Faktor
penyebab kesulitan Belajar pada murid SD MI SMP dan SMA. Teori kenali,
pahami dan cari solusi nya bener-bener bisa kita praktekkan disini
karena masing-masing peserta didik mempunyai latar belakang dan masalah
yang berbeda. Sebelum ke pokok pembahasan mari kita pelajari dulu
pengertian kesulitan belajar?
Kajian Teori tentang Motivasi Belajar
1. Pengertian Kesulitan Belajar
Aktivitas
belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara
wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat
cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit.
Dalam hal semangat terkadang semangatnya tinggi, tetapi terkadang juga
sulit untuk mengadakan konsentrasi.
Kesulitan belajar itu sendiri merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggris learning disability. Kesulitan belajar merupakan suatu konsep multi disipliner yang digunakan di lapangan ilmu pendidikan, psikologi, maupun ilmu kedokteran.
Kesulitan belajar itu sendiri merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggris learning disability. Kesulitan belajar merupakan suatu konsep multi disipliner yang digunakan di lapangan ilmu pendidikan, psikologi, maupun ilmu kedokteran.
The
National Joint Committe for Learning Disabilities (dalam Mulyono
Abdurrahman, 1999 : 7) mengemukakan definisi kesulitan belajar adalah
sebagai berikut; kesulitan belajar menunjuk pada sekelompok kesulitan
yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran
dan penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis,
menalar, atau kemampuan dalam bidang studi matematika. Gangguan
tersebut intrinsik, dan diduga disebabkan oleh adanya disfungsi sistem
saraf pusat. Meskipun suatu kesulitan belajar mungkin terjadi bersamaan
dengan adanya kondisi lain yang mengganggu (misalnya gangguan sensoris,
tuna grahita, hambatan sosial dan emosional) atau berbagai pengaruh
lingkungan misalnya perbedaan budaya, pembelajaran yang tidak tepat dan
faktor-faktor psikogenik. Berbagai hambatan tersebut bukan penyebab atau
pengaruh langsung.
Dari
uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah gangguan perseptual, konseptual, memori, maupun ekspresif yang disebabkan adanya ancaman, hambatan, maupun gangguan sehingga siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya.
dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah gangguan perseptual, konseptual, memori, maupun ekspresif yang disebabkan adanya ancaman, hambatan, maupun gangguan sehingga siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya.
2. Macam-macam Kesulitan Belajar
Secara
garis besar kesulitan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua
kelompok; 1) Kesulitan belajar yang berhubungan daengan perkembangan
(developmental learning disabilities), dan 2) Kesulitan belajar akademik
(academic learnimg disabilities). Kesulitan belajar yang berhubungan
dengan perkembangan mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan
belajar bahasa dan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam penyesuaian
perilaku sosial. Kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya
kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan
kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup
penguasaan ketrampilan menulis dan membaca.
Dari kedua kelompok kesulitan belajar tersebut dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut.
- Dilihat dari jenis kesulitan belajar: a) Ada yang berat, dan b) Ada yang sedang
- Dilihat dari bidang studi yang dipelajari: a) Ada yang sebagian bidang studi, dan b) Ada yang keseluruhan bidang studi
- Dilihat dari sifat kesulitannya: a) Ada yang sifatnya permanen atau menetap, dan b) Ada yang sifatnya hanya sementara
- Dilihat dari segi faktor penyebabnya: a) Ada yang karena faktor inteligensi, dan b) Ada yang karena faktor non inteligensi
3. Karakteristik Siswa Berkesulitan Belajar
Seperti
telah dijelaskan, murid yang mengalami kesulitan belajar itu memiliki
hambatan-hambatan, sehingga menampakkan gejala-gejala yang bisa diamati
oleh orang lain (guru, pembimbing).
1.
