This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Tuesday, 12 March 2013

Cara Memfokus yang Baik



Bagaimana Cara Memfokus yang Baik?


"Gambarnya kok buram ya, mas?" tanya seorang anak kepada ibunya sewaktu melihat foto-foto liburan sekolahnya di salah satu pusat cuci cetak foto belum lama ini. Si Ibu hanya menjawab pasrah, "ya... sudah lah!".

Siapa pun orangnya pasti kesal jika mengalami hal yang sama dengan itu. Apalagi foto itu punya kenangan indah, seperti wisata liburan sekolah, misalnya. Sebetulnya pengalaman tidak mengenakan itu tak mesti terjadi jika si pemotret paham soal cara memfokus, selain ketepatan pencahayaan dan komposisi tentunya. Karena itu, berikut dijelaskan apa definisi fokus itu sendiri.

Memfokus adalah menyetel lensa agar menimbulkan imaji tajam pada fotonya nanti. Pada kamera SLR/DSLR atau kamera refleks lensa tunggal (RLT), apa yang tampak di jendela bidik sama dengan yang akan terjadi pada fotonya. Maka memfokus pada kamera SLR adalah menyetel titik fokus lensa sampai menimbulkan imaji tajam pada jendela bidik.

Fotografi pada dasarnya adalah memindahkan imaji yang ada di alam nyata ke dalam gambaran dua dimensi dengan bantuan lensa. Maka dengan pemindahan dimensi dari tiga menjadi dua ini, ada bagian yang akan lebih menonjol daripada yang lain akibat keterbatasan lensa.

Di alam nyata, mata manusia akan langsung memfokus kepada suatu obyek yang dilihatnya, sedangkan lensa kamera hanya akan memfokus ke bagian-bagian tertentu yang diinginkan sang pemotret saja.

Lensa kamera mempunyai keterbatasan dalam memfokus. Lensa hanya mampu memberikan imaji tajam pada suatu kedalaman tertentu saja. Lensa secara umum tidak bisa memfokus pada semua yang tampak di jendela bidik. Secara teknis disebut bahwa lensa mempunyai depth of field atau ruang ketajaman.

Lensa sudut lebar (wide) tampaknya memang mempunyai depth of field sangat besar, namun sesungguhnya tidak demikian. Seperti lensa lain, lensa sudut lebar sebenarnya juga cuma mempunyai titik fokus satu bidang saja sementara bagian lainnya sekadar mempunyai acceptable sharpness atau ketajaman visual yang layak bagi mata manusia.

Dengan keterbatasan lensa itu, fokus yang "meleset" akan menghancurkan sebuah foto. Bayangkan, misalnya Anda berfoto di depan candi Borobudur, namun dalam fotonya yang terfokus adalah Borobudurnya sementara Anda sendiri Cuma berupa gambar samar-samar akibat out of focus. Dalam kasus ini, istilah "meleset" layak dipakai karena seharusnya yang terfokus adalah Anda, sementara Borobudur adalah sekadar latar belakang yang harus tampak namun tidak perlu terlalu fokus.

Pemilihan bagian mana yang harus fokus dan bagian mana yang tidak, sangat bergantung kepada bagian mana yang akan ditonjolkan dan bagian mana yang sekadar latar belakang. Kegiatan memfokus bisa juga untuk menghilangkan sama sekali latar belakang dengan bukaan diafragma sebesar mungkin dan dengan lensa sepanjang mungkin. Memfokus untuk menonjolkan obyek tertentu disebut dengan istilah selective focus atau fokus selektif.


Tiga Kelompok
Adanya depth of field pada lensa memang memudahkan kita saat memfokus. Namun kita harus camkan baik-baik bahwa fokus yang tepat, tetap hanya ada pada satu bidang di depan lensa saja tidak peduli berapa panjang jarak fokal lensa Anda. Masalah fokus yang sangat teliti akan sangat menonjol bila kita akan mencetak foto kita dalam ukuran sangat besar. Memfokus pada dasarnya bisa digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu fokus statis (static focus), fokus bergerak (follow focus), dan fokus jebakan (focus trapping).

