Bagaimana Cara Memfokus yang Baik?
"Gambarnya kok buram ya, mas?" tanya seorang
anak kepada ibunya sewaktu melihat foto-foto liburan sekolahnya di salah satu
pusat cuci cetak foto belum lama ini. Si Ibu hanya menjawab pasrah, "ya...
sudah lah!".
Siapa pun orangnya pasti kesal jika mengalami hal yang
sama dengan itu. Apalagi foto itu punya kenangan indah, seperti wisata liburan
sekolah, misalnya. Sebetulnya pengalaman tidak mengenakan itu tak mesti terjadi
jika si pemotret paham soal cara memfokus, selain ketepatan pencahayaan dan
komposisi tentunya. Karena itu, berikut dijelaskan apa definisi fokus itu
sendiri.
Memfokus adalah menyetel lensa agar menimbulkan imaji
tajam pada fotonya nanti. Pada kamera SLR/DSLR atau kamera refleks lensa tunggal
(RLT), apa yang tampak di jendela bidik sama dengan yang akan terjadi pada
fotonya. Maka memfokus pada kamera SLR adalah menyetel titik fokus lensa sampai
menimbulkan imaji tajam pada jendela bidik.
Fotografi pada dasarnya adalah memindahkan imaji yang
ada di alam nyata ke dalam gambaran dua dimensi dengan bantuan lensa. Maka
dengan pemindahan dimensi dari tiga menjadi dua ini, ada bagian yang akan lebih
menonjol daripada yang lain akibat keterbatasan lensa.
Di alam nyata, mata manusia akan langsung memfokus
kepada suatu obyek yang dilihatnya, sedangkan lensa kamera hanya akan memfokus
ke bagian-bagian tertentu yang diinginkan sang pemotret saja.
Lensa kamera mempunyai keterbatasan dalam memfokus.
Lensa hanya mampu memberikan imaji tajam pada suatu kedalaman tertentu saja.
Lensa secara umum tidak bisa memfokus pada semua yang tampak di jendela bidik.
Secara teknis disebut bahwa lensa mempunyai depth of field atau ruang
ketajaman.
Lensa sudut lebar (wide) tampaknya memang mempunyai
depth of field sangat besar, namun sesungguhnya tidak demikian. Seperti lensa
lain, lensa sudut lebar sebenarnya juga cuma mempunyai titik fokus satu bidang
saja sementara bagian lainnya sekadar mempunyai acceptable sharpness atau
ketajaman visual yang layak bagi mata manusia.
Dengan keterbatasan lensa itu, fokus yang
"meleset" akan menghancurkan sebuah foto. Bayangkan, misalnya Anda
berfoto di depan candi Borobudur, namun dalam
fotonya yang terfokus adalah Borobudurnya sementara Anda sendiri Cuma berupa
gambar samar-samar akibat out of focus. Dalam kasus ini, istilah
"meleset" layak dipakai karena seharusnya yang terfokus adalah Anda,
sementara Borobudur adalah sekadar latar
belakang yang harus tampak namun tidak perlu terlalu fokus.
Pemilihan bagian mana yang harus fokus dan bagian mana
yang tidak, sangat bergantung kepada bagian mana yang akan ditonjolkan dan
bagian mana yang sekadar latar belakang. Kegiatan memfokus bisa juga untuk
menghilangkan sama sekali latar belakang dengan bukaan diafragma sebesar
mungkin dan dengan lensa sepanjang mungkin. Memfokus untuk menonjolkan obyek
tertentu disebut dengan istilah selective focus atau fokus selektif.
Tiga Kelompok
Adanya depth of field pada lensa memang memudahkan kita
saat memfokus. Namun kita harus camkan baik-baik bahwa fokus yang tepat, tetap
hanya ada pada satu bidang di depan lensa saja tidak peduli berapa panjang
jarak fokal lensa Anda. Masalah fokus yang sangat teliti akan sangat menonjol
bila kita akan mencetak foto kita dalam ukuran sangat besar. Memfokus pada dasarnya
bisa digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu fokus statis (static focus),
fokus bergerak (follow focus), dan fokus jebakan (focus trapping).
Fokus statis adalah kegiatan memfokus dalam pemotretan
yang obyeknya tidak bergerak, misalnya memotret pemandangan atau memotret
manusia yang memang berpose. Memotret pemandangan, karena objeknya relatif
terletak pada jarak tidak terhingga, kita biasanya bisa langsung menyetel lensa
pada jarak tidak terhingga pula. Dengan cara ini hasilnya, biasanya sangat memadai
terutama kalau kita memakai bukaan diafragma kecil.
