Tuesday 12 March 2013

Cara Memfokus yang Baik



Bagaimana Cara Memfokus yang Baik?


"Gambarnya kok buram ya, mas?" tanya seorang anak kepada ibunya sewaktu melihat foto-foto liburan sekolahnya di salah satu pusat cuci cetak foto belum lama ini. Si Ibu hanya menjawab pasrah, "ya... sudah lah!".

Siapa pun orangnya pasti kesal jika mengalami hal yang sama dengan itu. Apalagi foto itu punya kenangan indah, seperti wisata liburan sekolah, misalnya. Sebetulnya pengalaman tidak mengenakan itu tak mesti terjadi jika si pemotret paham soal cara memfokus, selain ketepatan pencahayaan dan komposisi tentunya. Karena itu, berikut dijelaskan apa definisi fokus itu sendiri.

Memfokus adalah menyetel lensa agar menimbulkan imaji tajam pada fotonya nanti. Pada kamera SLR/DSLR atau kamera refleks lensa tunggal (RLT), apa yang tampak di jendela bidik sama dengan yang akan terjadi pada fotonya. Maka memfokus pada kamera SLR adalah menyetel titik fokus lensa sampai menimbulkan imaji tajam pada jendela bidik.

Fotografi pada dasarnya adalah memindahkan imaji yang ada di alam nyata ke dalam gambaran dua dimensi dengan bantuan lensa. Maka dengan pemindahan dimensi dari tiga menjadi dua ini, ada bagian yang akan lebih menonjol daripada yang lain akibat keterbatasan lensa.

Di alam nyata, mata manusia akan langsung memfokus kepada suatu obyek yang dilihatnya, sedangkan lensa kamera hanya akan memfokus ke bagian-bagian tertentu yang diinginkan sang pemotret saja.

Lensa kamera mempunyai keterbatasan dalam memfokus. Lensa hanya mampu memberikan imaji tajam pada suatu kedalaman tertentu saja. Lensa secara umum tidak bisa memfokus pada semua yang tampak di jendela bidik. Secara teknis disebut bahwa lensa mempunyai depth of field atau ruang ketajaman.

Lensa sudut lebar (wide) tampaknya memang mempunyai depth of field sangat besar, namun sesungguhnya tidak demikian. Seperti lensa lain, lensa sudut lebar sebenarnya juga cuma mempunyai titik fokus satu bidang saja sementara bagian lainnya sekadar mempunyai acceptable sharpness atau ketajaman visual yang layak bagi mata manusia.

Dengan keterbatasan lensa itu, fokus yang "meleset" akan menghancurkan sebuah foto. Bayangkan, misalnya Anda berfoto di depan candi Borobudur, namun dalam fotonya yang terfokus adalah Borobudurnya sementara Anda sendiri Cuma berupa gambar samar-samar akibat out of focus. Dalam kasus ini, istilah "meleset" layak dipakai karena seharusnya yang terfokus adalah Anda, sementara Borobudur adalah sekadar latar belakang yang harus tampak namun tidak perlu terlalu fokus.

Pemilihan bagian mana yang harus fokus dan bagian mana yang tidak, sangat bergantung kepada bagian mana yang akan ditonjolkan dan bagian mana yang sekadar latar belakang. Kegiatan memfokus bisa juga untuk menghilangkan sama sekali latar belakang dengan bukaan diafragma sebesar mungkin dan dengan lensa sepanjang mungkin. Memfokus untuk menonjolkan obyek tertentu disebut dengan istilah selective focus atau fokus selektif.


Tiga Kelompok
Adanya depth of field pada lensa memang memudahkan kita saat memfokus. Namun kita harus camkan baik-baik bahwa fokus yang tepat, tetap hanya ada pada satu bidang di depan lensa saja tidak peduli berapa panjang jarak fokal lensa Anda. Masalah fokus yang sangat teliti akan sangat menonjol bila kita akan mencetak foto kita dalam ukuran sangat besar. Memfokus pada dasarnya bisa digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu fokus statis (static focus), fokus bergerak (follow focus), dan fokus jebakan (focus trapping).

Fokus statis adalah kegiatan memfokus dalam pemotretan yang obyeknya tidak bergerak, misalnya memotret pemandangan atau memotret manusia yang memang berpose. Memotret pemandangan, karena objeknya relatif terletak pada jarak tidak terhingga, kita biasanya bisa langsung menyetel lensa pada jarak tidak terhingga pula. Dengan cara ini hasilnya, biasanya sangat memadai terutama kalau kita memakai bukaan diafragma kecil.

