“… Kula badhe nyobi prabotanipun wong lanang, inggih punika: bares, mantep, wani. …”
“… Saya akan mencoba identitas seorang lelaki, yaitu: jujur, mantab, wani …”
“Boten
kenging tiyang jaler ngunduri utawi nyingkiri bebaya utami, saha cidra
dhateng pengajeng-ajeng lan kepercadosipun sesami.”
Intinya, seorang pemberani jangan takut menghadapi apapun..
“Yen kapergok aja mlayu.”
..dan jika bertemu suatu bahaya, jangan lari. (Bertanggungjawab)
“Ing donya mung kebak kangelan, seng ora gelem kangelan aja ing donya.”
“Di dunia penuh dengan kesusahan, yang tidak mau susah jangan di dunia.”
“Ajinipun inggih boten sanes naming aji tekad, ilmunipun ilmu pasrah, rapalipun adiling Gusti.”
Intinya, tak perlu mempelajari ajian-ajian, cukup
dengan tekad yang baik, dengan kepasrahan yang benar dan selalu
berlindung di bawah sifat adil tuhan.
“Kula bade ngukur dedeg kula, nimbang botin kamantepan, njajagi gayuhanipun budi.”
Intinya, di dalam sebuah pengembaraan, sebaiknya seseorang juga perlu mempertimbangkan keyakinan yang dimilikinya dan mendalami raihan budi. Sejauh mana keyakinan dan raihan
budinya, dapat dilihat setelah seseorang menjalani pengembaraan, karena
di sanalah kedua hal tersebut dapat teruji dan terbukti.
“Pakerti asor numusi anak putu lan mbekta kasengsarane tiyang katah.”
Intinya, harus tahu
bahwa perbuatan atau akhlak yang buruk dapat terwarisi oleh sang anak
dan dapat mendatangkan kesengsaraan orang lain.
“Aja dumeh, tepa slira, ngerti kuwalat.”
Intinya, janganlah merasa hebat. Terhadap siapapun harus tenggang rasa. Dan harus tahu kena tuah (semisal hukum karma).
“Wani mengku: anteping ati, kencenging pikir, boboting kekuatane.”
Intinya, kemantapan dan kekuatan hati, pikiran yang kuat atau teguh dan bobotnya kekuatan harus dimiliki.
“Nekad: Kekendelan, ngluwihi kekuatan.”
Intinya, bertekad bahwa kepastian (di dalam diri) itu melebihi kekuatan.
“Dede tekad pamrih, nanging tekad asih.”
Intinya, berdasarkan pada tekad asih, bukan tekad pamrih.
“Tiyang mlampah punika, sangunipun lan gembolanipun satunggal, inggih punika : “maksudipun”.”
Intinya, orang berjalan hanya mempunyai satu bekal, yaitu niat.
“Barang sanesipun saged dipun wastani ngriribedi lan ngrawati lampah, kenging dipun wastani ugi : Ngendoni niyat utawi “ngeker ancas lan tujuning lampah”.”
Intinya, barang lainnya
selain niat yang baik, hanya akan menjadi penghalang dan memperberat
langkah, dapat juga dinamakan sesuatu yang bisa mengendorkan niat, bisa
memutar tujuan perjalanan. Gara-gara mencari sesuatu yang tak jelas,
niat seseorang dapat berubah.