ini
Fikirku aku hanya disuruh shalat, puasa dan dzikir
Apalagiketika aku berfikir tentang ayat,
Wa'bud robbaka hatta ya'tiyakal yakin,
Demi Allah, aku tidak sanggup untuk beribadah terus menerus...
Aku bingung, Aku takut
Aku lari dari pendapatku sendiri
Suatu hari aku bertanya kepada guruku
Guruku mengatakan, "Tidak salah pendapatmu, tapi kurang".
Ketahuilah.....
Dalam ayat lain Allah juga berfirman
Wala tansa nasibaka minaddunya
Dan La yukallifullahu nafsan illa wus'aha
Jelas Allah tidak hanya menyuruh kita untuk sholat dan puasa
Allah juga menyuruh kita untuk mencari dunia
Bahkan Allah melarang kita untuk membebani diri kita dengan beban yang berat
Sehingga kita tidak mampu memikulnya
Walaupun itu ibadah
Ketauhillah.....
Ibadah itu bukan bentuk lahirnya
Banyak perkara dunia yang berubah menjadi amal dunia karena niat
Banyak perkara yang kadang menurut kita tidak ada nilainya tetapi
Disisi Allah sangat berharga
Engkau makan,minum, tidur, cari nafkah, menikah
Tetapi di niati untuk menguatkan ibadah
Itulah arti Wama kholaqtul jinna wal insa illa liyakbudun
Dan engkau dapat istiqomah sholat, puasa, dzikir
Dengan bantuan makan, minum dan menikah
Itulah arti Wa'bud robbaka hatta ya'tiyakal yaqin
Jika engkau sholat, puasa tetapi tidak makan dan minum
Pasti engkau akan mati
bukankah ini bunuh diri dan jelas tidak ibadah ?
Engkau hanya sholat, puasa dan dzikir tetapi tidak menikah
Sehingga suatu ketika terjerumus zina, apakah arti semua ibadahmu ?
Ingatlah Allah pencipta manusia dengan ukuran dan aturan
Janganlah engkau mempertahankan kebodohanmu
Janganlah engkau hancur hanya karena pemahamanmu yang salah
Dan ingatlah pesan Allah Alladzina yastami'unal qoula
Fayattabi'una ahsanah.....

Orang-orang yang mendengarkan pendapat
Kemudian mengikuti pendapat yang paling bagus
Merekalah yang diberi petunjuk Allah
Dan merekalah orang-orang yang beruntung.....

Sunday 27 May 2012

Muroqobah dan Sifat-sifat Pelakunya


Muroqobah Dan Sifat-Sifat Pelakunya
Pengajian Syeikh Abu Nashr as-Sarraj
Muraqabah adalah kondisi spiritual (hal) yang mulia. Allah swt. berfirman dalam al Qur'an:
"Dan Allah Maha Mengawasi segala sesuatu." (Q.s. al Ahzab: 52).
Dan firman Nya:
"Tidak ada satu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir ." (Q s. Qaf  18).
Dan firman Nya:

"Apakah mereka tidak mengetahui, bahwa Allah mengetahui rahasia dan bisikan hati mereka, dan bahwasanya Allah Maha Mengetahui segala yang gaib?" (Q.s. at Taubah: 78).

Diriwayatkan dari Nabi saw., bahwa beliau pernah bersabda:
"Beribadahlah kepada Allah seakan akan engkau melihatNya, dan jika engkau tidak melihat Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu. " (H.r. Muslim).

Adapun muraqabah bagi seorang hamba adalah pengetahuan dan keyakinannya, bahwa Allah swt. selalu Melihat apa yang ada dalam. hati nuraninya dan Maha Mengetahui. Maka dalam. kondisi demikian ia terus meneliti dan mengoreksi bersitan bersitan hati atau pikiran pikiran tercela yang hanya akan menyibukkan hati sehingga lupa untuk mengingat Tuhannya. Sebagaimana dikatakan oleh Abu Sulaiman ad-Darani - rahimahullah, "Bagaimana ada sesuatu dalam hati yang bisa disembunyikan dari Penglihatan-Nya! Sementara apa yang terbersit di dalam hati adalah Dia yang meletakkan di dalamnya. Maka apakah mungkin apa yang datang dari-Nya tersembunyi dari pantauan Nya?"
Al-Junaid berkata, "Ibrahim al-Ajuri pernah berkata kepadaku, 'Wahai anak muda!! Sungguh engkau mengembalikan niatmu kepada Allah meskipun hanya seberat atom (dzarrah) adalah lebih baik daripada segala yang bisa tersentuh sinar matahari'."
Al-Hasan bin Ali ad-Damighani - rahimahullah - berkata, "Engkau wajib menjaga rahasia-rahasia hatimu, sebab Dia (Allah) selalu melihat hati nurani."

