Thursday, 11 April 2013

Faktor - Faktor penyebab kesulitan Belajar pada Siswa

Faktor penyebab kesulitan Belajar pada murid SD MI SMP dan SMA. Teori kenali, pahami dan cari solusi nya bener-bener bisa kita praktekkan disini karena masing-masing peserta didik mempunyai latar belakang dan masalah yang berbeda. Sebelum ke pokok pembahasan mari kita pelajari dulu pengertian kesulitan belajar?
Kajian Teori tentang Motivasi Belajar
 
1. Pengertian Kesulitan Belajar
Aktivitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal semangat terkadang semangatnya tinggi, tetapi terkadang juga sulit untuk mengadakan konsentrasi.
Kesulitan belajar itu sendiri merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggris learning disability. Kesulitan belajar merupakan suatu konsep multi disipliner yang digunakan di lapangan ilmu pendidikan, psikologi, maupun ilmu kedokteran.
The National Joint Committe for Learning Disabilities (dalam Mulyono Abdurrahman, 1999 : 7) mengemukakan definisi kesulitan belajar adalah sebagai berikut; kesulitan belajar menunjuk pada sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, atau kemampuan dalam bidang studi matematika. Gangguan tersebut intrinsik, dan diduga disebabkan oleh adanya disfungsi sistem saraf pusat. Meskipun suatu kesulitan belajar mungkin terjadi bersamaan dengan adanya kondisi lain yang mengganggu (misalnya gangguan sensoris, tuna grahita, hambatan sosial dan emosional) atau berbagai pengaruh lingkungan misalnya perbedaan budaya, pembelajaran yang tidak tepat dan faktor-faktor psikogenik. Berbagai hambatan tersebut bukan penyebab atau pengaruh langsung.
Dari uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah gangguan perseptual, konseptual, memori, maupun ekspresif yang disebabkan adanya ancaman, hambatan, maupun gangguan sehingga siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya.
 
2. Macam-macam Kesulitan Belajar
Secara garis besar kesulitan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok; 1) Kesulitan belajar yang berhubungan daengan perkembangan (developmental learning disabilities), dan 2) Kesulitan belajar akademik (academic learnimg disabilities). Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial. Kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan ketrampilan menulis dan membaca.
Dari kedua kelompok kesulitan belajar tersebut dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut.
  1. Dilihat dari jenis kesulitan belajar: a) Ada yang berat, dan b) Ada yang sedang
  2. Dilihat dari bidang studi yang dipelajari: a) Ada yang sebagian bidang studi, dan b) Ada yang keseluruhan bidang studi
  3. Dilihat dari sifat kesulitannya: a) Ada yang sifatnya permanen atau menetap, dan b) Ada yang sifatnya hanya sementara
  4. Dilihat dari segi faktor penyebabnya: a) Ada yang karena faktor inteligensi, dan b) Ada yang karena faktor non inteligensi
3. Karakteristik Siswa Berkesulitan Belajar
Seperti telah dijelaskan, murid yang mengalami kesulitan belajar itu memiliki hambatan-hambatan, sehingga menampakkan gejala-gejala yang bisa diamati oleh orang lain (guru, pembimbing).
1. Beberapa gejala sebagai pertanda adanya kesulitan belajar. Misalnya: 1) Menunujukkan prestasi rendah yang dicapai oleh kelompok kelas, 2) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Ia berusaha dengan keras tetapi nilainya selalu rendah, 3) Lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dengan kawan-kawannya dalam semua hal, misalnya dalam mengerjakan soal-soal dalam menyelesaikan tugas-tugas, 4) Menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti: acuh tak acuh, berpura-pura, dusta, dan lain-lain,5) Menunjukkan tingkah laku yang berlainan, 6) Anak didik yang tergolong memiliki IQ tinggi, yang secara potensial mereka seharusnya meraih prestasi belajar yang tinggi, tetapi kenyataannya mereka mendapatkan prestasi belajar yang rendah,7) Anak didik yang selalu menunjukkan prestasi belajar yang tinggi untuk sebagian besar mata pelajaran, tetapi di lain waktu prestasi belajarnya menurun drastis.