Beberapa gejala sebagai pertanda adanya kesulitan belajar. Misalnya: 1)
Menunujukkan prestasi rendah yang dicapai oleh kelompok kelas, 2) Hasil
yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Ia berusaha
dengan keras tetapi nilainya selalu rendah, 3) Lambat dalam mengerjakan
tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dengan kawan-kawannya dalam
semua hal, misalnya dalam mengerjakan soal-soal dalam menyelesaikan
tugas-tugas, 4) Menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti: acuh tak
acuh, berpura-pura, dusta, dan lain-lain,5) Menunjukkan tingkah laku
yang berlainan, 6) Anak didik yang tergolong memiliki IQ tinggi, yang
secara potensial mereka seharusnya meraih prestasi belajar yang tinggi,
tetapi kenyataannya mereka mendapatkan prestasi belajar yang rendah,7)
Anak didik yang selalu menunjukkan prestasi belajar yang tinggi untuk
sebagian besar mata pelajaran, tetapi di lain waktu prestasi belajarnya
menurun drastis.
Anak-anak
yang mengalami kesulitan belajar itu bisa dikenal dengan sebutan
prestasi rendah/kurang (under achiever). Anak ini tergolong memiliki IQ
tinggi tetapi prestasinya dalam belajar rendah (di bawah rata-rata
kelas).
Dari
gejala-gejala yang tampak itu guru (pembimbing) bisa menginterprestasi
bahwa ia kemungkinan mengalami kesulitan belajar. Disamping melihat
gejala-gejala yang tampak, guru pun dapat mengadakan penyelidikan antara
lain dengan:
Observasi, adalah cara memperoleh dengan langsung mengamati terhadap objek. Data-data yang dapat diperoleh melalui observasi, misalnya:
Observasi, adalah cara memperoleh dengan langsung mengamati terhadap objek. Data-data yang dapat diperoleh melalui observasi, misalnya:
- Bagaimana sikap siswa dalam mengkuti pelajaran, adalah tanda-tanda lelah, mudah mengantuk, sukar memusatkan perhatian pada pelajaran.
- Bagaimana kelengkapan catatan, peralatan dalam pelajaran. Murid yang mengalami kesulitan belajar, catatan maupun peralatan belajarnya tidak lengkap.
2.
Interviu, adalah cara mendapatkan data dengan wawancara langsung
terhadap orang yang diselidiki atau terhadap orang lain yang dapat
memberikan informasi tentang orang yang diselidiki.
3.
Tes diagnostik, adalah suatu cara mengumpulkan data dengan tes. Untuk
mengetahui murid yang mengalami kesulitan belajar tes meliputi, tes
buatan guru (teacher made test) yang dikenal dengan tes diagnostik, dan
tes psikologis. Sebab yang mengalami kesulitan belajar itu mungkin
disebabkan IQ rendah, tidak memiliki bakat, dan lain-lain sehingga
diperlukan tes psikologis.
4.
Dokumentasi, adalah cara mengetahui sesuatu dengan melihat
dokumen-dokumen, catatan-catatan, arsip-arsip yang berhubungan dengan
orang yang diselidiki.
Untuk mengenal murid yang mengalami kesulitan belajar, bisa melihat: a) Riwayat hidupnya, b) Kehadiran murid di dalam mengikuti pelajaran, c) Memiliki daftar pribadinya, d) Catatan hariannya, e) Catatan kesehatannya, f) Daftar hadir di sekolah, g) Kumpulan ulangan, h) Rapor, dan lain-lain
Untuk mengenal murid yang mengalami kesulitan belajar, bisa melihat: a) Riwayat hidupnya, b) Kehadiran murid di dalam mengikuti pelajaran, c) Memiliki daftar pribadinya, d) Catatan hariannya, e) Catatan kesehatannya, f) Daftar hadir di sekolah, g) Kumpulan ulangan, h) Rapor, dan lain-lain
4. Hirarki Penyebab Kesulitan Belajar
Hirarki penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu sebagai berikut :
1. Faktor Intern
1. Sebab yang bersifat fisik
Penyebab
kesulitan belajar dapat terjadi karena gangguan yang bersifat fisik
yaitu karena sakit, karena kurang sehat, dan karena cacat tubuh.