Orang-orang yang muraqabah dibedakan menjadi tiga tingkatan:
Pertama adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh al Hasan bin Ali di atas, dimana tingkatan ini adalah tingkatan kondisi spiritual para pemula dalam muraqabah.
Tingkatan kedua adalah sebagaimana yang diceritakan dari Ahmad bin Atha'- rahimahullah - yang mengatakan, " Sebaik-baik kalian adalah orang yang selalu muraqabah kepada al-Haq dengan al-Haq dalam kefanaan apa yang selain al-Haq dan mengikuti Sang Nabi pilihan saw. dalam segala perbuatan, akhlak dan adab beliau."

Adapun tingkat ketiga adalah tingkatan orang orang besar. Mereka selalu muraqabah kepada Allah swt. dan memohon kepadaNya agar Dia senantiasa memelihara mereka untuk bisa selalu ber-muraqabah. Karena Allah telah mengistimewakan orang orang pilihan-Nya dan orang-orang khusus dengan tidak menyerahkan mereka dalam segala kondisi spiritualnya kepada seorang pun. Sebab Dialah Yang menguasai dan melindungi segala urusan mereka. Allah swt berfirman:


"Dan Dia melindungi orang-orang yang saleh." (Q.s. al Nraf  196).
Ibnu Atha'- rahimahullah - berkata kepada sebagian orang-orang bijak Khurasan yang telah termakan oleh kebodohan dan melakukan cara cara asketisisme (taqasysyuj), "Tidakkah Anda tahu bahwa apa yang selalu Anda lakukan dengan tubuhmu adalah kotoran jika Anda sejajarkan dengan apa yang Anda lihat dengan hatimu? Dan apa yang Anda lihat dengan hatimu adalah sesuatu yang tak berarti Jika disejajarkan dengan apa yang Anda jaga dan pantau dengan rahasia hati Anda! Maka hendaklah Anda senantiasa muraqabah kepada Allah swt., baik dalam tindakan lahirlah maupun rahasia batin Anda. Sebab tindakan muraqabah tersebut adalah lebih baik daripada amal dan ibadah yang selalu Anda lakukan."
Sementara itu muraqabah mengharuskan qurbah (kedekatan).

Tuesday 22 May 2012

Cinta dalam pandangan Sufi

  1. Cinta menganggap sedikit pemberian yang ia keluarkan dan menganggap banyak pemberian kekasih walaupun sedikit. ( Abu Yazid Al Bustami).
  2. Cinta itu merangkul ketaaat dan menentang kedurhakaan.(Sahal bin Abdullah).
  3. Cinta adalah masuknya sifat –sifat kekasih pada sifat-sifat yang mencintainya.
    Maksudnya orang yang mencintai selalu memuji-muji yang dicintainya, sehinga orang yang mencintai tenggelam dalam ingatan sifat-sifat yang dicintainya dan melupakan segala sifat-sifat dirinya sendiri dan persaaqnnya pada sifat- sifat yang dimilikinya. ( Al Junaid).
  4. Cinta adalah kesetiaan ( Abu Ali Ahmad Ar Rudzabari).
  5. Hakekat cinta ialah jika kamu memberi , maka kamu memberikan semua yang kamu miliki kepada orang yang kamu cintai, tanpa tersisa satu sedikitpun untukmu. (Abu Abdullah Al Qusyairi).
  6. Disebut cinta karena cinta menghapus hati dari ingatan selain yang dicintainya. ( Dalf Asy Syibli).
  7. Cinta selalu menegur kelengahan dirinya ( Ahmad bi Atha).
  8. Cinta itu kesenangan, sedang letak hakekatanya terletak pada ketenangannya. (Abu Ali ad Daqaq).
  9. Cinta, jika kamu cemburu pada seorang kekasih, maka orang sepertimu adalah mencintainya. (Dalf  Asy Syibli).
  10. Cinta itu adalah dahan-dahan yang ditancapkan dalam hati sehingga hati akan berbuah sesuai dengan kemampuan akal. ( Ahmad bin Atha).
  11. Cinta bisa menyuntik darah dan menumpahkannya. ( An Nashr Abadzi).
  12. Hakekat cinta tidak bisa berkurang karena kurangnya pemberian pemberian dan tidak bisa bertambah karena kebaikan yang diberikan kepadanya. (Yahya bin Muadz).
  13. Tidak benar orang yang mengaku telah mencintai Allah, tapi ia tidak menjaga batas-batas hukum Allah. (Yahya bin Muadz).
  14. Jika cinta itu benar maka hilanglah rasa ketersinggungan (karena kurang sopan). (Al Junaid ).
  15. Cinta harus lebih mengutamakan yang dicintai.(Muhammad bin Ali al Kattani).
  16. Hakekat cinta itu terwujud jika seorang hamba mampu melupakan bagiannya dari Allah dan melupakan kebutuhan-kebutuhannya kepada Allah. (Abu Ya’kub as Susi).
  17. Cinta itu menjauhi kesenangan dalam setiap keadaan. (An Nashr Abadzi).
  18. Cinta itu berlebihan dalam kecenderungan tanpa berharap mendapatkan sesuatu (al Junaid)
  19. Cinta itu suatu fitnah (ketidaktenangan) dalam hati sanubari. (al Junaid).
  20. Cinta itu berawal dari tipuan dan berakhir dengan kematian. (Abu Ali Ad Daqaq).

