Bukankah orang kaya itu
orang yang sudah tak lagi membutuhkan sesuatu, karena semuanya telah
terpenuhi? Meskipun anda tak berharta, tapi anda sudah merasa cukup
dengan apa yang anda dapatkan di dunia ini, maka andalah orang kaya itu.
Sebaliknya, meskipun anda banyak berharta, tapi anda masih menginginkan
dan membutuhkan sesuatu yang begini dan begitu, maka anda bukanlah
orang kya, karena anda masih fakir (butuh) dan kebutuhan anda belum
tercukupi.
Trimah Mawi Pasrah
“Trimah mawi pasrah.
Suwung pamrih, tebih ajrih.
Langgeng tan ana susah, tan ana seneng.
Antheng mantheng sugeng jeneng.”
Artinya, “Menerima
dengan pasrah. Tiada pamrih, jauh dari takut. Abadi tiada duka, tiada
suka. Tenang memusat, bahagia bertakhta.”
Konsep “trimah mawi Pasrah”, oleh Drs. R. M. P. Sosrokartono, diperjelas dengan apa yang pernah beliau katakan di bawah ini :
“Ikhlas marang apa sing wes kelakon.
Trimah apa kang dilakoni.
Pasrah marang apa bakal ana.”
Artinya, “Ikhlas terhadap apa yang telah terjadi. Menerima apa yang dijalani. Pasrah terhadap apa yang akan ada.”
Jadi, selain bergandengan dengan ilmu sabar, ilmu pasrah dan ilmu trimah
juga bergandengan dengan ilmu ikhlas, tidak mencari pamrih, tidak
karena ingin dipuji, tidak pamer kepada orang lain. Apa yang telah
terjadi, biarlah terjadi, karena kepasrahan akan membawa keridhaan, dan
keridhaan akan membawa keikhlasan, dan itulah sabar, sebuah sifat yang
sangat disukai oleh Tuhan.
“Trimah mawi Pasrah” juga dapat diartikan bahwa manusia hanya dapat
berusaha, sedangkan Tuhanlah yang menentukan segalanya. Oleh karena itu,
janganlah terlalu menyesali nasib, karena dibalik derita ada bahagia,
dibalik kesusahan ada kemudahan. Yang pasrah akan mendapat kemudahan,
yang ridha akan mendapatkan ganti, yang sabar akan mendapatkan kemuliaan
dan yang ikhlas akan mendapat ketenangan dan kebahagiaan hati.
Suwung Pamrih Tebih Ajrih
” … Suwung pamrih, suwung ajrih, namung madosi barang ingkang sae, sedaya kula sumanggaken dhateng Gusti … “
Artinya, ” … Tiada pamrih, tiada takut, hanya mencari sesuatu yang baik, semua saya serahkan kepada Tuhan … “
“Yen kula ajrih, kenging dipun wastani ngandut pamrih utawi ancas ingkang boten sae.”
Artinya, “Jika saya takut, boleh dikatakan (bahwa saya) menyimpan pamrih atau niat yang tidak baik.”
“Luh ingkang medal sangking manah punika, dede luh ipun tangis pamrih, nanging luh peresanipun manah suwung pamrih.”
Artinya, “Air mata yang
keluar dari hati ini, bukanlah air matanya tangis pamrih, tetapi air
mata perasan hati yang kosong pamrih.”
Ketika anda
menangis, menangislah karena syukur dan ikhlas, bukan karena
menginginkan imbalan yang tak kunjung tiba. Apalah artinya menantikan
imbalan, jika semua yang ada tak mengizinkan. Apalah artinya tangisan
hanya gara-gara ingin dipuji, dibalas atau diberi, jika kemuliaan jauh
dari kita. Yang terpenting adalah kedamaian, ketentraman, aman,
kebahagiaan dan kemuliaan.
Pamrih itu hanya membuat seseorang menjadi penakut, picik, menderita, menjenuhkan, bahkan dapat membuat orang menjadi hina.
Apalah artinya berpegang kepada kesementaraan, jika di alam baka kita dicambuk derita ?!
Padhang Ing Petheng
” … Wosipun inggih punika ngupadosi padhang ing peteng; seneng ing sengsara, tunggaling sewu yuta … “
Artinya, “Yang jelas adalah mencari terang di dalam gelap; senang dalam kesengsaraan, ribuan juta contohnya.”
