sekedar gambaran, segemgam gambaran, apa yang nanti
akan dilakukannnya dengan kamera itu dan apa yang ingin diperolehnya dari
kamera tersebut.
Gambaran dan gambaran ini, baik dalam bentuk awal
yang sederhana, sesaat terlintas dibenak untuk membeli kamera tersebut, atau
bila nanti setapak demi setapak akan berkembang dan menuntut lebih banyak,
merupakan landasan pokok penentu arah yang akan diambil serta tujuan yang
dikehendaki untuk dicapai, sekaligus usaha-usaha apa yang seharusnya dilakukan.
ARAH
dan TUJUAN ini hendaknya dikaji mulai awal kita menampakkan diri dalam dunia
fotografi ini sehingga akan menghindarkan kita dari pembuangan energi dan
materi secara sia-sia dengan jeprat-jepret yang tak menentu.
SEHUBUNGAN
dengan itu semua alangkah tepatnya sasaran yang menganjurkan para calon
penggemar fotografi sebelum melangkahkan kakinya lebih dahulu bertanya pada
diri sendiri:
WHY DO YOU WISH TO PHOTOGRAPH?
WHAT DO YOU WISH TO PHOTOGRAPH?
SEBAB,
ini nanti yang akan menentukan :
HOW DO YOU TAKE THE PHOTOGRAPH?
SECARA UMUM, Seseorang dapat terlibat atau
melibatkan diri dalam dunia fotografi dengan dorongan-dorongan antara lain
sebagai berikut :
A.
Untuk sekedar memperoleh REKAMAN PERISTIWA-PERISTIWA.
Dalam kelompok ini dapatlah
diketengahkan misalnya :
Foto perkawinan/ ulang tahun
dan foto keluarga lainnya, yang notabenenya akan menarik bagi anggota keluarga
yang bersangkutan serta relasi-relasi dekat ; foto-foto pesta upacara dan
lain-lain, dimana ketrampilan teknis dasar saja sudahlah memadai.
B.
BAHAN-BAHAN INFORMASI
Foto-foto berita, yang terutama menekan
motto : SEBUAH GAMBAR BERNILAI RIBUAN KATA-KATA. Untuk memperolehnya jelas
dibutuhkan pula usaha yang sedikit berlebih, sekedar ketrampilan teknis dasar
saja tentunya belumlah cukup.
C. Kebutuhan
akan DATA-DATA tertentu yang melengkapi usaha atau kerja pokok. Ketajaman
pengutaraan – kejelasan, menjadi tujuan utama dari foto-foto jenis ini.
D. Untuk keperluan-keperluan PROMOSI.
Antara lain foto-foto iklan,
foto-foto dalam brosur wisata, foto fashion. Dibuat semenarik mungkin mengingat
fungsi dan tujuannya, kalau perlu malah dibuat sedemikian rupa sehingga lebih
menarik dari asal.
E. Hanya melulu mencari KESENANGAN (HIBURAN) saja.
Kebutuhan yang bersifat
pribadi sekali, tergantung dari kadar keseriusan masing-masingnya.
F. EXPRESI DIRI
Makin hari makin banyak saja
orang yang berpendapat bahwa fotografi adalah merupakan media expresi diri yang
murah dan efektif. Hamper tiap obyek yang ditemui dapat difoto dengan berbagai
macam cara dan pendekatan serta dapat disajikan kembali dalam seribu satu hasil
yang berbeda dalam waktu yang relative singkat.
Masing-masingnya dapat
mengungkapkan kesan pribadi yang berlainan. Penggunaan KESAN PANDANGAN, PIKIRAN
adalah arah tujuan mereka-mereka ini.
KEMUDIAN, dengan mempergunakan dorongan-dorongan di
atas sebagai landasan, kita mencoba untuk mempersempit arah pandang, sehingga
memperoleh pegangan praktis dalam mencapai tujuan akhir.
DOMUMENTATIF – kah ?
ILUSTRATIF – kah ?
INTERPRETATIF – kah ?
TIGA hal praktis yang sering dipergunakan untuk
menilai berhasil tidaknya sebuah foto adalah :
- TKNIK (ketrampilan mempergunakan peralatan)
- ARTISTIK (rasa keindahan yang dapat ditampilkan)
- ISI (arti/ makna/ cerita/ kesan yang diungkapkan)
Masing-masingnya dada dalam kadar yang berlainan
sesuai dengan sifat foto itu sendiri.