Anak-anak yang mengalami kesulitan belajar itu bisa dikenal dengan sebutan prestasi rendah/kurang (under achiever). Anak ini tergolong memiliki IQ tinggi tetapi prestasinya dalam belajar rendah (di bawah rata-rata kelas).
Dari gejala-gejala yang tampak itu guru (pembimbing) bisa menginterprestasi bahwa ia kemungkinan mengalami kesulitan belajar. Disamping melihat gejala-gejala yang tampak, guru pun dapat mengadakan penyelidikan antara lain dengan:
Observasi, adalah cara memperoleh dengan langsung mengamati terhadap objek. Data-data yang dapat diperoleh melalui observasi, misalnya:
  1. Bagaimana sikap siswa dalam mengkuti pelajaran, adalah tanda-tanda lelah, mudah mengantuk, sukar memusatkan perhatian pada pelajaran.
  2. Bagaimana kelengkapan catatan, peralatan dalam pelajaran. Murid yang mengalami kesulitan belajar, catatan maupun peralatan belajarnya tidak lengkap.
2. Interviu, adalah cara mendapatkan data dengan wawancara langsung terhadap orang yang diselidiki atau terhadap orang lain yang dapat memberikan informasi tentang orang yang diselidiki.
3. Tes diagnostik, adalah suatu cara mengumpulkan data dengan tes. Untuk mengetahui murid yang mengalami kesulitan belajar tes meliputi, tes buatan guru (teacher made test) yang dikenal dengan tes diagnostik, dan tes psikologis. Sebab yang mengalami kesulitan belajar itu mungkin disebabkan IQ rendah, tidak memiliki bakat, dan lain-lain sehingga diperlukan tes psikologis.
4. Dokumentasi, adalah cara mengetahui sesuatu dengan melihat dokumen-dokumen, catatan-catatan, arsip-arsip yang berhubungan dengan orang yang diselidiki.
Untuk mengenal murid yang mengalami kesulitan belajar, bisa melihat: a) Riwayat hidupnya, b) Kehadiran murid di dalam mengikuti pelajaran, c) Memiliki daftar pribadinya, d) Catatan hariannya, e) Catatan kesehatannya, f) Daftar hadir di sekolah, g) Kumpulan ulangan, h) Rapor, dan lain-lain

4. Hirarki Penyebab Kesulitan Belajar
Hirarki penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu sebagai berikut :
1.      Faktor Intern
1.      Sebab yang bersifat fisik
Penyebab kesulitan belajar dapat terjadi karena gangguan yang bersifat fisik yaitu karena sakit, karena kurang sehat, dan karena cacat tubuh.
1.      Karena sakit
Seorang yang sakit akan mengalami kelemahan pada fisiknya, sehingga saraf sensoris dan motorisnya lemah. Akibatnya rangsangan yang diterima melalui indranya tidak dapat diteruskan ke otak.
2.      Karena kurang sehat.
Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang, saraf otak tidak mampu bekerja secara optimal dalam memproses, mengelola menginterpretasi dan mengorganisasi bahan pelajaran melalui indranya.
3.      Karena cacat tubuh.
Cacat tubuh dibedakan atas: a) Cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang pengelihatan, gangguan psikomotor, b) Cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, hilang tangan dan kakinya.
Bagi golongan yang serius, maka harus masuk pendidikan khusus seperti SLB. Bagi golongan yang ringan, masih dapat mengikuti pendidikan umum, asal guru memperhatikan dan menempuh placement yang cepat, misalnya:
a.       Bagi anak yang kurang mendengar, mereka ditempatkan pada deretan paling depan, agar suara guru masih keras terdengar.
b.      Anak yang kurang pengelihatannya, misalnya rabun jauh dan rabun dekat. Maka yang rabun jauh ditempatkan pada meja paling depan dan yang rabun dekat ditempatkan pada meja paling belakang agar dapat melihat tulisan di papan tulis.