Apa saja yang ada di dunia ini relatif. Di bumi ini selalu ada dualisme, seperti padhang-peteng; seneng-sengsara; sehat-sakit; hujan-panas dan lain sebagainya. Demikianlah yang namanya kehidupan. Peteng terus itu tidak ada. Padhang terus juga tidak ada. Seneng
terus itu juga tidak ada. Sengsara terus itupun tidak ada. Oleh karena
itu, yang bertentangan itu dibutuhkan dalam kehidupan ini. Dengan adanya
panjang, kita tahu pendek; dengan adanya sakit, kita bisa merasakan
sehat. Dengan mengetahui baik, maka kita tahu apa itu buruk.
Hujan dan panas,
keduanya dibutuhkan dalam kehidupan ini. Kalau orang tidak mau peteng
dan selalu ingin yang padhang saja, apa jadinya dunia ini? Kapan kita
istirahat, kapan kita tidur? Kalau peteng terus, apa saja yang semula
tumbuh pasti mati. Sebab tidak terkena sinarnya matahari. Kalau panas
terus, bumi ini akan kering kerontang, kematian akan tersebar di muka
bumi. Kalau hujan terus, pasti terjadi banjir di mana-mana. Daratan akan
tenggelam, kelaparan melanda dunia disertai kematian umat manusia.
Dimana-mana yang ada cuma air! Apa jadinya bumi ini?
Senang dan sengsara
harus diterima seperti apa adanya, karena kedua-duanya membawa manfaat
dan didalamnya ada hikmah yang tersembunyi. Janganlah kita terikat atau
terbelenggu oleh senang dan susah. Jika kesengsaraan datang, terimalah.
Jika kesenangan datang, sambutlah. Mengapa? Supaya hidup ini dapat
dijalani dengan tenang.
Di manapun anda temukan kegelapan, maka terangilah. Di manapun anda
temukan kesengsaraan, maka berilah kesenangan. Janganlah berhenti
melakukan tugas itu, karena berjuta-juta yang membutuhkan cahaya terang
dan sinar kebahagiaan.
Catur Murti
Catur itu empat, sedangkan Murti itu penjelmaan. Jadi yang dimaksudkan
adalah empat yang dijelmakan menjadi satu. Menurut Aksan, Catur Murti
adalah bersatunya empat faal, yaitu pikiran, perasaan, perkataan dan
perbuatan.
Berawal dari keinginan atau kehendak (perasaan), itulah yang
menyebabkan berpikir dan tindak lanjutnya adalah berkata, terakhir
berbuat. Pikiranlah yang mendorong kita untuk berkata maupun berbuat.
Sekarang tergantung kepada pikirannya. Kalau pikirannya baik/benar, maka
akan mengeluarkan kata-kata yang baik/benar. Kalau pikirannya
baik/benar, akan mendorong untuk berbuat baik/benar. Jika pikirannya
jahat/tidak benar, akan mendorong orang untuk berkata yang jahat dan
berbuat jahat.
Kebencian jangan diberi kesempatan untuk merajalela di alam pikiran
kita. Kita harus menjinakkan kebencian yang ada di dalam pikiran kita,
kemudian kita pudarkan atau kita kecilkan, agar pikiran jahat itu dapat
kita hilangkan. Kalau sudah begitu, jangan diingat-ingat lagi orang yang
pernah membuat anda jadi benci. KAta-katanya, perilakunya, jangan
diingat lagi. Dengan berjalannya waktu, anda akan melupakan itu
semuanya. Berterima kasihlah kepada Tuhan, karena anda dikaruniai sifat lupa, kalau anda tidak diberi lupa, maka anda akan ingat segala-galanya, apakah anda tidak bertambah pusing?
Ada kalanya kita menggunakan pikiran yang baik, namun masih dianggap
kurang cukup. Menggunakan perasaan yang baik pun masih ada
kekurangannya.
Sebagai contoh : Anda
sedang berjalan dengan seorang teman. Kebetulan teman itu tidak punya
uang sama sekali. Dan sama-sama lapar, tetapi uang anda hanya Rp 2000.