Fokus statis adalah kegiatan memfokus dalam pemotretan yang obyeknya tidak bergerak, misalnya memotret pemandangan atau memotret manusia yang memang berpose. Memotret pemandangan, karena objeknya relatif terletak pada jarak tidak terhingga, kita biasanya bisa langsung menyetel lensa pada jarak tidak terhingga pula. Dengan cara ini hasilnya, biasanya sangat memadai terutama kalau kita memakai bukaan diafragma kecil.

Namun, sebenarnya memotret pemandangan adalah memotret sesuatu pada jarak nyaris tidak terhingga, atau sedikit lebih dekat daripada jarak tidak terhingga. Seharusnya kita memfokus pada setelan lensa sedikit sebelum tidak terhingga. Pada pembesaran foto yang sangat besar, selisih yang sedikit ini akan sangat kentara.

Pada pemotretan manusia, titik yang harus difokus adalah mata manusia. Pada keadaan tertentu kita bahkan terpaksa memilih mata mana yang harus difokus. Pada foto close up manusia, fokus sebaiknya pada mata yang lebih dekat kepada kamera.

Pada kasus memotret orang dalam jumlah banyak, kita harus bijaksana. Untuk jarak yang relatif jauh dari kamera, sekitar 4 sampai 10 meter, depth of field lensa membantu kita dalam memotret. Kalau orang-orang yang kita potret misalnya berdiri dalam tiga baris, sebaiknya kita memfokus pada baris yang tengah. Baris depan dan baris belakang akan terfokus akibat adanya depth of field itu.

Yang harus dicatat adalah, depth of field ke bagian jauh dari lensa sekitar dua kali lebih panjang daripada depth of field ke bagian dekat lensa. Dengan kenyataan itu, kalau kita memotret orang dalam tiga baris seperti disebut tadi, sebaiknya kita memfokus ke deret tengah, lalu geser penyetelan lensa sedikit ke baris yang depan.

Pemotretan benda yang bergerak menuntut sangat agar pemotret terus menerus mengubah setelah fokusnya. Pemotretan dengan obyek yang terus bergerak misalnya memotret pemain tenis yang sedang bermain, atau memotret peragaan busana. Dalam pemotretan tenis, fotografer menunggu sang petenis sampai mempuyai pose yang dinamis, sementara pada pemotretan peragaan busana sang fotografer menunggu saat di mana sang peragawati berada pada pose yang baik dan pakaian yang dikenakannya terekspos maksimal.

Rana dijepretkan saat sang peragawati menampilkan ekspresi yang baik, dan pakaian yang diperagakannya berada pada sudut yang menurut sang fotografer terbaik. Di sini, selective focus juga berperan yaitu dengan mengaburkan latar belakang sehingga obyek utama menonjol.

Pada hal-hal tertentu, kita harus memfokus dengan perkiraan karena berbagai hal. Misalnya obyeknya akan lewat dalam waktu singkat, atau pada waktu yang tidak terduga, atau pada keadaan yang tidak memungkinkan kita memotret dengan normal. Menyetel fokus dengan perkiraan tanpa membidik biasanya disebut dengan istilah preset focus.

Pada pemotretan olahraga lari 100 meter, kita memang bisa melakukan follow focus. Namun hal ini sering tidak memungkinkan karena tidak tidak selalu kita bisa tahu siapa yang akan menang, atau siapa yang harus diikuti. Untuk itu, kita bisa "menjebak" pemenang dengan memfokus pada sedikit di depan garis finis. Umumnya, saat menyentuh garis finis, seorang pelari belum berekspresi. Ia baru menunjukkan kegembiraannya sekitar dua atau tiga meter setelah melalui garis finis. Ke titik inilah kita harus memfokus untuk menjebak adegan tersebut.

