REKAMAN KEINDAHAN LATAR ATAU SETTING NOVEL 5
CM KARYA DONNY DHIRGANTORO
Dalam
istilah “cerita fiksi” terdapat kata “cerita” dan kata “fiksi” atau biasa
disebut dengan rekaan. Sebenarnya semua cerita mestinya adalah rekaan. Namun
pada saat ini, banyak juga cerita yang bukan fiksi, atau biasa disebut cerita
nyata. Hal ini meluas dari cerita fiksi pada dahulunya yang hanya menciptakan
cerita yang rekaan atau fiksi. Cerita yang seperti itu disebut cerita
non-fiksi. Banyak sekali cerita non-fiksi yang telah diciptakan oleh para
pengarang.
Cerita
fiksi tidak bisa terlepas dari unsur-unsur yang membentuknya. Mulai dari unsur
intrinsik, yaitu unsur yang berasal dari dalam tubuh cerita fiksi, dan unsur
ekstrinsik, yaitu unsur yang berasal dari luar isi dan bentuk cerita fiksi.
Unsur intrinsik merupakan kata yang sering kita dengar jika berurusan dengan
cerita fiksi. Yaitu bagian dari tema, tokoh dan penokohan, setting atau latar,
gaya bahasa, alur, serta amanat.
Salah
satu yang merupakan faktor terpenting dalam isi cerita fiksi adalah tentang
penggunaan setting atau latar. Faktor pemilihan setting dan latar sangat
penting guna menghidupkan dan meyakinkan
pembaca serta menciptakan keindahan yang akan membuat pembaca lebih tertarik
dengan cerita fiksi tersebut.
W.H. Hudson (1960:158) menyatakan bahwa
setting adalah keseluruhan lingkungan cerita yang meliputi adat istiadat,
kebiasaan dan pandangan hidup tokoh. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan
jika setting merupakan unsur intrinsik yang juga penting dalam pembuatan cerita
fiksi. Karena setting atau latar bisa menghidupkan dan memberi warna serta
memperkuat kesan-kesan yang akan membantu alur cerita yang ada di dalamnya.
Kekuatan
penggambaran setting atau latar dapat kita ketahui jika pada saat membaca kita
seolah-olah bisa masuk dan ikut merasakan suatu hal dalam cerita tersebut.
Seperti jika kita pernah membaca novel karya N.H Dini berjudul Pada Sebuah Kapal. Cerita tersebut
dimulai dari kota Semarang, Jakarta, Tokyo, Saigon, Marseiles. Di samping
kota-kota itu masih banyak kota lain yang berkaitan dengan tokoh utama cerita,
yakni Sri.
Berkaitan
dengan paparan dan penjelasan di atas, setelah proses utama apresiasi prosa
fiksi yaitu membaca, kita dapat menyimpulkan jika setelah membaca kita akan
teringat oleh isi dan bentuk cerita dalam prosa fiksi tersebut. Meskipun tidak
sepenuhnya kita teringat dengan keseluruhan isi, namun kita akan masih teringat
oleh sesuatu yang membuat kita akan terus mengenangnya. Salah satunya yaitu
jika dalam prosa fiksi tersebut menggambarkan sesuatu yang sangat menakjubkan,
keindahan dan sebagainya. Dalam tulisan ini, akan dibahas tentang rekaman
setting atau latar tempat yang menunjukkan keindahan alam.
ANALISIS DAN INTERPRETATIF
Rekaman keindahan latar atau setting
Keindahan
sebuah latar pada dasarnya bisa ditunjukkan pengarang lewat narasi, dialog, dan
monolog. Pada cerita prosa fiksi berjudul 5cm juga ada penggambarang latar atau
setting yang menunjukkan keindahan yang bisa membuat pembacanya terbayang dan
mengingatnya secara jelas.
“Daun-daun
dengan bulir-bulir air melekat sehabis hujan menyambut mereka. Lampu taman yang
kekuningan membuat suasana Secret Garden
semakin merona dan membuat pantulan yang indah di mata mereka. Sepasukan
bintang pun menyambut mereka kala mereka melihat langit hitam yang jernih di
malam sehabis hujan ini. Bau tanah basah hinggap sesaat di penciuman mereka,
entah untuk yang beberapa kali.” (Narasi halaman 17)
Penggalan
narasi ini merupakan salah satu rekaman keindahan tentang latar atau setting
dalam cerita fiksi berjudul 5cm yang menunjukkan suatu keindahan suatu tempat.
Secret garden merupakan tempat favorit dari lima sahabat jika mereka sudah
merasa bosan dengan suasana tempat nongkrong
di kawasan Jakarta.
Novel
dengan ketebalan 2,5 cm ini memang memiliki banyak sekali latar atau setting
yang menarik. Mulai dari sekolah, stasiun, perjalan di atas rel kereta, daerah
pedesaan, dan juga di kawasan pegunungan.
“Tempat
favorit mereka adalah di ujung lapangan basket dekat ring, karena di situ ada
sangkar lampu yang udah ngga terpakai,
yang selalu dikasih lampu lima watt. Karena selain lampu itu, semua lampu
sekolah dimatikan (kecuali lampu depan) sehingga sekolah menjadi sangat gelap
dan cahaya yang ada Cuma lampu lima watt yang biasa mereka pasang sendiri. Tapi
mereka suka sekali sama keadaan kayak gitu. Gelap.”(narasi halaman 46)
Sekolah
merupakan salah satu tempat favorit yang menurut mereka indah. Kelima sahabat
itu terkadang ke sekolah tiap malam walaupun mereka semua sudah alumni.
