Sifat dengki dan hasud sebenarnya bukanlah hanya milik anak-anak. Bahkan
kalau mau jujur, justru orang dewasalah yang paling banyak dihantui dan
dihinggapi sifat dengki dan hasud ini.
Namun karena anak-anak merupakan generasi penerus manusia. Orang-orang
tua yang ada saat ini dulunya juga anak-anak. Nah bila sebagai seorang pendidik dan pengajar
melupakan masalah ini, bisa jadi anak-anak akan tumbuh menjadi
manusia-manusia yang akrab dengan sifat dengki dan hasud dalam kehidupan
sehari-harinya.
Dengki dan hasud adalah gejala sosial yang berbahaya, yang apabila tidak
diatasi oleh pendidik di dalam diri anak-anak, maka sudah tentu akan
menimbulkan keburukan di masyarakat secara luas.
Oleh karean itu, setiap pendidik dan pengajar harus dan wajib
mengenali faktor-faktor apa saja yang dapat menimbulkan dan "melahirkan"
sifat dengki dan hasud dalam diri anak-anak.
Beberapa faktor yang dapat menimbulkan sifat dengki dan hasud dalam diri anak-anak, antara lain :
pertama, adanya perasaan khawatir pada diri anak akan hilangnya
sebagian ataupun seluruh keistimewaan dari keluarganya. Misalnya :
kecintaan, kasih sayang dan eksistensinya sebagai individu yang
diharapkan, terutama ketika dalam keluarga tersebut lahir seorang bayi.
Pada saat itulah bisa jadi muncul dalam diri anak rasa khawatir akan
kehilangan kecintaan, kasih sayang sebab kecintaan dan kasih sayang
beralih kepada adik bayi.
kedua, adanya perbandingan negatif antara anak-anak.
Julukan orang tua / pendidik kepada salah satu anak dengan "si baik "
dan kepada anak lainnya "si jahat". cap anak rajin dan ada juga cap
anak malas. Akan memunculkan rasa dengki dan hasud pada anak-anak
terutama yang mendapatkan "stempel" si jahat, pemalas
ketiga, adanya pencurahan perhatian kepada salah seorang anak di antara anak-anak yang lainnya.
Ketika seorang anak melakukan suatu kebaikan dipuji setinggi langit,
sementara ketika anak lainnya melakukan suatu kebaikan tiada kata-kata
pujian yang terucap. Namun ketika anak tersebut melakukan sebuah
kesalahan justru kata-kata cemooh yang muncul.
keempat, mengasihi dan mentolelir anak yang paling disukai,
sekalipun dia berbuat keburukan maupun kesalahan. Sedangkan anak yang
lain dihukum, dicemooh meski mereka melakukan satu kesalahan kecil dan
tidak fatal.
kelima, keberadaan anak di lingkungan yang tidak tepat.
keberadaan anak di lingkungan yang kaya dan serba mewah. sementara ia
sendiri berada dalam keadaan serba kekurangan dan keprihatinan.
Keberadaan anak dilingkungan yang cerdas dan pintar , sementara ia
sendiri kemampuan nya pas-pasan.
itulah beberapa faktor yang bisa memungkinkan munculnya sifat dengki dan
hasud dalam diri anak-anak baik di rumah maupun di lingkungan
pendidikan formal ( sekolah ).
Dari beberapa faktor tersebut, sebenarnya bisa kita ambil garis besar
bahwa munculnya sifat dengki dan hasud pada diri anak-anak disebabkan
oleh adanya KETIDAKADILAN. Ketidak adilan dalam perlakuan,
ketidakadilan dalam pemberian, ketidakadilan dalam kenyataan hidup [
menurut kacamata berpikir mereka , seperti : kakaknya yang kuliah setiap
kali berangkat kuliah diberi uang saku Rp.20.000, sedangkan adiknya
yang kelas 5 SD diberi uang saku Rp.5000 . ini tidak adail menurut
pandangan mereka, meski dalam pandangan orang dewasa ini adalah sesuatu
yang adil ] bisa mendorong tumbuh suburnya sifat dengki dan hasud .Siswa
yang selalu maju ke depan kelas, menjawab pertanyaan guru tentu akan
menilai tidak adil ketika gurunya memberikan nilai yang sama 75 antara
dia dengan siswa lain yang dikenal pasif [ tidak pernah maju ke depan
kelas, tidak pernah bertanya , tidak pernah menjawab pertanyaan ]