Anda mampir di warung, nasi satu piring Rp 2000. jadi yang makan hanya
anda sendiri. Sebab, uang itu adalah uang anda sendiri dan anda sangat
lapar. Teman anda menunggu sambil berdiri, di luar warung. Sampai
hatikah anda berbuat begitu?
Contoh lainnya : Uang Rp 2000 anda berikan kepada teman anda, teman
anda yang makan. Anda hanya duduk saja di dalam warung, sambil mengamati
teman anda yang sedang menikmati makanannya.
Pada contoh yang
pertama, anda egoistis. Sekalipun berpikir benar. Pada contoh yang
kedua, anda adalah orang gila yang baik hati. Sekalipun berperasaan
benar. Nah, coba anda mencari makanan yang harganya Rp 1000 saja. Anda
dan teman anda sama-sama dapat makan. Anda makan tidak kenyang, tetapi
sudah makan. Teman anda tidak kelaparan. Jadi sebelum anda berbuat, pikiran yang benar harus diselaraskan dengan perasaan yang benar. Artinya, ada unsur penyelarasan. Dengan begitu, dalam konteks tersebut, perbuatan anda adalah “Perbuatan benar”.
Dengan demikian, Catur Murti itu merupakan kesatuan, tidak boleh dipisahkan, jangan ambil protholannya
saja, ambillah kesatuannya, keseluruhannya. itu baru namanya Catur
Murti. Selain itu, Catur Murti bukan hanya sekedar dihafalkan, tapi
harus dihayati dan diamalkan. Berlatih Catur murti tanpa berhenti, baru
ada manfaatnya. Sehingga menyatu dengan jiwa kita, sehingga kita
terbiasakan untuk berpikir benar, berperasaan benar, berkata benar dan
berbuat benar. Dalam situai dan kondisi apapun reaksi kita jadi cepat
dan dalam mengambil keputusan bisa dengan tepat dan benar.
Tuhan telah memberi kita 2 buah mata, 2 buah telinga dan 1 mulut. 2
buah mata, artinya banyak-banyaklah melihat. 2 buah telinga, artinya
banyak-banyaklah mendengar. 1 buah mulut, kalau tidak perlu sebaiknya
ditutup. Sebab mulut adalah pintu gerbang yang mendatangkan bahaya.
Benci (kebencian)
Hidup ini jadi tegang dan gelisah. Kebencian dapat melahirkan dendam.
Dendam dapat melahirkan ketidaktenangan. Gelisah dan gundah gulana itu
juga akibat dari sebuah kebencian.
Serakah
Keserakahan menyebabkan hati kita tertutup. Hati yang tertutup tidak
dapat melihat kepentingan orang lain, tidak dapat merasakan penderitaan
orang lain. Yang dipikirkan hanya kepentingan, kesenangan dan
keselamatan dirinya sendiri.
Iri Hati
Orang yang iri hati selalu merasa tidak senang, jika orang lain
senang. Ia tidak merasa bahagia kalau orang lain bahagia. Ia merasa
kecil hati melihat orang lain sukses. Orang yang iri hati itu hatinya
kerdil, karena ia tidak mau menerima kenyataan dengan lapang dada atau
mengakui kesuksesan orang lain, kegembiraan orang lain, kebahagiaan
orang lain. Orang iri hati cepat sekali untuk memfitnah orang,
menggunjing atau menjelekkan orang lain yang sukses.
Fitnah
Selama kita benar, jangan takut terhadap fitnah. Kalau kita tak berbuat yang neko-neko, kita merasa benar, tak perlu memikirkan fitnah itu. Biarkan saja, diamkan saja dan hadapi dengan kesabaran.
Bodoh (kebodohan)
Bilamana kita sedang marah, sedang membenci, sedang iri hati, sedang
serakah, pada saat itu kita dalam keadaan bodoh, yang artinya tidak
punya kemampuan untuk mengendalikan diri/lepas kontrol. Saat itu pikiran
kita jadi gelap, tidak sadar, tidak bijaksana, kita jadi bodoh (tidak
seperti biasanya, cerdas, bijaksana). Karena bodoh, ada kemungkinan kita
memukul atau membunuh tanpa kesadaran. Melakukan hal-hal membahayakan
untuk diri sendiri dan orang lain, dan kita pun menderita lahir batin.
Kita baru sadar, setelah itu semua terjadi. Kesadaran yang datangnya
terlambat.