1. Karena sakit
Seorang
yang sakit akan mengalami kelemahan pada fisiknya, sehingga saraf
sensoris dan motorisnya lemah. Akibatnya rangsangan yang diterima
melalui indranya tidak dapat diteruskan ke otak.
2. Karena kurang sehat.
Anak
yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah
capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang, saraf otak tidak
mampu bekerja secara optimal dalam memproses, mengelola menginterpretasi
dan mengorganisasi bahan pelajaran melalui indranya.
3. Karena cacat tubuh.
Cacat
tubuh dibedakan atas: a) Cacat tubuh yang ringan seperti kurang
pendengaran, kurang pengelihatan, gangguan psikomotor, b) Cacat tubuh
yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, hilang tangan dan kakinya.
Bagi golongan yang serius, maka harus masuk pendidikan khusus seperti SLB. Bagi golongan yang ringan, masih dapat mengikuti pendidikan umum, asal guru memperhatikan dan menempuh placement yang cepat, misalnya:
Bagi golongan yang serius, maka harus masuk pendidikan khusus seperti SLB. Bagi golongan yang ringan, masih dapat mengikuti pendidikan umum, asal guru memperhatikan dan menempuh placement yang cepat, misalnya:
a. Bagi anak yang kurang mendengar, mereka ditempatkan pada deretan paling depan, agar suara guru masih keras terdengar.
b. Anak
yang kurang pengelihatannya, misalnya rabun jauh dan rabun dekat. Maka
yang rabun jauh ditempatkan pada meja paling depan dan yang rabun dekat
ditempatkan pada meja paling belakang agar dapat melihat tulisan di
papan tulis.
2. Sebab yang bersifat rohani
1. Inteligensi
Anak yang normal dapat menamatkan SD tepat pada waktunya. Mereka yang memiliki IQ 110 - 140 digolongkan cerdas, 140 ke atas digolongkan jenius. Mereka yang memiliki IQ kurang dari 90 tergolong lemah mental (mentally deffective). Anak inilah yang banyak mengalami kesulitan belajar. Karena itu guru/pembimbing harus meneliti IQ anak dengan bantuan seorang psikologi agar dapat melayani murid-muridnya.
Anak yang normal dapat menamatkan SD tepat pada waktunya. Mereka yang memiliki IQ 110 - 140 digolongkan cerdas, 140 ke atas digolongkan jenius. Mereka yang memiliki IQ kurang dari 90 tergolong lemah mental (mentally deffective). Anak inilah yang banyak mengalami kesulitan belajar. Karena itu guru/pembimbing harus meneliti IQ anak dengan bantuan seorang psikologi agar dapat melayani murid-muridnya.
2. Bakat
Bakat adalah potensi/kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. Setiap individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Seseorang yang berbakat musik mungkin dibidang lain ia ketinggalan. Seseorang yang berbakat teknik mungkin dibidang olah raga lemah. Jadi seseorang akan mudah mempelajari yang sesuai dengan bakatnya. Apabila seseorang harus mempelajari bahan yang lain dari bakatnya akan cepat bosan, mudah putus asa, tidak senang.
Bakat adalah potensi/kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. Setiap individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Seseorang yang berbakat musik mungkin dibidang lain ia ketinggalan. Seseorang yang berbakat teknik mungkin dibidang olah raga lemah. Jadi seseorang akan mudah mempelajari yang sesuai dengan bakatnya. Apabila seseorang harus mempelajari bahan yang lain dari bakatnya akan cepat bosan, mudah putus asa, tidak senang.
3. Minat
Tidak hanya minat seseorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak sesuai dengan kecakapan, bahkan banyak menimbukan problema pada dirinya. Karena itu pelajaran pun tak pernah terjadi proses dalam otak, akibatnya timbul kesulitan.
Tidak hanya minat seseorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak sesuai dengan kecakapan, bahkan banyak menimbukan problema pada dirinya. Karena itu pelajaran pun tak pernah terjadi proses dalam otak, akibatnya timbul kesulitan.
