Sunday 29 September 2013

Ajaran Filsafat Sunan Kalijaga Kepada Petani

Sunan Kalijaga mengajar petani dengan filsafat luku dan pacul,semua bagiannya mempunyai makna keagamaan yang dalam.Inilah cara wali mengajarkan kepada wong tani dengan kearifan lokal,sesuai dengan pengetahuan mereka.

Bagi wong tani,penemuan alat baru dibidang pertanian merupakan anugerah yang patut dipelajari dan diikuti.Sebab,peralatan baru itu pasti memberikan fasilitas kemudahan bagi para petani untuk bekerja lebih efisien,yaitu mudah dan murah,tetapi dengan hasil yang banyak.Salah satunya adalah penemuan luku (bajak) dan pacul (cangkul),yang konon diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga.

Soal penemuan bendanya bisa diperdebadkan,bisa saja kedua benda inilebih dulu ditemukan sebelum lahirnya Sunan Kalijaga.tetapi dalam hal ini,beliaulah yang dipercaya masyarakat Jawa sebagai orang yang memberikan tafsir terhadap ajaran filsafat tentang luku dan pacul dengan segala maknanya.Dengan begitu,orang Jawa menganggap Sunan Kalijaga sebagai penemu luku dan pacul.

Sebelum ditemukan alat luku dan pacul ini,petani kuno menggunakan hewan,biasanya kerbau,untuk menginjak-injak tanah sebelum ditanamibenih padi.Hal seperti ini pernah terjadi ketika banyak petani Timor Timur pada tahun 1970-an yang belajar pertanian di pedesaan Jawa.Mereka menceritakan,di daerahnya sebelum menggunakan luku dan pacul,mereka mengolah sawah menggunakan kerbau yang digiring atauberlari-lari di area sawah.Setelah terbajak,baru sawah tersebut ditanami benih padi.Begitu juga,mungkin yang dilakukan petani pada abad ke-15 sebelum ditemukan luku dan pacul.

Konon,dalam cerita rakyat itu,banyak petani di tanah Jawa yang kemudian ngangsu kaweruh (mencari ilmu) ke Demak,khususnya ke Kadilangu,tempat kediaman Sunan Kalijaga.Kanjeng Sunan memberikan penjelasan tentang fungsi kedua alat ini secara teknis,juga ditambahi dengan berbagai makna lambing filsafah dari bagian-bagian luku dan pacul.Ajaran-ajaran itu kemudian dituturkan kepada para petani secara turun temurun.

Ajaran Sunan Kalijaga tentang pertanian,khususnya tafsir terhadap alat luku dan pacul merupakan ajaran yang diikuti wong tani secara turun temurun.Tentang luku,umpamanya,Kanjeng Sunan memberikan makna simbolis dan bagian-bagiannya yang mengandung ajaran-ajaran dalam kehidupan manusia di dunia dan akhirat.

Luku mempunyai bagian-bagian tertentuyang saling berhubungan dan menyatu,sehingga menjadikan alat itu fungsional secara efisien dan efktif.Pertama,cekelan atau pegangan.Maksudnya,manusia hidup harus memiliki pegangan,atau sebagai pedoman hidup.Bagi para murid Sunan kala itu,pedoman hidup itu adalah kepercayaan kepada Allah SWT dan mengikuti syariat Allah yang dibawa Nabi Muhammad SAW,yaitu agama islam.Karena itulah,banyak petani Jawa yang kemudian beralih agama ke islam.

Kedua,pancadan atau tumpuan.Maksud symbol benda ini adalah amalan.Semua ilmu atau pengetahuan itu harus diamalkan.dalam ajaran agama islam,setiap orang yang telah mengetahui ilmu atau pengetahuan agama harus mengamalkannya.Ada anjuran pula,”Sampaikanlah ilmu yang kamu dapat dari Al-Qur’an meski hanya satu ayat.”Jadi,pedoman hidup yang dimiliki itu harus diamalkan dan disampaikan kepada orang lain,sehinggakita tidak disebut jarkoni (bisa ngajar,ora bisa nglakoni).

Ketiga,tandhing atau pasak. Maksudnya adalah membanding-bandingkan. Disini bukan dalam arti iri dengki. Melainkan,ilmu perbandingan (komparasi) merupakan sarana bisa memutuskan secara tepat,apa pilihan yang terbaik dari berbagai macam pilihan yang ada.Kita memiliki pedoman hidup sendiri,tentu saja ada pedoman hidup lain diluar kita,maka pasti akan muncul perbandingan.Perbandingan inilah yang kemudian membuat orang Jawa yang pada waktu itu mengikuti ajaran-ajaran islam yang disampaikan Sunan Kalijaga,meninggalkan ajaran-ajaran atau pedoman hidup sebelumnya.Karena ajaran atau pedoman hidup yang baru itu ternyata lebih cocok dari pada pedoman sebelumnya.

Keempat,singkal atau alat pembalik tanah..Singkal ini diartikan secara singkat denagn makna sing sugih akal(kaya atau luas pemikirannya). Jadi,seorang petani tidak boleh lekas menyerah pada nasib,atau fatalis,tetapi harus bekerja keras dan berpikir cerdas,kreatif untuk mengolah sawah dengan pengelolaan (manajemen)serta alat baru (inovasi),sehingga menghasilkan kerja yang lebih baik. Penemuan alat-alat baru dibidang pertanian saat ini,seperti benihunggul,pupuk,mesin-mesin pertanian dsb.tidak lepas dari peran petani sendiri serta ilmuwan sing sugih akal. Begitu juga didalam kehidupan,selain tetap berpedoman pada agama,kita juga perlumenambah ilmu pengetahuan.Sebab,agama tanpa ilmu akan menjadi lumpuh,sebaliknya ilmu tanpa agama akan menjadi buta