Seorang pakar cinta dari
dataran Cina bernama Mo Tzu, yang hidup sekitar (470 s/d 391 sebelum Masehi)
mengajarkan sebuah ajaran cinta kepada dunia. Salah satu kalimatnya tentang
cinta berbunyi:
"Seorang yang mengaku taat
kepada kehendak langit maka dia akan menebar cinta secara mondial, sedang siapa
yang ingkar terhadap kehendak langit dipastikan akan bercinta secara
parsial."
Alhamdulillah kita lahir dan
besar sebagai muslim, salah satu karakteristik agama Islam di antara agama
langit (samawi) adalah dia bersifat universal. Tak peduli akan ras, bahasa, dan
benua, Islam adalah agama yang Allah peruntukkan untuk dunia dan Insya Allah
juga akan (kembali) menyatukan dunia.
Sehingga berkesan sekali refleksi
Asy-Syahid Hasan Al-Banna tentang kesatuan dunia,
"Yang membedakan antara
kaum muslimin dan pejuang nasionalis adalah bahwa paham nasionalisme kaum
muslimin berdasarkan aqidah Islam. Misalnya, mereka berjuang untuk negara Mesir
dengan mati-matian, sebab Mesir adalah bagian dari dunia Islam dan pemimpinnya
adalah ummat Islam. Tetapi mereka tidak berhenti sampai di situ saja. Mereka
juga berbuat demikian terhadap setiap tanah dan negara Islam yang lain.
Sedangkan para pejuang nasionalis berjuang untuk bangsanya saja,"
Begitu kuat pengaruh cinta
kepada dunia, sehingga atas nama cinta seorang Khalid bin Walid, laki laki
besar dalam sejarah Islam, bisa 'takluk' kepada dunia.
Berkata Khalid, hanya karena
cintanya terhadap dua hal sajalah yang sanggup membuatnya 'betah' berada di
dunia, yang pertama cintanya yang menelaga terhadap istri tercinta, dan yang ke
dua cintanya untuk berjihad membela agama Allah.
Bahkan atas nama cinta, Allah
menjamin 2 golongan dari 7 yang dijamin-Nya akan memperoleh naungan-Nya di saat
tidak ada naungan selain Naungan Allah, yaitu seorang yang di masa mudanya
mencintai masjid dan dua pasang kekasih yang saling mencinta karena Allah.
Secara global Imam Syafi'i
menggambarkan sosok orang yang terbukti sedang jatuh cinta dengan, "Seseorang
akan mencintai apa apa yang dicintai oleh orang yang dicintainya."
Lebih konkrit, gerakan
perjuangan Palestina menggambarkan karakterisitk orang yang telah teruji
cintanya dan imannya dengan parameter shalat berjamaah di masjid untuk
penilaian kelulusan pelaksanakan amanah mulia berupa aksi mengejar syuhada.
Dan atas nama cinta, Zaid bin
Tsabit berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Duhai alangkah
baiknya negeri Syam itu (Palestina), duhai alangkah baiknya negeri Syam
itu." Para shahabat kemudian bertanya,
"Ya Rasulullah, kenapa Engkau memuji Syam seperti itu?" "Para malaikat membentangkan sayapnya atas kota Syam tersebut,"
jawab Nabi selanjutnya. (HR Tirmidzi dan Ahmad)
Jadi kira kira apa bukti cinta
orang-orang yang berkata, "Aku Bicara Atas Nama Cinta"?