4. Motivasi
Motivasi berfungsi mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat
menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar
motivasinya semakin besar kesuksesan belajarnya. Sebaliknya mereka yang
motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya
tidak tertuju pada pelajaran, suka mengganggu kelas, sering meninggalkan
pelajaran, akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar. Oleh karena
itu, besar kecilnya motivasi siswa dalam belajar sangat berpengaruh
dalam kesuksesan belajar.
5. Faktor kesehatan mental
Dalam
belajar tidak hanya menyangkut segi intelektual, tetapi menyangkut segi
kesehatan mental dan emosional. Individu dalam hidupnya selalu
mempunyai kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan. Apabila kebutuhan
itu tidak terpenuhi, akan membawa masalah-masalah emosional dan
bentuk-bentuk mal adjusment. Keadaan seperti ini akan menimbulkan
kesulitan belajar, sebab dirasakan tidak mendatangkan kebahagiaan.
6. Tipe-tipe khusus seorang pelajar
Ada tipe visual, auditif, dan motorik, yaitu sebagai berikut:
a. Seorang
bertipe visual akan cepat mempelajari bahan-bahan yang disajikan secara
tertulis, bagan grafik dan gambar. Sebaliknya akan merasa sulit belajar
jika dihadapkan dalam bentuk suara atau gerakan.
b. Anak
yang bertipe auditif, mudah mempelajari bahan yang disajikan dalam
bentuk suara (ceramah). Sedangkan pelajaran yang disajikan dalam bentuk
tulisan, perabaan, gerakan-gerakan, ia akan mengalami kesulitan.
c. Individu
yang bertipe motorik, mudah mempelajari bahan yang berupa tulisan,
gerakan, dan sulit mempelajari bahan yang berupa suara dan pengelihatan.
2. Faktor Ekstern
1. Faktor Keluarga
Keluarga
merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama. Tetapi dapat juga
sebagai faktor penyebab kesulitan belajar. Yang termasuk faktor ini
antara lain adalah sebagai berikut.
1. Faktor Orang Tua
a. Cara mendidik anak
Orang
tua yang tidak atau kurang memperhatikan pendidikan anak-anaknya,
mungkin acuh tak acuh, tidak memperhatikan kemajuan anak-anaknya, akan
menjadi penyebab kesulitan belajarnya. Orang tua yang bersifat kejam,
otoriter, akan menimbulkan mental yang tidak sehat bagi anak. Hal ini
akan berakibat anak tidak dapat tentram, tidak senang di rumah, ia pergi
mencari teman sebayanya, hingga lupa belajar. Pada umumnya orang tua
tidak memberikan dorongan kepada anaknya, hingga anak tidak menyukai
belajar, bahkan karena sikap orang tuanya yang salah, anak bisa benci
belajar.
b. Hubungan Orang Tua dan Anak
Faktor
ini penting sekali dalam menentukan kemajuan belajar anak. Yang
dimaksud hubungan di sini adalah kasih sayang penuh pengertian, atau
bahkan kebencian, sikap keras, acuh tak acuh, memanjakan dan lain-lain.
Kurangnya kasih sayang akan menimbulkan emosional insecurity. Demikian
juga sikap keras, kajam, acuh tak acuh akan menimbulkan hal yang serupa.
Kasih sayang dari orang tua dapat berupa: 1) Apakah orang tua sering
meluangkan waktunya untuk omong-omong bergurau dengan anak-anaknya. 2)
Biasakan orang tua membicarakan kebutuhan keluarga dengan anak-anaknya,
seorang anak akan mengalami kesulitan belajar karena faktor-faktor
tersebut.
2. Suasana Rumah/Keluarga
Suasana
rumah atau keluarga yang sangat ramai/gaduh, selalu tegang, selalu
banyak masalah diantara anggota keluarga antara ayah dan ibu selalu ada
masalah atau membisu, menyebabkan anak tidak tahan di rumah, sehingga
tidak mustahil kalau prestasi belajar anak menurun. Untuk itu hendaknya
suasana rumah dibuat menyenangkan, tentram, damai, harmonis, agar anak
betah tinggal di rumah. Keadaan ini akan menguntungkan bagi kemajuan
belajar anak.