2.      Sebab yang bersifat rohani
1.      Inteligensi
Anak yang normal dapat menamatkan SD tepat pada waktunya. Mereka yang memiliki IQ 110 - 140 digolongkan cerdas, 140 ke atas digolongkan jenius. Mereka yang memiliki IQ kurang dari 90 tergolong lemah mental (mentally deffective). Anak inilah yang banyak mengalami kesulitan belajar. Karena itu guru/pembimbing harus meneliti IQ anak dengan bantuan seorang psikologi agar dapat melayani murid-muridnya.
2.      Bakat
Bakat adalah potensi/kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. Setiap individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Seseorang yang berbakat musik mungkin dibidang lain ia ketinggalan. Seseorang yang berbakat teknik mungkin dibidang olah raga lemah. Jadi seseorang akan mudah mempelajari yang sesuai dengan bakatnya. Apabila seseorang harus mempelajari bahan yang lain dari bakatnya akan cepat bosan, mudah putus asa, tidak senang.
3.      Minat
Tidak hanya minat seseorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak sesuai dengan kecakapan, bahkan banyak menimbukan problema pada dirinya. Karena itu pelajaran pun tak pernah terjadi proses dalam otak, akibatnya timbul kesulitan.
4.      Motivasi Motivasi berfungsi mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya semakin besar kesuksesan belajarnya. Sebaliknya mereka yang motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka mengganggu kelas, sering meninggalkan pelajaran, akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar. Oleh karena itu, besar kecilnya motivasi siswa dalam belajar sangat berpengaruh dalam kesuksesan belajar.
5.      Faktor kesehatan mental
Dalam belajar tidak hanya menyangkut segi intelektual, tetapi menyangkut segi kesehatan mental dan emosional. Individu dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan. Apabila kebutuhan itu tidak terpenuhi, akan membawa masalah-masalah emosional dan bentuk-bentuk mal adjusment. Keadaan seperti ini akan menimbulkan kesulitan belajar, sebab dirasakan tidak mendatangkan kebahagiaan.
6.      Tipe-tipe khusus seorang pelajar
Ada tipe visual, auditif, dan motorik, yaitu sebagai berikut:
a.       Seorang bertipe visual akan cepat mempelajari bahan-bahan yang disajikan secara tertulis, bagan grafik dan gambar. Sebaliknya akan merasa sulit belajar jika dihadapkan dalam bentuk suara atau gerakan.
b.      Anak yang bertipe auditif, mudah mempelajari bahan yang disajikan dalam bentuk suara (ceramah). Sedangkan pelajaran yang disajikan dalam bentuk tulisan, perabaan, gerakan-gerakan, ia akan mengalami kesulitan.
c.       Individu yang bertipe motorik, mudah mempelajari bahan yang berupa tulisan, gerakan, dan sulit mempelajari bahan yang berupa suara dan pengelihatan.

2.      Faktor Ekstern
1.      Faktor Keluarga
Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama. Tetapi dapat juga sebagai faktor penyebab kesulitan belajar. Yang termasuk faktor ini antara lain adalah sebagai berikut.
1.      Faktor Orang Tua
a.       Cara mendidik anak
Orang tua yang tidak atau kurang memperhatikan pendidikan anak-anaknya, mungkin acuh tak acuh, tidak memperhatikan kemajuan anak-anaknya, akan menjadi penyebab kesulitan belajarnya. Orang tua yang bersifat kejam, otoriter, akan menimbulkan mental yang tidak sehat bagi anak. Hal ini akan berakibat anak tidak dapat tentram, tidak senang di rumah, ia pergi mencari teman sebayanya, hingga lupa belajar. Pada umumnya orang tua tidak memberikan dorongan kepada anaknya, hingga anak tidak menyukai belajar, bahkan karena sikap orang tuanya yang salah, anak bisa benci belajar.
