Awalnya
Sosiologi
merupakan ilmu yang mempelajari kehidupan sosial/bermasyarakat, yaitu ilmu
pengetahuan yang secara sistematik mempelajari kelakuan sosial manusia, yang
berkenaan dengan pola-pola dan proses-proses interaksi diantara individu dan
kelompok, bentuk-bentuk kelompok sosial, dan pengaruh kelompok sosial terhadap
kelakuan individu (suparlan. 1985 : 77)
Sedangkan
pedesaan merupakan wilayah dimana berkumpul banyak orang dalam sebuah tatanan
yang mempunyai keteraturan tersendiri dengan kekayaan cirri dan corak yangb
beragam. Berbeda dengan warga kota
yang lebih banyak berpedoman pada kebudayaan universal, dalam masyarakat desa
terlihat adanya dominasi kebudayaan suku bangsa dari warga masyarakat yang
bersangkutan.
Dengan
demikian, sosiologi pedesaan merupakan ilmu yang mempelajari perilaku sosial
masyarakat pedesaan, yang mencakup banyak aspek yang antara lain adalah
norma/adat, ekonomi, kebudayaan dan lain-lain. Ciri menonjol yang ada pada
masyarakat pedesaan –masa lalu- adalah tertutup, artinya apapun yang dating dari luar adalah sesuatu
yang harus ditolak, karena dianggap dapat merusak dan mengganggu keteraturan
yang sudah berjalan sejak lama. Namun seiring dengan laju perkembangan zaman
sekaligus tingkat pendidikan yang mereka peroleh, sedikit demi sedikit
ketertutupan itu pudar. Bahkan tidak sedikit penduduk desa, terutama pemuda
yang mencari penghasilan ke kota
akhirnya pulang dengan membawa perubahan. Ini yang tidak jarang mempengaruhi
sebagian pranata sosial masyarakat desa, terutama kaum mudanya.
Mengapa
sosiologi pedesaan
Kegiatan
fotografi tidak lepas dengan kegiatan alam bebas yang tentunya lebih banyak
bersinggungan dengan masyarakat desa. Hal ini kita lihat beberapa kegiatan,
misalnya Hunting alam, ekspedisi bahkan penelitian terhadap sebuah system dalam
masyarakat. Kegiatan tersebut sudah pasti akan melibatkan masyarakat desa baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, perlulah kita ketahui
tentang kondisi yang menyangkut kehidupan masyarakat tersebut, terutama
menghadapi pergaulan dan bagaimana mengadakan komunikasi agar tidak terjadi
kesalah pahaman, meskipun terkadang sebuah keyakinan yang di anut masyarakat
desa bertentangan dengan pemahaman kita.
Ada beberapa cirri dalam
perilaku masyarakat pedesaan diantaranya, yaitu : Gotong royong, yang mana jiwa
gotong royong ini mengandung 3 aspek, yaitu :
1.
Setiap orang harus sadar bahwa dalam hidupnya
pada hakekatnya ia selalu tergantung kepada sesamanya, sebab itu ia harus
selalu berusaha memelihara hubungan baik dengan sesama
2.
Setiap orang harus bersedia membantu sesamanya
3.
Orang harus bersifat konform, artinya
sebaiknya jangan berusaha untuk menonjol melebihi yang lain dalam masyarakat
Ketiga
aspek pemikiran tersebut mengandung pemahaman yang sangat luas, pada aspek
pemikiran pertama bukan mengandung makna anti kemandirian, sebab bagaimanapun
juga manusia sebagai makhluk sosial selalu berinteraksi dengan sesama manusia,
dan lingkungan masyarakat. Disinilah sebenarnya dapat kita tangkap makna
tolong-menolong antar sesama, saling membutuhkan dan saling menguntungkan (simbolis
mutualisme) sekaligus bahwa kita ternyata kita hidup tidak sendirian (kalau
tidak menolong, ya ditolong). Begitu juga aspek ketiga yang mengandung pehaman
bahwa kita hidup dengan banyak orang, jangan sampai dengan penampilan kita,
orang lain merasa cemburu (kecemburuan sosial).
Akhirnya
Dalam
pergaulan hidup perlu adanya tatanan atau aturan yang meskipun tidak tertulis
diharapkan mampu menjadikan perilaku manusia harmonis antara mana kepentingan
sendiri dan mana kepentingan bersama, mana hak dan mana kewajiban, menghormati
mana yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda. Selamat berjuang
………………………… kawan !!!