Sunday 27 May 2012

Muroqobah dan Sifat-sifat Pelakunya


Muroqobah Dan Sifat-Sifat Pelakunya
Pengajian Syeikh Abu Nashr as-Sarraj
Muraqabah adalah kondisi spiritual (hal) yang mulia. Allah swt. berfirman dalam al Qur'an:
"Dan Allah Maha Mengawasi segala sesuatu." (Q.s. al Ahzab: 52).
Dan firman Nya:
"Tidak ada satu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir ." (Q s. Qaf  18).
Dan firman Nya:

"Apakah mereka tidak mengetahui, bahwa Allah mengetahui rahasia dan bisikan hati mereka, dan bahwasanya Allah Maha Mengetahui segala yang gaib?" (Q.s. at Taubah: 78).

Diriwayatkan dari Nabi saw., bahwa beliau pernah bersabda:
"Beribadahlah kepada Allah seakan akan engkau melihatNya, dan jika engkau tidak melihat Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu. " (H.r. Muslim).

Adapun muraqabah bagi seorang hamba adalah pengetahuan dan keyakinannya, bahwa Allah swt. selalu Melihat apa yang ada dalam. hati nuraninya dan Maha Mengetahui. Maka dalam. kondisi demikian ia terus meneliti dan mengoreksi bersitan bersitan hati atau pikiran pikiran tercela yang hanya akan menyibukkan hati sehingga lupa untuk mengingat Tuhannya. Sebagaimana dikatakan oleh Abu Sulaiman ad-Darani - rahimahullah, "Bagaimana ada sesuatu dalam hati yang bisa disembunyikan dari Penglihatan-Nya! Sementara apa yang terbersit di dalam hati adalah Dia yang meletakkan di dalamnya. Maka apakah mungkin apa yang datang dari-Nya tersembunyi dari pantauan Nya?"
Al-Junaid berkata, "Ibrahim al-Ajuri pernah berkata kepadaku, 'Wahai anak muda!! Sungguh engkau mengembalikan niatmu kepada Allah meskipun hanya seberat atom (dzarrah) adalah lebih baik daripada segala yang bisa tersentuh sinar matahari'."
Al-Hasan bin Ali ad-Damighani - rahimahullah - berkata, "Engkau wajib menjaga rahasia-rahasia hatimu, sebab Dia (Allah) selalu melihat hati nurani."

Orang-orang yang muraqabah dibedakan menjadi tiga tingkatan:
Pertama adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh al Hasan bin Ali di atas, dimana tingkatan ini adalah tingkatan kondisi spiritual para pemula dalam muraqabah.
Tingkatan kedua adalah sebagaimana yang diceritakan dari Ahmad bin Atha'- rahimahullah - yang mengatakan, " Sebaik-baik kalian adalah orang yang selalu muraqabah kepada al-Haq dengan al-Haq dalam kefanaan apa yang selain al-Haq dan mengikuti Sang Nabi pilihan saw. dalam segala perbuatan, akhlak dan adab beliau."

Adapun tingkat ketiga adalah tingkatan orang orang besar. Mereka selalu muraqabah kepada Allah swt. dan memohon kepadaNya agar Dia senantiasa memelihara mereka untuk bisa selalu ber-muraqabah. Karena Allah telah mengistimewakan orang orang pilihan-Nya dan orang-orang khusus dengan tidak menyerahkan mereka dalam segala kondisi spiritualnya kepada seorang pun. Sebab Dialah Yang menguasai dan melindungi segala urusan mereka. Allah swt berfirman:


"Dan Dia melindungi orang-orang yang saleh." (Q.s. al Nraf  196).
Ibnu Atha'- rahimahullah - berkata kepada sebagian orang-orang bijak Khurasan yang telah termakan oleh kebodohan dan melakukan cara cara asketisisme (taqasysyuj), "Tidakkah Anda tahu bahwa apa yang selalu Anda lakukan dengan tubuhmu adalah kotoran jika Anda sejajarkan dengan apa yang Anda lihat dengan hatimu? Dan apa yang Anda lihat dengan hatimu adalah sesuatu yang tak berarti Jika disejajarkan dengan apa yang Anda jaga dan pantau dengan rahasia hati Anda! Maka hendaklah Anda senantiasa muraqabah kepada Allah swt., baik dalam tindakan lahirlah maupun rahasia batin Anda. Sebab tindakan muraqabah tersebut adalah lebih baik daripada amal dan ibadah yang selalu Anda lakukan."
Sementara itu muraqabah mengharuskan qurbah (kedekatan).