Sementara itu pemakaian fokus jebakan lain adalah saat kita akan memotret hewan langka di Ujung Kulon misalnya. Kita tidak pernah tahu kapan seekor badak Jawa akan lewat pada suatu tempat. Maka kita memasang sebuah kamera tersembunyi, lalu memfokus pada suatu tempat dimana sang badak akan menginjak tombol penjepret rananya.

Pemakaian preset focus lain adalah saat kita ingin memotret dari suatu tempat tinggi. Misalnya kita aka memotret dengan kamera jauh di atas kepala sambil mengangkat kamera itu dengan tangan tinggi-tinggi. Tentunya kita tidak bisa memfokus sambil memotret seperti itu. Di sini, kita harus memperkirakan dulu jarak fokusnya, baru mengangkat kamera lalu memotret.

Prinsipnya adalah: Jangan pernah lagi Anda gagal dalam memfokus. Pelajari dan coba terus.

Sumber : Tulisan Oleh RONY SIMANJUNTAK

 

Aspek Keberhasilan Memotret



Membuat suatu foto yang berhasil dan baik memang bisa dilakukan melalui berbagai hal. Satu hal yang paling sering dikumandangkan adalah dengan keahlian mempergunakan berbagai fasilitas kamera yang canggih serta teknis pemotretannya. Tetapi sesungguhnya tidak hanya melalui keahlian mempergunakan kamera dan kemampuan teknis fotografis saja seorang pemotret dapat menciptakan foto yang indah dan berhasil. Keberhasilan membuat foto yang baik itu juga terjadi karena berbagai aspek dan itu semua dapat kita pelajari serta telusuri asal-muasalnya.

Suatu saat kita sebagai pemotret mungkin gagal melakukan pemotretan atau mungkin kecewa pada suatu hasil yang sebelumnya kita perkirakan baik tapi nyatanya tidak. Maka yang harus segera dilakukan adalah menelaah dan mencari tahu penyebab terjadinya hambatan atau kekurangan dalam pemotretan serta penyebab ketidakberhasilan foto tersebut.

Pengertian berhasil atau tidaknya suatu foto itu sendiri sesungguhnya sangat relatif. Jika kita mengacu pada disiplin ilmu dalam bidang fotografi maka keberhasilan membaut foto yang baik dapat dilakukan dengan memperhatikan berbagai aspek yang mendukungnya.

Keterampilan
Dalam hal ini adalah keterampilan menggunakan peralatan fotografi merupakan suatu aspek urutan teratas dalam hal penciptaan foto. Keterampilan ini saat sekarang bergantung pada kemampuan seorang pemotret menggunakan suatu alat, karena perkembangan fotografi sudah sedemikian maju dan segalanya serba komputer. Kemampuan seorang pemotret menggunakan suatu alat pastilah akan punya andil dalam menghasilkan suatu pemotretan yang baik.

Ada beberapa hal yang mempengaruhinya , di antaranya adalah: perasaan suka pada fotografi. Bila perasaan seperti itu ada maka tak akan banyak terjadi halangan yang merintangi dalam penciptaan foto. Setidaknya dengan adanya perasaan suka maka seseorang akan terus berusaha menggeluti dan bersemangat meningkatkan kemampuannya di bidang fotografi.

Hal lain adalah "jam terbang" atau lamanya seseorang menggeluti fotografi. Paham, tahu dan terampil dalam mengoperasikan peralatan karena terbiasa, sehingga sekalipun seorang pemotret harus melakukan pemotretan dengan menggunakan sebuah kamera yang tidak terlalu canggih, ia akan tetap mampu menghasilkan foto yang baik.

Seperti pada event olahraga, maka hanya pemotret yang telah berpengalaman dan terbiasa menggunakan peralatan serta terampil yang akan sukses menuai keberhasilan. Keterampilan mengoperasikan peralatan telah mendukung ke arah keberhasilan. Berarti sukses di sini bukan berasal dari kecanggihan alat yang digunakan.