Namun, sebenarnya memotret pemandangan adalah memotret
sesuatu pada jarak nyaris tidak terhingga, atau sedikit lebih dekat daripada
jarak tidak terhingga. Seharusnya kita memfokus pada setelan lensa sedikit
sebelum tidak terhingga. Pada pembesaran foto yang sangat besar, selisih yang
sedikit ini akan sangat kentara.
Pada pemotretan manusia, titik yang harus difokus
adalah mata manusia. Pada keadaan tertentu kita bahkan terpaksa memilih mata
mana yang harus difokus. Pada foto close up manusia, fokus sebaiknya pada mata
yang lebih dekat kepada kamera.
Pada kasus memotret orang dalam jumlah banyak, kita
harus bijaksana. Untuk jarak yang relatif jauh dari kamera, sekitar 4 sampai 10
meter, depth of field lensa membantu kita dalam memotret. Kalau orang-orang
yang kita potret misalnya berdiri dalam tiga baris, sebaiknya kita memfokus
pada baris yang tengah. Baris depan dan baris belakang akan terfokus akibat
adanya depth of field itu.
Yang harus dicatat adalah, depth of field ke bagian
jauh dari lensa sekitar dua kali lebih panjang daripada depth of field ke
bagian dekat lensa. Dengan kenyataan itu, kalau kita memotret orang dalam tiga
baris seperti disebut tadi, sebaiknya kita memfokus ke deret tengah, lalu geser
penyetelan lensa sedikit ke baris yang depan.
Pemotretan benda yang bergerak menuntut sangat agar
pemotret terus menerus mengubah setelah fokusnya. Pemotretan dengan obyek yang
terus bergerak misalnya memotret pemain tenis yang sedang bermain, atau
memotret peragaan busana. Dalam pemotretan tenis, fotografer menunggu sang
petenis sampai mempuyai pose yang dinamis, sementara pada pemotretan peragaan
busana sang fotografer menunggu saat di mana sang peragawati berada pada pose
yang baik dan pakaian yang dikenakannya terekspos maksimal.
Rana dijepretkan saat sang peragawati menampilkan
ekspresi yang baik, dan pakaian yang diperagakannya berada pada sudut yang
menurut sang fotografer terbaik. Di sini, selective focus juga berperan yaitu
dengan mengaburkan latar belakang sehingga obyek utama menonjol.
Pada hal-hal tertentu, kita harus memfokus dengan
perkiraan karena berbagai hal. Misalnya obyeknya akan lewat dalam waktu
singkat, atau pada waktu yang tidak terduga, atau pada keadaan yang tidak
memungkinkan kita memotret dengan normal. Menyetel fokus dengan perkiraan tanpa
membidik biasanya disebut dengan istilah preset focus.
Pada pemotretan olahraga lari 100 meter, kita memang
bisa melakukan follow focus. Namun hal ini sering tidak memungkinkan karena
tidak tidak selalu kita bisa tahu siapa yang akan menang, atau siapa yang harus
diikuti. Untuk itu, kita bisa "menjebak" pemenang dengan memfokus
pada sedikit di depan garis finis. Umumnya, saat menyentuh garis finis, seorang
pelari belum berekspresi. Ia baru menunjukkan kegembiraannya sekitar dua atau
tiga meter setelah melalui garis finis. Ke titik inilah kita harus memfokus
untuk menjebak adegan tersebut.
Sementara itu pemakaian fokus jebakan lain adalah saat
kita akan memotret hewan langka di Ujung Kulon misalnya. Kita tidak pernah tahu
kapan seekor badak Jawa akan lewat pada suatu tempat. Maka kita memasang sebuah
kamera tersembunyi, lalu memfokus pada suatu tempat dimana sang badak akan
menginjak tombol penjepret rananya.
Pemakaian preset focus lain adalah saat kita ingin
memotret dari suatu tempat tinggi. Misalnya kita aka memotret dengan kamera
jauh di atas kepala sambil mengangkat kamera itu dengan tangan tinggi-tinggi.
Tentunya kita tidak bisa memfokus sambil memotret seperti itu. Di sini, kita harus
memperkirakan dulu jarak fokusnya, baru mengangkat kamera lalu memotret.
Prinsipnya adalah: Jangan pernah lagi Anda gagal dalam
memfokus. Pelajari dan coba terus.
Sumber : Tulisan Oleh RONY SIMANJUNTAK