FOTO-FOTO YANG BERSIFAT DOKUMENTATIF.
Dengan arah yang sangat terbatas, yaitu yang
berkaitan dengan apa atau siapa yang tertera di dalam fotoitu, jeas tidak
membutuhkan rasa keindahan yang tinggi. Lebih-lebih dalam hal ISI (dalam artian
fotografis) dapat dikatakan : nol.
Ketepatan penerapan TEKNIK
Mampu menghasilkan foto yang jelas da terang.
Diusahakan tampak seperti apa adanya.
MEMPERHATIKAN HAL-HAL PALING PRIMER :
Ă¼
MANFAATKAN BIDANG FILM SEEFEKTIF MUNGKIN.
Ă¼
HINDARI BENDA-BENDA SEKELILING dan yang ada
di LATAR BELAKANG yang sekitarnya dapat mengganggu.
Ă¼
GARIS-GARIS VERTIKAL hendaknya diusahakan
terekam dan tersajikan VERTIKAL pula.
Ă¼
Kalau ada HORISONTAL jangan MIRING.
Ă¼
OBYEK-OBYEK jangan bertumpukan satu sama
lain. Jangan biarkan ada cabang pohon mencuat dari kepala obyek anda.
Ă¼
JANGAN SEMBARANG POTONG ; sajikan obyek dalam
bentuk “UTUH”.
HANYA ITU, dan foto dokumentatif anda sudah boleh
dikatakan BAIK dan MENARIK (untuk orang-orang tertentu yang ada sangkut pautnya
dengan foto itu sendiri).
FOTO-FOTO YANG BERSIFAT ILLUSTRATIF.
Foto-foto ini mempunyai arah ruang lingkup yang
lebih luas public secara umum. Ambil sebagai missal foto-foto yang tertampang
dimajalah-majalah hiburan, brosur-brosur pariwisata, brosur-brosur promosi dan
lain-lain. Dengan demikian tuntutan persyaratan haruslah lebih berat.
Kreatifitas seorang pemotret mulai diuji.
Ketepatan penerapan teknik yang menghasilkan
foto-foto yang jelas dan terang, tajam serta cemerlang saja belumlah cukup
untuk membuatnya benar-benar menarik, demikian pula kalau hanya sekedar
berpegang pada hal-hal primer seperti diungkapkan terdahulu.
ISI mulai mengambil bagian, yang terdapat berupa
kesan atau pesan ataupun sekedar menggerakkan hati, harapan, atau ajakan untuk
ikut bersama menikmati sesuatu, membeli sesuatu.
ARTISTIKA diberi porsi yang lebih besar.
Hokum-hukum KOMPOSISI mulai dipegang dan diteapkan.
TEKNIK-TEKNIK KHUSUS mulai dicari.
Cara penyajian juga dipertimbangkan.
FOTO-FOTO YANG BERSIFAT INTERPRETATIF.
Foto jenis ini umumnya merupakan sepenuhnya EXPRESI
DIRI seorang pemotret, katakanlah UNGKAPAN JIWANYA. Perhatian utama, dengan
demikian terletak pada I S I, yang boleh jadi berupa ungkapan perasaan terhadap
sesuatu hal atau kejadian tertentu, ataupun pandangan, buah pikiran dan lain
sebagainya.
Untuk mencapai hasil yang efektif sering kita jumpai
norma-norma artistika yang dilanggar/ dokorbankan, begitu pula hal-hal teknis
yang dimanipulasi sedemikian rupa untuk mencapai hasi pengaruh efek yang
maksimal. Tidak jarang kita jumpai foto yang sengaja dibuat tanpa ada
bagian-bagian yang tajam dan terang semuanya kabur, remang-remang dan suram,
untuk mengutarakan, misalkan kemuraman atau misteri.
KERJA SENI, memang sering begitu!
Dari uraian di atas, diharapkan sudah mulai
terbentuk gambaran yang cukup nyata tentang arah dan tujuan, apa yang mungkin
ingin kita capai dalam dunia fotografi ini.
ARAH dan TUJUAN ini, pada gilirannya akan menentukan
KADAR USAHA yang diperlukan untuk mencapainya.