Selera Seni
Jiwa seni juga merupakan aspek lain dalam hal penciptaan gambar. Akan tetapi karena selera seni itu bersifat abstrak, tak tampak pada seseorang, maka setidaknya selera seni menjadi aspek selanjutnya setelah seseorang menguasai atau terampil dalam menggunakan peralatan.

Bahwa setiap orang sesungguhnya selalu memiliki selera seni akan tetapi kadarnya tentulah berbeda-beda. Akan halnya seseorang yang telah terampil menggunakan peralatan kamera tidak banyak berarti dalam penciptaan foto jika tidak dibarengi dengan selera seni yang baik. Hasil foto akan menjadi biasa saja tak ada ubahnya seperti pandangan mata. Padahal fotografi juga merupakan suatu media seni tempat mengekspresikan suatu pikiran seperti halnya lukisan.

Bagi seorang pemula, khusus mengenai selera seni ini sebaiknya terus ditingkatkan bila berharap dapat menciptakan foto yang baik dan berhasil. Mungkin dengan cara memperhatikan berbagai foto yang ada atau belajar dari berbagai buku fotografi, majalah dan refrensi lain serta giat membuat foto eksperimen dan memperhatikan foto-foto seniornya.

Seperti telah kita ketahui bahwa sesungguhnya seseorang itu selalu memiliki selera seni. Dan karenanya hanya dengan terus belajar dan mengasah keterampilan yang dimiliki maka selera seni otomatis akan membaik dan muncul ke permukaan. Selera seni ini akan mempengaruhi seseorang atau pemotret dalam memutuskan sudut pandang pemotretan. Apakah pemotretan harus dilakukan dari arah depan, samping bawah atau mungkin atas. Sehingga mampu menghasilkan foto spektakuler dan indah atau berhasil.

Selain itu selera seni juga akan menjadikan seseorang pandai memutuskan kapan saat-saat yang tepat sesuai pertimbangan komposisi, pencahayaan, warna dan berbagai hal untuk menjadikan sebuah foto lebih indah dari aslinya. Dengan selera seni yang baik lokasi pemotretan, suatu hal penting untuk penciptaan foto, menjadi mudah ditentukan. Apakah suatu objek pemotretan itu baik dan menarik jika diambil di dalam atau di luar ruangan, adalah selera seninya yang akan turut serta berperan menentukan.

Demikian pula halnya dengan penciptaan komposisi gambar. Selera seni seorang pemotret dalam merangkai suatu onjek foto yang umumnya terdiri dari berbagai hal menjadi suatu kesatuan dalam satu bingkai foto akan juga ikut menentukan keberhasilan sebuah foto. Perihal komposisi ini juga berlaitan erat dengan hal lain, misalnya pencahayaan yang selalu ada dalam setiap pemotretan. Dengan pencahayaan yang baik dan pengaturannya sesuai hukum seni yang baik, maka akan menghasilkan suatu foto yang baik.

Di sinilah selera seni seorang pemotret berperan. Dengan penentuan sumber cahaya yang tepat serta pertimbangan arah maupun warna cahayanya, maka sekiranya sebuah foto yang artistik akan dapat dihasilkan sekalipun objek fotonya adalah benda mati. Karena apakah itu objeknya benda mati atau benda hidup, setidaknya perlu diatur sesuai selera seni yang baik, bila perlu didandani atau dipoles sehingga menghasilkan foto yang baik pula.

Objek dan Alat
Seperti pernyataan di atas, bahwa objek foto setidaknya juga perlu didandani untuk menghasilkan foto yang baik. Maka objek foto yang juga merupakan aspek terpenting dalam penciptaan foto yang bik kiranya dapat ditentukan pemilihannya dengan membuatnya menjadi berkesan hidup menggunakan tehnik-tehnik fotografi untuk membuatnya "hidup" sekalipun objek foto tersebut adalah benda-benda mati. Misalnya mobil, televisi, meja dan lain-lain.