b.      Hubungan Orang Tua dan Anak
Faktor ini penting sekali dalam menentukan kemajuan belajar anak. Yang dimaksud hubungan di sini adalah kasih sayang penuh pengertian, atau bahkan kebencian, sikap keras, acuh tak acuh, memanjakan dan lain-lain. Kurangnya kasih sayang akan menimbulkan emosional insecurity. Demikian juga sikap keras, kajam, acuh tak acuh akan menimbulkan hal yang serupa. Kasih sayang dari orang tua dapat berupa: 1) Apakah orang tua sering meluangkan waktunya untuk omong-omong bergurau dengan anak-anaknya. 2) Biasakan orang tua membicarakan kebutuhan keluarga dengan anak-anaknya, seorang anak akan mengalami kesulitan belajar karena faktor-faktor tersebut.
2.      Suasana Rumah/Keluarga
Suasana rumah atau keluarga yang sangat ramai/gaduh, selalu tegang, selalu banyak masalah diantara anggota keluarga antara ayah dan ibu selalu ada masalah atau membisu, menyebabkan anak tidak tahan di rumah, sehingga tidak mustahil kalau prestasi belajar anak menurun. Untuk itu hendaknya suasana rumah dibuat menyenangkan, tentram, damai, harmonis, agar anak betah tinggal di rumah. Keadaan ini akan menguntungkan bagi kemajuan belajar anak.
3.      Keadaan Ekonomi Keluarga
Keadaan ekonomi digolongkan dalam:
a.       Ekonomi yang kurang atau miskin
Keadaan ini akan menimbulkan kurangnya alat-alat belajar, kurangnya biaya yang disediakan olah orang tua, dan tidak mempunyai tempat belajar yang baik. Keadaan seperti itu akan menghambat kemajuan anak. Faktor biaya merupakan faktor yang sangat penting, karena belajar dan kelangsungannya sangat memerlukan biaya. Misalnya untuk membeli alat-alat, uang sekolah, dan biaya-biaya lainnya. Maka keluarga yang miskin akan merasa berat untuk mengeluarkan biaya yang bermacam-macam itu. Karena keuangan digunakan untuk mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari.
Keluarga yang miskin juga tidak dapat menyediakan tempat untuk belajar yang memadai, dimana tempat belajar itu merupakan tempat terlaksananya belajar secara efisien dan efektif.
b.      Ekonomi yang berlebihan atau kaya
Keadaan ini sebaliknya dari keadaan yang pertama, dimana ekonomi keluarga berlimpah ruah. Mereka akan menjadi segan belajar karena ia terlalu banyak bersenang-senang. Mungkin juga mereka terlalu dimanja oleh orang tua, orang tua tidak tahan melihat anaknya belajar dengan bersusah payah. Keadaan seperti ini akan dapat menghambat kemajuan belajar.

2.      Faktor Sekolah
1.      Guru
Guru dapat menjadi penyebab kesulitan belajar, apabila:
a.       Guru tidak kualified, baik dalam pengambilan metode yang digunakan atau dalam mata pelajaran yang dipegangnya. Hal ini bisa saja terjadi, karena mata pelajaran yang dipegangnya kurang sesuai, sehingga kurang menguasai, lebih-lebih kurang persiapan, sehingga cara menerangkan kurang jelas, sukar dimengerti oleh murid-muridnya.
b.      Hubungan guru dengan murid kurang baik. Hal ini bermula pada sifat dan sikap guru yang kurang disenangi oleh murid-muridnya, seperti: 1) Kasar, suka marah, suka mengejek, tak pernah senyum, tak suka membantu anak, suka membentak, dan lain-lain, 2) Tak pandai menerangkan, sinis, sombong, 3) Menjengkelkan, pelit dalam memberi angka, tidak adil, dan lain-lain, 4) Guru menuntut standar pelajaran di atas kemampuan anak. Hal ini dapat mengakibatkan hanya sebagian kecil muridnya dapat berhasil dengan baik, 5) Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha diagnosis kesulitan belajar. Misalnya dalam bakat, minat, sifat, kebutuhan anak-anak, dan sebagainya, 6) Metode mengajar guru yang dapat menimbulkan kesulitan belajar, 7) Metode mengajar yang mendasarkan diri pada latihan mekanis tidak didasarkan pada pengertian, 8) Guru dalam mengajar tidak menggunakan alat peraga yang memungkinkan semua alat indranya berfungsi, 9) Metode mengajar yang menyebabkan murid pasif, sehingga anak tidak ada aktivitas, 10) Metode mengajar tidak menarik, kemungkinan materinya tinggi, atau tidak menguasai bahan, 11) Guru hanya menggunakan satu metode saja dan tidak bervariasi.