Bisikan Allah, Bisikan Malaikat, Bisikan Nafsu, Bisikan Syetan

 Imam Al-Ghazali
Tulisan Hujjatul Islam Imam Al-Ghazaly dari kitab Roudlotut Tholibin wa-‘Umdatus Salikin, ini kami turunkan karena banyaknya pertanyaan dari pembaca soal cara membedakan bisikan-bisikan dari dalam hati, apakah dari Allah, nafsu atau syetan. Red.)

Kajian ini seputar bisikan-bisikan hati (khawathir) dengan segala bentuknya, upaya memerangi, mengalahkan dan unggul dalam menghalau perbuatan syetan yang jahat.
Juga bab ini tentang berlindung kepada Allah dari syetan dengan tiga cara:
Pertama, anda harus mengetahui godaan, rekayasa dan tipuan syetan.
Kedua, hendaknya anda tidak menanggapi ajakannya, sehingga qalbu anda tidak bergantung dengan ajakan itu.

Ketiga, langgengkan dzikrullah dalam qalbu dan lisan anda.
Sebab dzikrullah bagi syetan seperti penyakit yang menyerang manusia.
Untuk mengetahui rekayasa godaan syetan, akan tampak pada bisikan-bisikan (khawathir) dan berbagai macam caranya. Mengenai pengetahuan tentang berbagai macam bisikan hati, patut anda ketahui, bahwa bisikan-bisikan itu adalah pengaruh yang muncul di dalam qalbu hamba yang menjadi pendorong untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, proses yang sepenuhnya terjadi di dalam qalbu ini berasal dari Allah - yang menjadi Pencipta segala sesuatu.
Dalam kaitan ini, bisikan hati ada empat macam:
  1. Suatu bisikan yang datang dari Allah swt. dalam qalbu hamba adalah sebagai bisikan awal, sehingga Dia disebut dengan Nama al-Khathir (Sang Pembisik).
  2. Bisikan yang relevan dengan watak alam manusia, yang disebutan-nafs (jiwa).
  3. Bisikan yang terdorong oleh ajakan syetan, yang disebut waswas (perasaan ragu-ragu).
  4. Bisikan yang juga datang dari Allah yang disebut al-Ilham.
Al-Khathir adalah bisikan yang datang dari Allah swt. sebagai bisikan awal, terkadang berdimensi kebaikan, kemuliaan dan pemantapan dalam berhujjah. Kadang-kadang berdimensi negatif dan sebagai ujian.
Al-Khathir yang datang dari pemberi Ilham tidak akan terjadi, kecuali mengandung kebajikan, karena Dia adalah Yang Memberi nasihat dan bimbingan. Sedangkan al-Khathir yang datang dari syetan, tidak datang kecuali mengandung elemen kejahatan.

Bisikan ini terkadang sepintas mengandung kebajikan, tetapi dibalik itu ada makar dan istidraj (covernya nikmat, dalamnya siksa bencana).
Sementara bisikan yang tumbuh dari hawa nafsu tidak luput dari elemen kejahatannya. Terkadang juga ada elemen baik tidak sekadar untuk pencapaian kenikmatan saja.

