Monday, 15 April 2013

CONTOH APRESIASI PROSA FIKSI



REKAMAN KEINDAHAN LATAR ATAU SETTING NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO

Dalam istilah “cerita fiksi” terdapat kata “cerita” dan kata “fiksi” atau biasa disebut dengan rekaan. Sebenarnya semua cerita mestinya adalah rekaan. Namun pada saat ini, banyak juga cerita yang bukan fiksi, atau biasa disebut cerita nyata. Hal ini meluas dari cerita fiksi pada dahulunya yang hanya menciptakan cerita yang rekaan atau fiksi. Cerita yang seperti itu disebut cerita non-fiksi. Banyak sekali cerita non-fiksi yang telah diciptakan oleh para pengarang.
Cerita fiksi tidak bisa terlepas dari unsur-unsur yang membentuknya. Mulai dari unsur intrinsik, yaitu unsur yang berasal dari dalam tubuh cerita fiksi, dan unsur ekstrinsik, yaitu unsur yang berasal dari luar isi dan bentuk cerita fiksi. Unsur intrinsik merupakan kata yang sering kita dengar jika berurusan dengan cerita fiksi. Yaitu bagian dari tema, tokoh dan penokohan, setting atau latar, gaya bahasa, alur, serta amanat.
Salah satu yang merupakan faktor terpenting dalam isi cerita fiksi adalah tentang penggunaan setting atau latar. Faktor pemilihan setting dan latar sangat penting  guna menghidupkan dan meyakinkan pembaca serta menciptakan keindahan yang akan membuat pembaca lebih tertarik dengan cerita fiksi tersebut.
W.H. Hudson (1960:158) menyatakan bahwa setting adalah keseluruhan lingkungan cerita yang meliputi adat istiadat, kebiasaan dan pandangan hidup tokoh. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan jika setting merupakan unsur intrinsik yang juga penting dalam pembuatan cerita fiksi. Karena setting atau latar bisa menghidupkan dan memberi warna serta memperkuat kesan-kesan yang akan membantu alur cerita yang ada di dalamnya.

Kekuatan penggambaran setting atau latar dapat kita ketahui jika pada saat membaca kita seolah-olah bisa masuk dan ikut merasakan suatu hal dalam cerita tersebut. Seperti jika kita pernah membaca novel karya N.H Dini berjudul Pada Sebuah Kapal. Cerita tersebut dimulai dari kota Semarang, Jakarta, Tokyo, Saigon, Marseiles. Di samping kota-kota itu masih banyak kota lain yang berkaitan dengan tokoh utama cerita, yakni Sri.
Berkaitan dengan paparan dan penjelasan di atas, setelah proses utama apresiasi prosa fiksi yaitu membaca, kita dapat menyimpulkan jika setelah membaca kita akan teringat oleh isi dan bentuk cerita dalam prosa fiksi tersebut. Meskipun tidak sepenuhnya kita teringat dengan keseluruhan isi, namun kita akan masih teringat oleh sesuatu yang membuat kita akan terus mengenangnya. Salah satunya yaitu jika dalam prosa fiksi tersebut menggambarkan sesuatu yang sangat menakjubkan, keindahan dan sebagainya. Dalam tulisan ini, akan dibahas tentang rekaman setting atau latar tempat yang menunjukkan keindahan alam.