2.      Alat
Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian pelajaran yang tidak baik. Terutama pelajaran yang bersifat praktikum. Kurangnya alat laboratorium akan banyak menimbulkan kesulitan dalam belajar. Timbulnya alat-alat itu akan menimbulkan perubahan metode mengajar guru, segi dalamnya ilmu pengetahuan pada pikiran anak, memenuhi tuntutan dari bermacam-macam tipe anak. Tiadanya alat-alat tersebut, guru cenderung menggunakan metode ceramah yang menimbulkan kepasifan bagi anak, sehingga akan timbul kesulitan belajar.
3.      Kondisi Gedung
Terutama ditunjukkan pada ruang kelas/ruangan tempat belajar anak. Ruangan harus memenuhi syarat kesehatan seperti: a) Ruangan harus berjendela, ventilasi cukup, udara segar dapat masuk ruangan, sinar dapat menerangi ruangan, b) Dinding harus bersih, putih, dan tidak terlihat kotor, c) Lantai tidak becek, licin atau kotor, d) Keadaan gedung jauh dari keramaian.
Apabila beberapa hal tersebut tidak terpenuhi, maka situasi dan kondisi belajar akan kurang baik. Anak-anak selalu gaduh, sehingga memungkinkan pelajaran terhambat.
4.      Kurikulum
Kurikulum yang kurang baik, misalnya: a) Bahan-bahannya terlalu tinggi,b) Pembagian bahan tidak seimbang (kelas 1 banyak pelajaran, sedangkan kelas-kelas di atasnya sedikit pelajaran), c) Adanya pendataan materi. Hal ini akan membawa kesulitan belajar bagi murid-murid. Sebaliknya kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan anak, akan membawa kesuksesan dalam belajar.
5.      Waktu Sekolah dan Disiplin Waktu Kurang
Apabila sekolah masuk sore, siang, atau malam, maka kondisi anak tidak lagi dalam keadaan yang optimal untuk menerima pelajaran. Sebab energi sudah berkurang, di samping udara yang relatif panas di siang hari, juga dapat mempercepat proses kelelahan. Karena itu waktu yang baik untuk belajar adalah pagi hari.
Disamping itu pelaksanaan disiplin kurang, misalnya murid-murid liar, sering terlambat datang, tugas yang diberikan tidak dikerjakan, kewajibannya dilalaikan, sekolah berjalan tanpa kendali. Lebih-lebih gurunya kurang disiplin akan banyak mengalami hambatan dalam belajar.
a.       Faktor Mass Media dan Lingkungan Sosial
1.      Faktor Mass Media
Faktor mass media meliputi: bioskop, TV, surat kabar, majalah, buku- buku komik yang ada disekeliling kita. Hal-hal itu akan menghambat belajar apabila anak terlalu banyak waktu yang dipergunakan untuk itu, hingga lupa tugasnya untuk belajar.
2.      Lingkungan Sosial
a.       Teman bergaul
Anak yang bergaul dengan teman yang tidak sekolah, ia akan malas belajar. Sebab cara hidup anak yang bersekolah berlainan dengan anak yang tidak sekolah.
b.      Lingkungan Tetangga
Corak kehidupan tetangga misalnya sering main judi, minum minuman keras, menganggur, tidak suka belajar, akan mempengaruhi anak-anak yang bersekolah.
c.       Aktivitas dalam Masyarakat
Terlalu banyak berorganisasi, kursus ini dan itu, akan menyebabkan belajar anak akan terbengkalai.