Namun, sebenarnya memotret pemandangan adalah memotret sesuatu pada jarak nyaris tidak terhingga, atau sedikit lebih dekat daripada jarak tidak terhingga. Seharusnya kita memfokus pada setelan lensa sedikit sebelum tidak terhingga. Pada pembesaran foto yang sangat besar, selisih yang sedikit ini akan sangat kentara.

Pada pemotretan manusia, titik yang harus difokus adalah mata manusia. Pada keadaan tertentu kita bahkan terpaksa memilih mata mana yang harus difokus. Pada foto close up manusia, fokus sebaiknya pada mata yang lebih dekat kepada kamera.

Pada kasus memotret orang dalam jumlah banyak, kita harus bijaksana. Untuk jarak yang relatif jauh dari kamera, sekitar 4 sampai 10 meter, depth of field lensa membantu kita dalam memotret. Kalau orang-orang yang kita potret misalnya berdiri dalam tiga baris, sebaiknya kita memfokus pada baris yang tengah. Baris depan dan baris belakang akan terfokus akibat adanya depth of field itu.

Yang harus dicatat adalah, depth of field ke bagian jauh dari lensa sekitar dua kali lebih panjang daripada depth of field ke bagian dekat lensa. Dengan kenyataan itu, kalau kita memotret orang dalam tiga baris seperti disebut tadi, sebaiknya kita memfokus ke deret tengah, lalu geser penyetelan lensa sedikit ke baris yang depan.

Pemotretan benda yang bergerak menuntut sangat agar pemotret terus menerus mengubah setelah fokusnya. Pemotretan dengan obyek yang terus bergerak misalnya memotret pemain tenis yang sedang bermain, atau memotret peragaan busana. Dalam pemotretan tenis, fotografer menunggu sang petenis sampai mempuyai pose yang dinamis, sementara pada pemotretan peragaan busana sang fotografer menunggu saat di mana sang peragawati berada pada pose yang baik dan pakaian yang dikenakannya terekspos maksimal.

Rana dijepretkan saat sang peragawati menampilkan ekspresi yang baik, dan pakaian yang diperagakannya berada pada sudut yang menurut sang fotografer terbaik. Di sini, selective focus juga berperan yaitu dengan mengaburkan latar belakang sehingga obyek utama menonjol.

Pada hal-hal tertentu, kita harus memfokus dengan perkiraan karena berbagai hal. Misalnya obyeknya akan lewat dalam waktu singkat, atau pada waktu yang tidak terduga, atau pada keadaan yang tidak memungkinkan kita memotret dengan normal. Menyetel fokus dengan perkiraan tanpa membidik biasanya disebut dengan istilah preset focus.

Pada pemotretan olahraga lari 100 meter, kita memang bisa melakukan follow focus. Namun hal ini sering tidak memungkinkan karena tidak tidak selalu kita bisa tahu siapa yang akan menang, atau siapa yang harus diikuti. Untuk itu, kita bisa "menjebak" pemenang dengan memfokus pada sedikit di depan garis finis. Umumnya, saat menyentuh garis finis, seorang pelari belum berekspresi. Ia baru menunjukkan kegembiraannya sekitar dua atau tiga meter setelah melalui garis finis. Ke titik inilah kita harus memfokus untuk menjebak adegan tersebut.

Sementara itu pemakaian fokus jebakan lain adalah saat kita akan memotret hewan langka di Ujung Kulon misalnya. Kita tidak pernah tahu kapan seekor badak Jawa akan lewat pada suatu tempat. Maka kita memasang sebuah kamera tersembunyi, lalu memfokus pada suatu tempat dimana sang badak akan menginjak tombol penjepret rananya.

Pemakaian preset focus lain adalah saat kita ingin memotret dari suatu tempat tinggi. Misalnya kita aka memotret dengan kamera jauh di atas kepala sambil mengangkat kamera itu dengan tangan tinggi-tinggi. Tentunya kita tidak bisa memfokus sambil memotret seperti itu. Di sini, kita harus memperkirakan dulu jarak fokusnya, baru mengangkat kamera lalu memotret.

Prinsipnya adalah: Jangan pernah lagi Anda gagal dalam memfokus. Pelajari dan coba terus.

Sumber : Tulisan Oleh RONY SIMANJUNTAK