“Sekelebat,
pemandangan indah lewat di matanya. Hatinya yang merasa jauh dari rumah
menikmati pemandangan tidak biasa di depannya. Zafran pun berdiri dan
menyembulkan kepalanya ke luar jendela yang sudah tidak berkaca. Angin subuh
dengan berbagai cara ingin menceritakan sesuatu kepadanya. .... di antara kabut
pagi pedesaan yang masih enggan menarik selimut putihnya dari alam pagi, di
antara para petani dan kerbaunya yang sedang berjalan pelan di pematang sawah berkabut pagi. ....... “
“Zafran
membuka lagi matanya perlahan. Serombongan penduduk desa sedang menunggu kereta
lewat di perlintasan, wajah-wajah penuh senyum melihat kereta, petani dengan
cangkul dan bakul selempang kain, ........ Mulut Zafran mendesis pelan, “Negeri
ini indah sekali....” (narasi-monolog halam 177-178)
Perjalan
naik kereta api Matarmaja kelima sahabat setelah berpisah selama tiga bulan ini
disuguhi oleh keindahan alam daerah pedesaan Jogja. Hamparan sawah-sawah dengan
kabut putih serta senyum-senyum petani desa dan hembusan angin pagi yang sangat
segar memanjakan mata dan perasaan mereka selama perjalanan menuju Malang.
“Eh...
eh... lihat ke luar deh,” zafran
menengok ke jendela luar.
Hamparan dedaunan kuning kecoklatan
nampak bertebaran di depan mereka, berpadu dengan tonggak-tonggak besar
menhitam pohon jati.
“Ya ampun, keren banget....,” Dinda
mendesis kagum.
Riani geleng-geleng kepala. Di
antara sinar matahari pagi, di mata mereka semuanya kuning sekali. (dialoh
halaman 181)
Penggalan
dialog antar tokoh juga dapat menggambarkan latar atau setting. Dari dialog
tersebut dapat diketahui keindahan hutan jati yang berwarna kekuningan.
Selanjutnya,
perjalanan mereka telah sampai di kota malang. Dan sesuai jadwal yang telah
direncanakan, mereka akan melakukan perjalan menuju Puncak Mahameru.
“Keenam sahabat itu dan seluruh
penumpang jip terkesima dengan
pemandangan di depan, sesaat jip berbelok menanjak perlahan. Suara tarikan
napas takjub terdengar jelas di antara bunyi mesin jip. Mahameru berdiri megah
dan agung seperti tertegun bijak menyambut mereka. Asapnya merengkuh langit
sore dengan awan putih bergumpal yang melingkar seperti syal raksasa. ... Hutan
hijau mulai menusuk mulai memberi tahu pada siapa mereka akan menuju, di mana
mereka akan berdiri nantinya. Hutan hijau yang mengapit jalan desa kecil itu
seperti berbaris memberi salam selamat datang. Keenam sahabat itu menarik nafas
panjang sekali.” (Narasi halaman 215)
Penggambaran
pemandangan Mahameru yang digambarkan pengarang begitu panjang, dan ini membuat
pembaca bisa membayangkan bagaimana keadaan disana sesungguhnya. Saat itulah
mereka akan memulai pendakian menuju puncak tertinggi seJawa itu. Yaitu puncak
Mahameru dengan segala keindahannya.
“Dan... kita di Mahameru....”
Keenam anak manusia itu seperti
melayang saat menjajakkan kaki di tanah tertinggi di Pulau Jawa. Waktu seperti
berhenti, dataran luar berpasir itu seperti sebuah papan besar menjulang indah
di ketinggian menggapai langit, di sekeliling mereka tampak langit biru—sebiru
birunya—dengan sinar matahari yang begitu dekat” (narasi halaman 342)
Narasi
dari penggambaran cerita yang merupakan akhir dari perjalan mereka menuju
puncak Mahameru. Disana mereka melaksanakan upacara 17 Agustus di atas puncak
Mahameru. Keindahan dan kekhidmatan pelaksanaan upacara yang sangat berbeda
dengan upacara-upacara yang pernah mereka lakukan sebelumnya. Di sekitaran
pemandangan dan suasana yang sangat indah dan menakjubkan, mereka merayakan
kebersaaman mereka dan kebersamaan seluruh rakyat Indonesia dalam ulang tahun kemerdekaan Tanah Air mereka tercinta.
Tempat yang paling indah, Indonesia.
Demikianlah sekilas penggambaran
keindahan yang ada pada novel 5Cm karya Donny Dhirgantoro. Dengan penggambaran
dan penjelasan yang panjang namun bisa membawa pembaca masuk ke dalam cerita,
membayangkan apa yang terjadi. Sebagai apresiator berbagai narasi dan monolog
dalam cerita tersebut mampu membawa pembaca masuk ke dalam cerita.
PENUTUP
Keindahan dapat digambarkan lewat
tulisan-tulisan yang bisa menghipno-tis. Pengarang yang baik adalah yang mampu
membawa pembaca masuk ke dalam cerita yang dibuatnya. Keindahan pada prosa
fiksi dapat dimunculkan lewat dialog antar tokoh, narasi, dan monolog.
Kemenarikan dari novel ini adalah bagaimana pengarang mampu membawa memanjakan
pembacanya dengan penggambaran pemandangan-pemandangan yang indah dan suasana
yang sangat lain, sehingga meskipun novel ini termasuk tebal, namun pembaca
tidak akan bosan mambacanya. Karena penyajian pemandangan-pemandangan yang
menakjubkan dari pengarang sangat bagus.
Artikel terkait : Pengertian Apresiasi, Prosa Fiksi, dan Drama, Apresiasi Prosa Fiksi dan Drama