Monday 1 April 2013

Marah - Tertawa (Ngguyu - Nesu)


Lama  sudah waktu berlalu, tiba-tiba saja aku teringat akan perkataan Suhu, “Ngguyu-Nesu, nesu-ngguyu.” Dengan bahasa lain dapat diartikan Marah-tertawa, tertawa marah. Disaat dia marah dia tertawa, disaat tertawa dia marah. Mungkin penafsiranku selama ini masih salah karena “benere santri ijik salah” yaitu dengan menganggap hal itu sebagai salah satu sifat Aulia’.
Namun, kini ku erpikir kembali. Siapa sebenarnya yang dimaksud dengan ‘Dia’?
Siapakah ‘Dia’ sebenarnya? Bagaimana aku bisa melihat-mengenali si’Dia’?
Dia yang tak dapat dilihat – diketahui – dimengerti reaksinya. Apakah Dia marah? Bagaimana Dia tertawa? Bagaimana membedakan ekspresi-reaki antara marah dan tertawa?

Dan mengapa para Aulia’ terlihat memiliki ekspresi marah dan tertawa dalam satu waktu? Mata yang merah penuh amarah namun pandangannya juga memiliki keteduhan yang dapat menenangkan setiap hati yang melihatnya. Aku menyebutnya sebagai “Ekspresi tanpa ekspresi”. Atau malah
ekspresi penuh makna.
Tergambar dengan jelas dalam benakku berbagai wajah Aulia’ yang pernah ku kenal dan kutemui – dan ku percaya ke Aulia’annya – dengan ekspresi mereka yang melukiskan berbagai macam perasaan yang begitu menyatu. Antara perasaan marah, khawatir, percaya, kagum, lega, tersenyum dan cinta melebur menjadi satu dalam diamnya. Mungkin jawabannya adalah karena kekasih selalu meniru apa yang menjadi sifat kekasihnya.

Andai – bila saja aku tahu – bisa melihat Dia – menyadari ekspresinya. Tentu saja aku tak bisa karena itu aku memakai kata ‘andai’. Aku merasa ‘Betapa Menakutkannya Dia!’ Hatiku bergidik membayangkan Dia yang amat sangat sadis, kejam, penyiksa, pembunuh berdarah dingin yang bisa tertawa atas kekejamannya. Namun Dia juga amat sangat penyayang, pecinta, ramah, penuh kasih, yang bisa dan biasa dengan paksa amat memaksakan cintaNya.
Dia yang selalu mencintai. Dia yang tetap menyayangi. Dia yang terus memberikan apa yang diinginkan manusia walaupun ebenarnya Dia begitu marah atas berbagai kealahan, kekufuran, danpengkhianatan manusia. Dan karena manausia itu sama sekalitidak merasa bersalah pada-Nya. Dia yang selalu bersabar atas kemarahannya, menangguhkan hukuman untuk manusia hingga hari Pembalasan.
Namun, di sisi lain
Dia juga tampak marah. tampak selalu menghukum. Dia selalu memberi ujian yang sulit. Dia begitu suka mempermainkan para kekasihnya. Dia seolah tak peduli dengan penderitaan kekasihnya. Semakin Dia mencintai kekasihnya, semakin Dia membuat kekasihnya menderita. Karena Dia amat suka mendengar para kekasihnya merintih padanya. Memaksa para kekasih untuk selalu menyebut namanya. Menguji para kekasihnya. Sampai seberapa jauh mereka mencintai-Nya. Dia yang amat tak sabaran dan selalu ingin tahu seberaa dalam cinta kekasih-Nya.
Dan anehnya,
Para kekasih itu selalu menyadari dan meyakini bahwa apapun keputusan Dia adalah yang terbaik untuk mereka. Para kekasih akan tetap mencintai Dia walaupun mereka tahu bahwa mereka akan masuk neraka. Para kekasih yang tak peduli akan keindahan surga dan siksa neraka asalkan bisa tetap mencintai-Nya. Para kekasih yang selalu memuji-Nya walau berada dalam penderitaan yang amat sangat sakit. Kekasih yang bisa dengan enjoynya mengatakan, “Senajan ning neroko, nek sing ndawuhi Gusti Allah, tuwin kepenak!” (walaupun di neraka, tapi kalau itu yang memerintahkan adalah Allah pastilah enak-nyaman). Para kekasih yang rela menderita dan mengorbankan nyawanya demi cintanya.

Aku merasakan dengan segenap sel dalam tubuhku. Betapa dasyatnya cinta mereka dan betapa Maha Dasyatnya Cinta Mu Ya Allah. Salahkah aku bila ku cemburu pada mereka? Karena ku merasa hatiku begitu lemah tuk mencintaimu. Hanya tuk mengingatMu di setiap nafasku pun aku tak kuasa. Mengingat para kekasih sejatiMu bisa mengingat dan selalu menyebut namaMu hingga setiap atom dalam diri mereka. Padahal ku tahu Engkau selalu melihat dan memperhatikanku setiap waktu hingga ke setiap bagian terkecil dalam tubuhku. Selalu memberi nafas, selalu memberi makan setiap sel, selalu memberi energi pada setiap ion untuk bergerak, selalu berputar, thowaf mengelilingi Baitullah yang Kau bangun di setia atom dalam tubuhku. Merintih aku, mengapa begitu sulit diriku tuk selalu menyadari keberadaan CintaMu?  

Sumber : ngguyu - nesu