Wednesday 13 March 2013

Manajemen organisasi, Sebuah pelajaran dari Sapu Lidi



Dari daun kelapa yang hijau dan kuat dihasilkan batang-batang lidi nan semampai. Mereka di petik dari pelepah kelapa satu persatu, dikerat, dihaluskan dari sisa daun yang menempel menjadi lidi-lidi kokoh dan halus. Lidi-lidi itu disusun rapi menyerupai barisan yang rapat. Batang yang besar ada di atas, batang yang meruncing ada di bawah. Ada yang kekar, namun ada pula yang kurus. Lidi-lidi itu harus diikat menjadi satu kesatuan solid agar dapat menjadi kumpulan lidi yang kuat, berubah bentuk guna menjadi sapu lidi untuk membersihkan sampah-sampah di kebun. 

Untuk memudahkan penyapu, sapu lidi dilengkapi dengan sebatang tongkat yang diselipkan di tengah-tengah kumpulan lidi. Tongkat itu memanjang menyembul keluar memberikan arah bagi sapu lidi kepada daerah yang ingin dibersihkan. Selain sebagai penguat kumpulan lidi, tongkat menjadi tempat bergantung bagi kumpulan lidi agar dapat bertahan dari benturan dan gesekan gerakan menyapu. Caranya dengan mengikat kumpulan lidi dengan ikatan kuat di sekeliling tongkat. Sebuah ikatan yang membuat lidi-lidi memiliki kekuatan dalam menghadapi berbagai tantangan. Maka menyapu kebun luas tidak menjadi masalah, membersihkan sampah berserakan adalah pekerjaan mudah. Menghardik ularpun dapat dilakukan demi menjaga keamanan kebun.
Ketika menyapu ada beberapa lidi yang patah, ada beberapa lidi yang copot dari ikatan. Itu merupakan hal wajar karena pekerjaan menyapu akan mengorbankan beberapa lidi sebagai bukti betapa besarnya tugas untuk menyapu kebun yang luas. 

Tapi kini beberapa lidi berusaha memisahkan diri dari ikatan. Mereka tercerai membentuk kesatuan lidi baru diluar ikatan besar. Walau hanya terdiri dari beberapa lidi, ikatan-ikatan kecil itu mengklaim bahwa merekalah kumpulan lidi yang paling kuat, memiliki kemampuan untuk menggantikan tugas ikatan besar dalam menyapu kebun. Ikatan-ikatan kecil lidi saling bangga terhadap ikatan barunya, mengaku sebagai titisan dari ikatan sapu lidi besar, tetapi merasa bahwa ikatan yang besar dahulu sudah tidak mampu lagi untuk dapat membenahi kebun luas. Mereka mengatakan bahwa menyapu dengan ikatan besar sudah tidak cocok lagi dengan tuntutan zaman dan metode menyapu mutakhir. 

Mengapa harus menempel dalam sebuah ikatan saja, bukankah bebas untuk menjadi ikatan baru? Bukankah pekerjaan menyapu juga dapat dilakukan oleh ikatan-ikatan kecil? Berikan hak bagi para lidi untuk menentukan sikap? Bukankah banyak jalan menuju Roma? Sanggahan seperti itu acap muncul dari ikatan-ikatan kecil baru. 

Karena mereka sudah tercerai menjadi ikatan-ikatan kecil baru, maka pekerjaan menyapu kebun yang luas menjadi kacau tak terkendali. Kebun penuh dengan sampah-sampah menggunung. Daun-daun terus berguguran tanpa disadari untuk dibersihkan. Kebun akan dipenuhi oleh ikatan-ikatan kecil yang sibuk saling menyapu dengan arah tak menentu. Sementara tiap ikatan saling menghujat, saling menghina ikatan lain, memfitnah lidi lain agar bergabung dalam ikatan barunya. Jika ada lidi yang mengingatkan mereka untuk tidak menjadi ikatan baru, lidi itu akan dicap sebagai lidi liar, lidi yang sesat karena tidak memakai cara terkini dalam menyapu kebun. Padahal ingatan itu bukan untuk menjatuhkan ikatan-ikatan kecil, tetapi mengajak kembali bergabung untuk melakukan pekerjaan dasar besar untuk menyapu kebun yang luasnya tidak mungkin dibersihkan oleh ikatan-ikatan kecil.

“Wahai para lidi! Marilah kita kembali bersatu dalam sebuah ikatan semula. Marilah kita jalankan metode menyapu yang awal. Marilah kita saling berpegang pada tongkat yang satu. Jangan terpecah-pecah, karena berapapun kekarnya kalian, tidak akan dapat menyelesaikan tugas yang berat ini jika bekerja dengan cara sendiri-sendiri. Bukankah kita berasal dari pohon yang sama? Bukankah kita diberikan tugas yang sama? Mengapa sekarang kita berpisah hanya karena kebanggaan dan kesombongan ikatan? Ayo kita bergabung untuk menyelesaikan tugas besar yang utama. Kita akan menghadapi segunung daun pepaya kering, bertumpuk pelepah pisang busuk, beribu kecoa liar. Tanpa adanya kesamaan dan kesatuan, kita tidak akan kuat menghadapi berbagai tantangan…” Begitulah seruan lidi-lidi yang masih memiliki semangat integral untuk menyatukan kembali perpecahan yang terjadi. 

Walau lidi-lidi adalah batangan kuat dan elok, tetapi jika tidak bersatu, maka itu hanya akan menghasilkan ikatan-ikatan kecil baru yang saling bangga dengan ikatannya. Jika demikian, maka fungsi lidi bukan lagi menjadi pembersih kebun luas, bukan lagi sebagai penyapu handal, tetapi hanyalah sebatas kumpulan yang mudah dipatahkan, mudah ditindas oleh lidi lain yang lebih kuat, dan hanya akan menjadi sampah baru dalam kebun yang ingin dibersihkan.