3. Keadaan Ekonomi Keluarga
Keadaan ekonomi digolongkan dalam:
a. Ekonomi yang kurang atau miskin
Keadaan
ini akan menimbulkan kurangnya alat-alat belajar, kurangnya biaya yang
disediakan olah orang tua, dan tidak mempunyai tempat belajar yang baik.
Keadaan seperti itu akan menghambat kemajuan anak. Faktor biaya
merupakan faktor yang sangat penting, karena belajar dan kelangsungannya
sangat memerlukan biaya. Misalnya untuk membeli alat-alat, uang
sekolah, dan biaya-biaya lainnya. Maka keluarga yang miskin akan merasa
berat untuk mengeluarkan biaya yang bermacam-macam itu. Karena keuangan
digunakan untuk mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari.
Keluarga
yang miskin juga tidak dapat menyediakan tempat untuk belajar yang
memadai, dimana tempat belajar itu merupakan tempat terlaksananya
belajar secara efisien dan efektif.
b. Ekonomi yang berlebihan atau kaya
Keadaan
ini sebaliknya dari keadaan yang pertama, dimana ekonomi keluarga
berlimpah ruah. Mereka akan menjadi segan belajar karena ia terlalu
banyak bersenang-senang. Mungkin juga mereka terlalu dimanja oleh orang
tua, orang tua tidak tahan melihat anaknya belajar dengan bersusah
payah. Keadaan seperti ini akan dapat menghambat kemajuan belajar.
2. Faktor Sekolah
1. Guru
Guru dapat menjadi penyebab kesulitan belajar, apabila:
Guru dapat menjadi penyebab kesulitan belajar, apabila:
a. Guru
tidak kualified, baik dalam pengambilan metode yang digunakan atau
dalam mata pelajaran yang dipegangnya. Hal ini bisa saja terjadi, karena
mata pelajaran yang dipegangnya kurang sesuai, sehingga kurang
menguasai, lebih-lebih kurang persiapan, sehingga cara menerangkan
kurang jelas, sukar dimengerti oleh murid-muridnya.
b. Hubungan
guru dengan murid kurang baik. Hal ini bermula pada sifat dan sikap
guru yang kurang disenangi oleh murid-muridnya, seperti: 1) Kasar, suka
marah, suka mengejek, tak pernah senyum, tak suka membantu anak, suka
membentak, dan lain-lain, 2) Tak pandai menerangkan, sinis, sombong, 3)
Menjengkelkan, pelit dalam memberi angka, tidak adil, dan lain-lain, 4)
Guru menuntut standar pelajaran di atas kemampuan anak. Hal ini dapat
mengakibatkan hanya sebagian kecil muridnya dapat berhasil dengan baik,
5) Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha diagnosis kesulitan
belajar. Misalnya dalam bakat, minat, sifat, kebutuhan anak-anak, dan
sebagainya, 6) Metode mengajar guru yang dapat menimbulkan kesulitan
belajar, 7) Metode mengajar yang mendasarkan diri pada latihan mekanis
tidak didasarkan pada pengertian, 8) Guru dalam mengajar tidak
menggunakan alat peraga yang memungkinkan semua alat indranya berfungsi,
9) Metode mengajar yang menyebabkan murid pasif, sehingga anak tidak
ada aktivitas, 10) Metode mengajar tidak menarik, kemungkinan materinya
tinggi, atau tidak menguasai bahan, 11) Guru hanya menggunakan satu
metode saja dan tidak bervariasi.
2. Alat
Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian pelajaran yang tidak baik. Terutama pelajaran yang bersifat praktikum. Kurangnya alat laboratorium akan banyak menimbulkan kesulitan dalam belajar. Timbulnya alat-alat itu akan menimbulkan perubahan metode mengajar guru, segi dalamnya ilmu pengetahuan pada pikiran anak, memenuhi tuntutan dari bermacam-macam tipe anak. Tiadanya alat-alat tersebut, guru cenderung menggunakan metode ceramah yang menimbulkan kepasifan bagi anak, sehingga akan timbul kesulitan belajar.
Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian pelajaran yang tidak baik. Terutama pelajaran yang bersifat praktikum. Kurangnya alat laboratorium akan banyak menimbulkan kesulitan dalam belajar. Timbulnya alat-alat itu akan menimbulkan perubahan metode mengajar guru, segi dalamnya ilmu pengetahuan pada pikiran anak, memenuhi tuntutan dari bermacam-macam tipe anak. Tiadanya alat-alat tersebut, guru cenderung menggunakan metode ceramah yang menimbulkan kepasifan bagi anak, sehingga akan timbul kesulitan belajar.
3. Kondisi Gedung
Terutama
ditunjukkan pada ruang kelas/ruangan tempat belajar anak. Ruangan harus
memenuhi syarat kesehatan seperti: a) Ruangan harus berjendela,
ventilasi cukup, udara segar dapat masuk ruangan, sinar dapat menerangi
ruangan, b) Dinding harus bersih, putih, dan tidak terlihat kotor, c)
Lantai tidak becek, licin atau kotor, d) Keadaan gedung jauh dari
keramaian.
Apabila beberapa hal tersebut tidak terpenuhi, maka situasi dan kondisi belajar akan kurang baik. Anak-anak selalu gaduh, sehingga memungkinkan pelajaran terhambat.
Apabila beberapa hal tersebut tidak terpenuhi, maka situasi dan kondisi belajar akan kurang baik. Anak-anak selalu gaduh, sehingga memungkinkan pelajaran terhambat.
4. Kurikulum
Kurikulum yang kurang baik, misalnya: a) Bahan-bahannya terlalu tinggi,b) Pembagian bahan tidak seimbang (kelas 1 banyak pelajaran, sedangkan kelas-kelas di atasnya sedikit pelajaran), c) Adanya pendataan materi. Hal ini akan membawa kesulitan belajar bagi murid-murid. Sebaliknya kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan anak, akan membawa kesuksesan dalam belajar.
Kurikulum yang kurang baik, misalnya: a) Bahan-bahannya terlalu tinggi,b) Pembagian bahan tidak seimbang (kelas 1 banyak pelajaran, sedangkan kelas-kelas di atasnya sedikit pelajaran), c) Adanya pendataan materi. Hal ini akan membawa kesulitan belajar bagi murid-murid. Sebaliknya kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan anak, akan membawa kesuksesan dalam belajar.
5. Waktu Sekolah dan Disiplin Waktu Kurang
Apabila
sekolah masuk sore, siang, atau malam, maka kondisi anak tidak lagi
dalam keadaan yang optimal untuk menerima pelajaran. Sebab energi sudah
berkurang, di samping udara yang relatif panas di siang hari, juga dapat
mempercepat proses kelelahan. Karena itu waktu yang baik untuk belajar
adalah pagi hari.
Disamping
itu pelaksanaan disiplin kurang, misalnya murid-murid liar, sering
terlambat datang, tugas yang diberikan tidak dikerjakan, kewajibannya
dilalaikan, sekolah berjalan tanpa kendali. Lebih-lebih gurunya kurang
disiplin akan banyak mengalami hambatan dalam belajar.
a. Faktor Mass Media dan Lingkungan Sosial
1. Faktor Mass Media
Faktor
mass media meliputi: bioskop, TV, surat kabar, majalah, buku- buku
komik yang ada disekeliling kita. Hal-hal itu akan menghambat belajar
apabila anak terlalu banyak waktu yang dipergunakan untuk itu, hingga
lupa tugasnya untuk belajar.
2. Lingkungan Sosial
a. Teman bergaul
Anak
yang bergaul dengan teman yang tidak sekolah, ia akan malas belajar.
Sebab cara hidup anak yang bersekolah berlainan dengan anak yang tidak
sekolah.
b. Lingkungan Tetangga
Corak
kehidupan tetangga misalnya sering main judi, minum minuman keras,
menganggur, tidak suka belajar, akan mempengaruhi anak-anak yang
bersekolah.
c. Aktivitas dalam Masyarakat
Terlalu banyak berorganisasi, kursus ini dan itu, akan menyebabkan belajar anak akan terbengkalai.