Monday 1 April 2013

malaikat bersayap hitam itu bernama Iblis

Dahulu kala, ribuan tahun jauh sebelum manusia diciptakan. Setelah Lauhful Mahfudz, bumi, langit, surga, neraka diciptakan. Saat dimana malaikat dan iblis hidup berdampingan, dalam damai. Saat itu  Iblis adalah bagian dari malaikat. Wajahnya amat tampan, sayapnya hitam berkilau, perangainya sangat baik, cerdas, rajin, sopan, juga sangat taat kepada Allah. Selalu beribadah dengan penuh keikhlasan, karena ketaatannya Iblis pun menjadi makhluk kesayangan Allah saat itu. tak hanya Allah saja, para Malaikat di Bumi, Langit, dan Arsh pun amat menyayangi dan menghormatinya. Iblis sangat pandai, dengan kepandaiannya itu tidak menjadikan dirinya sombong, dan dia tetap rajin belajar di Perpustakaan Langit. Semua malaikat tahu bahwa tak sembarang Malaikat yang diizinkan untuk ikut membaca Kitab Lauhful Mahfudz, Iblis pernah memiliki izin khusus tersebut.
Dalam sebuah kitab disebutkan, karena berbagai keistimewaannya, Allah dan para Malaikat memberinya Laqob (julukan, panggilan kehormatan) sampai tujuh nama yaitu, “Al-Abid”, “Az-Zahid”, “Al-Arif billah”, “Al-Wali”, “At-Taqin”, “Al-Khodim”, “Al-Wira’i” (Ikhlas).  Malaikat di Langit Pertama lebih suka memanggilnya dengan nama “Al-Abid”, yang berarti Hamba Allah. Walaupun semua makhluk pada dasarnya
adalah Abid (Hamba Allah), tapi saat itu hanya Iblis yang menyandang gelar “Al-Abid”, hamba kepercayaan Allah yang paling taat.
Malaikat di Langit Ke-Dua memanggilnya dengan sebutan “Al-Zahid”, makhluk yang paling Zuhud. Waktu telah membuktikan, selama 80.000 tahun sejak penciptaannya Iblis bersama para malaikat terus menerus Thowaf di Baitul Makmur, Ka’bah yang ada di langit. Setelah itu, selama 40.000 tahun lamanya Iblis menjabat menjadi Pemimpin Malaikat di Surga. Kemudian Iblis mengundurkan diri dari jabatannya dan menjadi Penasehat selama 20.000 tahun. Iblis juga pernah beribadah bersama para Malaikat Arsh selama 100.000 tahun, padahal kita tahu bahwa hanya malaikat tingkat tinggi saja yang bisa naik ke Arsh Allah. Tak hanya itu, Iblis juga pernah beribadah dan berkumpul bersama Malaikat Karobiyin dan Malaikat Rohaniyin masing-masing selama 100.000 tahun. Hal itu tidak menyebabkan Iblis menjadi sombong, hatinya benar-benar tulus dan ikhlas beribadah kepada Allah.
Malaikat Langit ke-Tiga sepakat memanggilnya “Al-Arif Billah”
Karena kedekatannya dengan Allah, Malaikat Langit ke-Empat memanggilnya “Al-Wali”, kekasih Allah. Bila Allah memanggil “Ya Waliy” (Wahai Kekasihku), tak ada satupun makhluk yang berani menjawab kecuali Iblis, karena mereka tahu hanya Iblis lah yang dimaksud. Saat itu, tak ada satupun makhluk yang lebih dekat kedudukannya dengan Allah kecuali Iblis.
Ketaqwaannya pada Allah yang luar biasa membuatnya mendapat gelar “At-Taqin”, Sang Ahli Taat. Karena tak ada satupun perintah Allah yang tidak dilaksanakannya. Tak ada satupun dosa yang pernah dilakukannya. Tak ada satu pun hal yang dilakukannya kecuali dengan izin Allah. Sehingga Malaikat Langit ke-Enam memanggilnya dengan sebutan “Al-Khodim”, Sang Pelayan-Kepercayaan Allah. Malaikat Langit ke Tujuh pun tak mau kalah dan memanggil Iblis dengan sebutan “Al-Wira’i”, Makhluk yang Paling Wira’i.
Begitu setia dan percayanya Iblis kepada Allah, tak ada apapun yang dapat membuatnya mengkhianati Allah. Tak ada yang dia sembah selain Allah. Tak ada yang dapat menggantikan kedudukan Allah di hatinya.
Hingga saat diciptakannya Adam, semua malaikat protes kepada Allah. “Wahai Tuhanku, mengapa Engkau ciptakan makhluk yang hanya akan mengakibatkan pertumpahan darah di bumi?”. Iblis dengan kearifan dan ketaatannya hanya diam.
Allah menjawab, “Aku lebih tahu, dan Engkau tak tahu.”
Para Malaikatpun akhirnya menyadari kesalahannya dan minta maaf.