 ANALISIS DAN INTERPRETATIF
Rekaman keindahan latar atau setting
Keindahan sebuah latar pada dasarnya bisa ditunjukkan pengarang lewat narasi, dialog, dan monolog. Pada cerita prosa fiksi berjudul 5cm juga ada penggambarang latar atau setting yang menunjukkan keindahan yang bisa membuat pembacanya terbayang dan mengingatnya secara jelas.
“Daun-daun dengan bulir-bulir air melekat sehabis hujan menyambut mereka. Lampu taman yang kekuningan membuat suasana Secret Garden semakin merona dan membuat pantulan yang indah di mata mereka. Sepasukan bintang pun menyambut mereka kala mereka melihat langit hitam yang jernih di malam sehabis hujan ini. Bau tanah basah hinggap sesaat di penciuman mereka, entah untuk yang beberapa kali.” (Narasi halaman 17)
Penggalan narasi ini merupakan salah satu rekaman keindahan tentang latar atau setting dalam cerita fiksi berjudul 5cm yang menunjukkan suatu keindahan suatu tempat. Secret garden merupakan tempat favorit dari lima sahabat jika mereka sudah merasa bosan dengan suasana tempat nongkrong di kawasan Jakarta.
Novel dengan ketebalan 2,5 cm ini memang memiliki banyak sekali latar atau setting yang menarik. Mulai dari sekolah, stasiun, perjalan di atas rel kereta, daerah pedesaan, dan juga di kawasan pegunungan.
“Tempat favorit mereka adalah di ujung lapangan basket dekat ring, karena di situ ada sangkar lampu yang udah ngga terpakai, yang selalu dikasih lampu lima watt. Karena selain lampu itu, semua lampu sekolah dimatikan (kecuali lampu depan) sehingga sekolah menjadi sangat gelap dan cahaya yang ada Cuma lampu lima watt yang biasa mereka pasang sendiri. Tapi mereka suka sekali sama keadaan kayak gitu. Gelap.”(narasi halaman 46)
Sekolah merupakan salah satu tempat favorit yang menurut mereka indah. Kelima sahabat itu terkadang ke sekolah tiap malam walaupun mereka semua sudah alumni.
“Sekelebat, pemandangan indah lewat di matanya. Hatinya yang merasa jauh dari rumah menikmati pemandangan tidak biasa di depannya. Zafran pun berdiri dan menyembulkan kepalanya ke luar jendela yang sudah tidak berkaca. Angin subuh dengan berbagai cara ingin menceritakan sesuatu kepadanya. .... di antara kabut pagi pedesaan yang masih enggan menarik selimut putihnya dari alam pagi, di antara para petani dan kerbaunya yang sedang berjalan pelan di pematang  sawah berkabut pagi. ....... “
“Zafran membuka lagi matanya perlahan. Serombongan penduduk desa sedang menunggu kereta lewat di perlintasan, wajah-wajah penuh senyum melihat kereta, petani dengan cangkul dan bakul selempang kain, ........ Mulut Zafran mendesis pelan, “Negeri ini indah sekali....” (narasi-monolog halam 177-178)
Perjalan naik kereta api Matarmaja kelima sahabat setelah berpisah selama tiga bulan ini disuguhi oleh keindahan alam daerah pedesaan Jogja. Hamparan sawah-sawah dengan kabut putih serta senyum-senyum petani desa dan hembusan angin pagi yang sangat segar memanjakan mata dan perasaan mereka selama perjalanan menuju Malang.
“Eh... eh... lihat ke luar deh,” zafran menengok ke jendela luar.
            Hamparan dedaunan kuning kecoklatan nampak bertebaran di depan mereka, berpadu dengan tonggak-tonggak besar menhitam pohon jati.
            “Ya ampun, keren banget....,” Dinda mendesis kagum.
            Riani geleng-geleng kepala. Di antara sinar matahari pagi, di mata mereka semuanya kuning sekali. (dialoh halaman 181)
Penggalan dialog antar tokoh juga dapat menggambarkan latar atau setting. Dari dialog tersebut dapat diketahui keindahan hutan jati yang berwarna kekuningan.
Selanjutnya, perjalanan mereka telah sampai di kota malang. Dan sesuai jadwal yang telah direncanakan, mereka akan melakukan perjalan menuju Puncak Mahameru.
            “Keenam sahabat itu dan seluruh penumpang jip  terkesima dengan pemandangan di depan, sesaat jip berbelok menanjak perlahan. Suara tarikan napas takjub terdengar jelas di antara bunyi mesin jip. Mahameru berdiri megah dan agung seperti tertegun bijak menyambut mereka. Asapnya merengkuh langit sore dengan awan putih bergumpal yang melingkar seperti syal raksasa. ... Hutan hijau mulai menusuk mulai memberi tahu pada siapa mereka akan menuju, di mana mereka akan berdiri nantinya. Hutan hijau yang mengapit jalan desa kecil itu seperti berbaris memberi salam selamat datang. Keenam sahabat itu menarik nafas panjang sekali.” (Narasi halaman 215)
Penggambaran pemandangan Mahameru yang digambarkan pengarang begitu panjang, dan ini membuat pembaca bisa membayangkan bagaimana keadaan disana sesungguhnya. Saat itulah mereka akan memulai pendakian menuju puncak tertinggi seJawa itu. Yaitu puncak Mahameru dengan segala keindahannya.
            “Dan... kita di Mahameru....”
            Keenam anak manusia itu seperti melayang saat menjajakkan kaki di tanah tertinggi di Pulau Jawa. Waktu seperti berhenti, dataran luar berpasir itu seperti sebuah papan besar menjulang indah di ketinggian menggapai langit, di sekeliling mereka tampak langit biru—sebiru birunya—dengan sinar matahari yang begitu dekat” (narasi halaman 342)
Narasi dari penggambaran cerita yang merupakan akhir dari perjalan mereka menuju puncak Mahameru. Disana mereka melaksanakan upacara 17 Agustus di atas puncak Mahameru. Keindahan dan kekhidmatan pelaksanaan upacara yang sangat berbeda dengan upacara-upacara yang pernah mereka lakukan sebelumnya. Di sekitaran pemandangan dan suasana yang sangat indah dan menakjubkan, mereka merayakan kebersaaman mereka dan kebersamaan seluruh rakyat Indonesia dalam ulang  tahun kemerdekaan Tanah Air mereka tercinta. Tempat yang paling indah, Indonesia.
            Demikianlah sekilas penggambaran keindahan yang ada pada novel 5Cm karya Donny Dhirgantoro. Dengan penggambaran dan penjelasan yang panjang namun bisa membawa pembaca masuk ke dalam cerita, membayangkan apa yang terjadi. Sebagai apresiator berbagai narasi dan monolog dalam cerita tersebut mampu membawa pembaca masuk ke dalam cerita.
PENUTUP
            Keindahan dapat digambarkan lewat tulisan-tulisan yang bisa menghipno-tis. Pengarang yang baik adalah yang mampu membawa pembaca masuk ke dalam cerita yang dibuatnya. Keindahan pada prosa fiksi dapat dimunculkan lewat dialog antar tokoh, narasi, dan monolog. Kemenarikan dari novel ini adalah bagaimana pengarang mampu membawa memanjakan pembacanya dengan penggambaran pemandangan-pemandangan yang indah dan suasana yang sangat lain, sehingga meskipun novel ini termasuk tebal, namun pembaca tidak akan bosan mambacanya. Karena penyajian pemandangan-pemandangan yang menakjubkan dari pengarang sangat bagus.