Salah
satu kelemahan guru dalam pembelajaran PPKn adalah seringnya memberikan
konsep-konsep yang kurang sesuai dengan kehidupan siswa sehari-hari.
Melalui Media Tiga Dimensi kesulitan siswa tersebut dapat diatasi.
Situasi yang terdapat dalam model/ maket,
(1) Lingkungan rumah, (2) Lingkungan sekolah,(3) Lingkungan puskesmas, (4) Lingkungan hutan kota, (5) Lalu lintas di jalan raya.
(1) Lingkungan rumah, (2) Lingkungan sekolah,(3) Lingkungan puskesmas, (4) Lingkungan hutan kota, (5) Lalu lintas di jalan raya.
Kurikulum
tahun 2004 (KBK), disempurnakan menjadi kurikulum tahun 2006 (KTSP).
Perubahan mendasar yang terjadi pada kurikulum 2004 mapel PPKn
terintegrasi dalam mapel IPS. Tetapi pada kurikulum 2006 PPKn dijadikan
mapel tersendiri. Mapel PPKn memiliki fokus pembelajaran kepada
pembentukan warganegara yang memahami
dan mampu melaksanakan hak-hak dan
kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil
dan berkarakter seperti yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Pembentukan
warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan
kewajibannya sebagai WNI, membutuhkan materi, metode, media, dan
evaluasi pembelajaran yang sesuai. Berdasarkan kurikulum dan mengkaji
standar isi kurikulum 2006, salah satu materi dalam PPKn yang sesuai
adalah demokrasi.
Salah
satu kelemahan guru dalam pembelajaran demokrasi, seringkali memberikan
konsep-konsep yang kurang sesuai dengan kehidupan siswa sehari-hari.
Dibutuhkan media pembelajaran yang mendekati realita. Salah satu media
tiga dimensi dibuat dengan memanfatkan barang bekas dalam bentuk
miniatur. Melalui media pembelajaran tersebut, siswa dapat membuktikan
kegiatan yang terjadi dan juga siswa lebih terarah dalam menjawab atau
mendeskripsikan apa yang dilihat. Disamping itu media tersebut juga
mampu menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses
belajar. Adanya media tiga dimensi membuat siswa berebut (antusias)
untuk menjalankan simulasi taat pada aturan, yaitu tata tertib lalu
lintas. Taat pada aturan adalah bagian dari norma dalam masyarakat,
sebagai perwujudan warganegara yang sadar akan hak dan kewajibannya,
sehingga tercipta kehidupan yang demokratis.
Pemanfaatan
barang bekas atau sampah bertujuan mengajarkan siswa untuk memiliki
jiwa kewirausahaan dan kesadaran untuk menjaga dan memelihara bumi dari
kerusakan guna kelangsungan hidup manusia. Hal tersebut sejalan dengan
kesepakatan masyarakat internasional dalam mewujudkan komitmen
pelestarian lingkungan.
Sikap
positif sebagaimana tersebut diatas, perlu ditananamkan kepada siswa,
dengan proses kejiwaan: 1) mengetahui, 2) memahami, 3) menghayati, 4)
menyakini, 5) menyadari kemudian, 6) mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Jika siswa mengetahui tentang norma, proses berikutnya ia
memiliki pemahaman tentang norma, selanjutnya ia mampu menghayati dan
memiliki kesadaran untuk mengamalkannya, khususnya taat pada aturan
dalam kehidupan sehari-hari.