Allah menciptakan Adam dari Tanah dan meniupkan Ruh-Nya agar tanah itu hidup. Kemudian Allah memerintahkan kepada para malaikatnya untuk bersujud kepada Adam (bukan sujud untuk menyembah tetapi sujud penghormatan). Para malaikat pun patuh dan sujud kepada Adam. Hanya satu malaikat yang enggan sujud kepada Adam, yaitu Iblis. Malaikat bersayap hitam itu tetap berdiri tegak, hatinya galau. Dengan ketaatan dan kesetiaannya, dia ingin tetap menjaga hatinya bahwa tak ada Tuhan selain Allah, Tak ada sesuatu yang pantas disembah kecuali Allah, Tak ada apapun yang pantas dihormati selain Allah, karena pada dasarnya semua itu adalah ciptaan Allah. Jika dia harus mengakui kebesaran Allah karena  menciptakan makhluk sehebat Adam, maka Allah lah yang patut tuk disembah, bukan Adam. Hatinya ingin memberontak, “wahai kekasihku, Tuan-ku, begitu teganya dirimu menyuruhku untuk menyembah kepada sesama makhluk?!”.
Melihat hal itu, Allah pun bertanya kepada Iblis, “Mengapa engkau tidak sujud, wahai Iblis?” bukankah biasanya engkau adalah makhlukku yang paling taat. Tak biasanya kau mengabaikan perintahku. Apa gerangan yang membuatmu diam?
Dengan penuh kerendahan hati dan sikap hormat, Iblis pun menjawab “Engkau ciptakan aku dari Api dan Adam dari Tanah,” maksudnya, kita kan sama-sama makhlukMu ya Allah. Maafkan aku Ya Allah, di hatiku tak ada yang pantas disembah selain Engkau ya Allah. Bagaimana bisa Allah lebih memuliakan Adam yang baru saja dibuat daripada kami yang telah lama taat?
(secara pribadi, mana ada sih pejabat, mantan presiden yang mau melayankan diri kepada seorang “bocah wingi sore”? Wajar bila Iblis gak mau sujud kepada Adam.)
Iblis dalam hatinya bertanya, Ya Allah, salahkah bila aku cemburu pada Adam karena Engkau lebih menyayangi Adam. Padahal Iblis tahu bahwa manusia bukanlah makhluk yang kuat. Manusia adalah makhluk yang amat lemah di mata Iblis. Iblis pun merasa bahwa makhluk selemah Adam tak pantas untuk dihormati atau mendapat kehormatan seperti itu.
Tak salah Iblis menjawab demikian, karena kedekatannya dengan Allah. Sementara para malaikat hanya bisa terdiam, terkejut menyaksikan hal itu. Baru kali ini Iblis yang begitu taat berani menentang Allah. Yah walau tidak sepenuhnya menentang sih. Hanya satu perintah saja. Namun, agaknya hal itu cukup membuat murka Allah. Dengan bijaksana, Allah pun memerintahkan Iblis untuk kembali ke asalnya yaitu Neraka. Mencabut semua kehormatan dan hak prerogatif Iblis.
Melihat hal itu, para malaikat serempak memohonkan ampun untuk Iblis. Namun, Iblis dengan lapang dada dan sabar tetap menerima keputusan Allah.
Rasa penasarannya kepada manusia membuatnya berani tuk memohon ijin kepada Allah untuk menggoda manusia, karena semua yang dilakukannya selalu dengan izin pada Allah.  Wahai Adam mari kita buktikan, benarkah engkau memang layak untuk ku hormati? Benarkah engkau memang pantas untuk diistimewakan oleh Allah?
Allah pun mengerti akan rasa penasaran Iblis dan mengijinkan Iblis untuk menguji Adam beserta keturunannya.
Karena Iblis tahu bahwa Allah memiliki sifat Ar-Rahman dan Ar–Rahim. Iblis juga tahu bahwa Allah Maha Adil. Hanya Allah yang mengetahui segala kebenaran. Dan Iblis tetap mempertahankan kebenaran yang dia yakini.
Jadi, jangan pernah berpikir bahwa Iblis adalah musuh Allah. Iblis diciptakan oleh Allah untuk menguji kita, untuk menjadi lawan kita, untuk menjadi musuh kita, apa benar kita pantas mendapatkan lawan sehebat Iblis? Yah, harusnya kita malu pada Iblis.  
Walau Iblis telah mendapat laknat dari Allah dan diusir dari langit, namun hal itu tak dapat menghapus ketaqwaan-nya kepada Allah. Iblis tetap beribadah kepada Allah dan selalu meminta izin Allah setiap mau menguji manusia. Keikhlasan hati Iblis membuatnya tak peduli akan pahala. Iblis beribadah dan taat tidak mengharapkan pahala. Bagi Iblis, menguji dan menggoda manusia adalah ibadah. Iblis tidak pernah protes walau dirinya tak mendapat pahala atas SEMUA ibadahnya, bahkan dia harus kembali ke neraka. Sedangkan kita, kalau kita mau jujur, kita beribadah karena mengharapkan pahala atau surga, sudah diberi pahala pun masih juga gak taat kepada Allah.
Bagusan mana kita dengan Iblis?
WAllahu A’lam bisowab....