Ada tiga persoalan yang harus anda ketahui di sini:
Pertama-tama, beberapa ulama berkata bahwa jika anda ingin mengenal dan mengetahui perbedaan antara bisikan kebaikan dan bisikan kejahatan, maka pertimbangkan dengan tiga ukuran nilai (mawazin), yang dapat mendeteksinya:
  1. Apabila bisikan itu relevan dengan syariat, berarti baik. Jika sebaliknya - baik karena rukhshah atau syubhat, maka tergolong bisikan jahat.
  2. Manakala dengan mizan(ukuran nilai) itu tidak diperoleh kejelasan perbedaan masing-masing, sebaiknya anda konfirmasikan dengan teladan orang-orang saleh. Jika sesuai dengan teladan mereka, maka ikutilah, jika tidak ada kebaikan, berarti hanya suatu keburukan.
  3. Apabila dengan ukuran nilai (miizan) demikian anda masih belum menemukan kejelasan, konfrontasikan dengan motivasi yang terdapat pada nafs (ego) dan hawa (kesenangan). Jika ukuran nilainya merujuk sekadar pada kecenderungan nafs (ego)  yakni kecenderungan naluriah dan bukan untuk mencari harapan (raja’) dari Allah, tentu saja termasuk keburukan.
Kedua, apabila anda ingin membedakan antara bisikan kejahatan yang bermula dari sisi syetan, atau dari sisi nafs (ego) ataukah bisikan itu dari sisi Allah swt., perlu anda perhatikan tiga hal ini:
  1. Jika anda menemui bisikan yang kokoh, permanen, sekaligus konsisten pada satu hal, maka bisikan itu datang dari Allah swt., atau dari nafs (jika menjauhkan diri dari Allah). Namun jika bisikan itu menciptakan keraguan dan mengganjal dalam hati , maka itu muncul dari syetan.
  2. Apabila bisikan itu anda jumpai setelah anda melakukan dosa, berarti itu datang dari Allah sebagai bentuk sanksi dari-Nya kepada anda. Jika bukan muncul dari akibat dosa, bisikan itu datang dari diri anda, yang berarti dari syetan.
  3. Jika anda temui bisikan itu tidak melemahkan atau tidak mengurangi dari dzikir kepada Allah swt., tetapi bisikan itu tidak pernah berhenti, berarti dari hawa nafsu. Sebaliknya, jika melemahkan dzikir berarti dari syetan.
Ketiga, apabila anda ingin membedakan apakah bisikan kebaikan itu datang dari Allah swt. atau dari malaikat, maka perlu diperhatikan tiga hal pula:
  1. Manakala melintas sekejap saja, maka datang dari Allah swt. Namun jika berulang-ulang, berarti datang dari malaikat, karena kedudukannya sebagai penasihat manusia.
  2. Manakala bisikan itu muncul setelah usaha yang sungguh-sungguh dan ibadah yang anda lakukan, berarti datang dari Allah swt. Jika bukan demikian,bisikan itu datang dari malaikat.
  3. Apabila bisikan itu berkenaan dengan masalah dasar dan amal batin, bisikan itu datang dari Allah swt. Tetapi jika berkaitan dengan masalah furu` dan amal-amal lahiriah, sebagian besarnya dari malaikat. Sebab, menurut mayoritas ahli tasawuf malaikat tidak memiliki kemampuan untuk mengenal batin hamba Allah.

Sementara itu, bisikan untuk suatu kebaikan yang datang dari syetan, merupakan istidraj menuju amal kejahatan yang lantas menjadi berlipat-lipat, maka anda perlu memperhatikan dengan cermat:
Lihatlah, apabila dalam diri anda, pada salah satu perbuatan jika berasal dari bisikan di dalam hati anda dengan penuh kegairahan tanpa disertai rasa takut, dengan ketergesa-gesaan bukan dengan waspada dengan tanpa perasaan aman, ketakutan pada Allah, dengan bersikap buta terhadap dampak akhirnya, bukan dengan mata batin, ketahuilah bahwa bisikan itu berasal dari syetan. Maka jauhilah, Bisikan seperti itu, harus anda jauhi.

Sebaliknya jika bisikan itu muncul bukan seperti bisikan-bisikan di atas, berarti : datang dari Allah swt., atau dari malaikat.
Saya katakan, bahwa semangat yang membara dapat mendorong manusia untuk segera melakukan aktivitas, tanpa adanya pertimbangan dari mata hatinya, tanpa mengingat pahala bisa menjadi faktor yang membangkitkan kondisi itu semua.
Sedangkan cara hati-hati adalah cara-cara yang terpuji dalam beberapa segi.

Khauf,  lebih cenderung seseorang untuk berusaha menyempurnakan dan mempraktekkan suatu perbuatan yang benar dan bisa diterima Allah atas amal perbuatan itu.

Adapun perspektif hasil akhir suatu amal, hendaknya anda membuka mata hati dengan cermat  dalam diri anda ada keyakinan bahwa amal tersebut adalah amalan yang lurus dan baik, atau adanya pandangan mengharapkan pahala di akhirat kelak. Ketiga kategori di atas harus anda ketahui dan sekaligus anda jaga. Sebab, semuanya mengandung ilmu-ilmu yang rumit sehingga sulit didapatkan dan rahasia-rahasia yang mulia. Wabillahi at-Tawfiq, wa Huwa’ Waliyyul-Hidayah.