Bila objek foto berasal dari benda hidup atau bergerak, atau mungkin juga manusia, hewan serta tumbuh-tumbuhan, setidaknya dapat diatur, ditata dan dipoles agar lebih baik. Sebagai rujukan bahwa sesungguhnya semua jenis objek akan menjadi pendorong keberhasilan dalam pemotretan jika mudah diatur atau ditata sesuai keinginan seorang pemotret.

Sekalipun seseorang telah paham berbagai aspek untuk membuat sebuah foto berhasil, tetapi tanpa dukungan alat atau perlengkapan fotografi yang baik seringkali tak sampai pada tujuan membuat foto yang baik. Karena itu aat merupakan aspek dalam fotografi yang juga tak boleh diabaikan. Memang tidak selalu harus dengan peralatan yang canggih dan mahal, tetapi keadaan yang demikian memang setidaknya akan berpengaruh dalam menghasilkan foto yang baik dan menarik.

Selain kamera dan berbagai jenis lensanya, perlu juga kita ketahui berbagai aksesoris lain yang mampu menjadikan foto lebih baik. Di antaranya adalah lampu kilat, filter-filter koreksi, tripod atau mungkin kabel pelepas rana, motor-drive dan masih banyak lagi yang lainnya.

Alat pun tidak mutlak seluruhnya untuk selalu digunakan dalam pemotretan. Akan tetapi keberadaannya memang layak selalu dipersiapkan agar jika pada saat-saat tertentu pemotret memerlukan manipulasi fotografis saat memotret, dapat digunakan karena sudah tersedia lengkap.

Film
Apa pun mereknya, film menjadi kebutuhan yang utama dalam pemotretan. Film merupakan aspek penunjang keberhasilan foto berikutnya yang sangat perlu diperhatikan keberadaannya. Sebab tanpa film yang merupakan media untuk merekam objek foto, sesuatu yang baik dan berhasil tak akan terwujud.

Semua jenis film dan merek yang digunakan dapat menghasilkan foto. Tetapi untuk pasnya dalam usaha menghasilkan karya foto yang baik, penggunaan film sebaiknya tetap harus melalui prosedur pemilihan yang baik sesuai dengan tujuan pemotretan. Sehinga dapat menghasilkan sebuah foto yang baik pula.

Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam memilih dan menentukan penggunaan film di antaranya adalah dengan mengetahui misi yang akan ditampilkan dalam foto. Misi ini akan menentukan piliham penggunaan film terutama dari segi tampilannya, apakah harus menggunakan film hitam-putih atau berwarna.

Menurut jenisnya ada dua jenis film, yaitu negatif dan positif. Film negatif adalah yang paling sering digunakan. Unsur kepekaan film yang digunakan dalam suatu pemotretan sangat mempengaruhi hasil pemotretan. Karena itu soal kepekaan ini layak dipertimbangkan. Film dengan ISO atau kepekaan rendah akan menghasilkan foto berbutir halus serta kontras. Sebaliknya terjadi dengan film berkepekaan atau kecepatan tinggi. Namun keduanya memiliki keunggulan masing-masing dalam menghasilkan karya foto yang maksimal. Langkah akhir keberhasilan membuat foto yang baik adalah finishing alias penyelesaian. Unsur ini tak boleh diabaikan, semua hasil pemotretan sangat ditentukan hal ini.

Dalam tahap penyelesaian dapat dilakukan berbagai cara untuk menghasilkan foto yang baik. Akhirnya dapat dikatakan bahwa tanpa kemampuan yang baik dan pengetahuan yang pasti sehubungan aspek-aspek yang menjadikan sebuah foto berhasil, maka sulit dihasilkan sebuah foto yang baik pula.*


Sumber : Tulisan   Oleh Atok Sugiarto